#02 Tega

4.6K 313 7
                                    

Enjoy~

"Ibu, Aku dan istriku sudah menyepakati memberi nama anak pertama kami Jung Jeno. Tidakkah itu terlihat tampan?" Jaehyun menyesap kopi paginya. Pagi ini sang ibunda bersama sang ayah datang pagi-pagi untuk sekedar melihat keadaan sang menantu.

Keadaan pagi ini di kediaman Jaehyun dan Renjun nampak sedikit terdengar bising. Pasalnya, ibunda Jung sedikit tidak setuju dengan nama bayi yang Jaehyun dan Renjun tentukan untuk sang cucu pertama.

"Memang tampan, tapi jika gen menantuku lebih kuat darimu? itu terlihat tidak cocok, Jaehyun."

"Lalu ibu ingin menamai anak kami apa?"

"Jung Jisung? Jung Jaeyun?"

Jaehyun nampak menimang saran dari sang ibu, di sisi lain Tuan besar Jung—ayah Jaehyun sedang asyik membaca koran yang tersedia di kediaman besar sang anak.

"Menarik, tapi entah mengapa hatiku tetap ingin Jung Jeno sebagai nama anak pertama kami. Percayalah padaku, ibu, ini akan cocok dengan cucu pertamamu. Nama Jisung dan Jaeyun akan ku pakai untuk anak kami yang lain nantinya."

"Ibu belum mendengar pendapat dari Renjun, barangkali istrimu setuju dengan saran ibu?"

"Renjun yang pertama kali mencetuskan nama Jeno, jadi kupikir saran dari ibu tidak akan mengubah keputusannya." Jaehyun berujar santai, sedangkan sang ibu menghela nafas besar. Sebenarnya beliau tidak masalah dengan keputusan yang diambil oleh Jaehyun dan Renjun tentang nama anak pertama mereka. Beliau hanya takut nantinya anak pertama dari anak dan menantunya itu ternyata submissive seperti Renjun, terlihat sedikit tidak cocok.

"Baiklah ibu mengalah, lalu dimana menantu cantikku dan Jeno cucuku? sedari tadi aku belum menemuinya. Kau apakan menantu dan cucuku Jung Jaehyun?" Jaehyun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, meringis malu mengingat apa yang terjadi tadi malam.

"Mereka sedang istirahat ibu, jangan menganggu istri dan anakku dulu."

"Bermain sampai jam berapa hingga menantu dan cucuku kelelahan seperti itu? astaga Jung Jaehyun!!!" Ibunya menggeram kesal, Jaehyun hanya meringis ketika sang ibu menjitak kecil kepalanya dan berlalu untuk menghampiri sang menantu yang sedang tertidur pulas di kamar utama.

"Menantuku sayang, lelah sekali ya??" Nyonya Jung mengelus perut besar Renjun, tangannya yang lain mengelus surai halus milik menantunya.

Renjun yang memang mudah untuk terbangun perlahan membuka matanya, manik coklat bersih itu mengerjap beberapa kali dan duduk kala melihat sang mertua tersenyum cantik kepadanya.

"I-ibu? sejak kapan ibu berada disini?"

"Belum terlalu lama, ibu membawakan donat coklat dan caviar. Ibu dengar menantu ibu yang cantik ini mengidam keduanya ya?" Renjun mengangguk lucu, kemudian memeluk tubuh mertuanya itu.

"Benar, terima kasih ibu. Renjun juga sangat merindukan ibu, bagaimana keadaan ibu dan ayah di Prancis? apakah ibu dan ayah mertua akan kembali kesana?"

"Sayangnya iya, nak. Kami akan kembali besok. Tapi kami akan kesini lagi jika kau akan melahirkan. Ibu dan ayah sudah mempersiapkan kejutan untuk cucu pertama ibu. Ah lihatlah cucu mungilku disini, aktif sekali pagi-pagi sudah menyapa nenek ya sayang? Jeno-ya, apa cucu kesayangan nenek ini sehat didalam sana? bilang kepada mama jika menginginkan sesuatu, nenek akan memberikannya untukmu." Renjun terkekeh melihat interaksi antara nenek dan cucu yang belum terlihat wujudnya ini. Ia tersenyum ceria kala melihat perutnya bergerak, anaknya sangat aktif di dalam sana—walaupun menahan ringisan akibat nyeri yang ditimbulkan oleh pergerakan sang anak.

"Jeno-ya cucuku sayang, jangan sungkan untuk menghabiskan uang papamu yang nakal itu ya. Dan beritahu nenek jika papamu menyapamu dengan keras, akan nenek pukul hidungnya."

JUNG'S FAMILY | JaerenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang