10. Danau

6.7K 449 9
                                    

Ashel memikirkan mengenai hubungan Adel dengan Zee dan juga Marsha sepanjang perjalanan. Ia kini sudah berada di kamarnya memandang ke arah ponsel yang ada di tangannya. Sebuah room chatnya bersama Adel terpampang jelas disana.

"Tanyain gak ya?" batinnya.

Ting..
Belum sempat Ashel memikirkan lebih dari itu. Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Pesan itu berasal dari Jessi.

Jessi
Besok mau ikut gw nonton basket gak?

Acel
Tumben?

Jessi
Sebenernya gw dah sering nonton. Tapi diem diem doang. Takut lo demen sama cewekganteng gw

Acel
Ada Adel?

Jessi
Iya. Kenapa? Lo gamau?

Acel
Gimana ya. Tapi kan gw sama dia...

Jessi
Kenapa sih? Udah lo ikut apa nggak?
Gw cuma butuh jawaban itu dari lo
Ya atau nggak?

Acel
Iya gw ikut

Jessi
Besok gw jemput

Ashel menghela napasnya, ia besok akan menonton Adel..

"Hmmm..." Ashel memandang ke arah langit langit kamarnya. Pikirannya berpetualangan kemana mana.

"Apa Azizi temennya Adel di basket ya? Secara kan dia suka basket juga,"

"Tapi apa iya selama ini gw ikut nonton Azizi gak pernah liat cewek seganteng Adel?"

"Kan lo bucin banget sama Azizi," sebuah suara muncul begitu saja. Mata Ashel membulat melihat keberadaan Adel dan Anin di depan kamarnya.

"Adel? Kak Anin?"

"Dipanggilin daritadi ga nyaut. Yaudah kakak buka aja pintu kamar kamu. Taunya lagi ngelamun sambil ngomong ga jelas,"

Adel tertawa mendengar perkataan Anij pada Ashel.

"Jadi kamu mau nonton Cel?" tanya Adel. Ashel hanya bisa tersenyum kikuk dan mengangguk.

Adel tersenyum, Anin ke arah keduanya. Ia kemudian tersenyum, "Yaudah deh kakak tinggal kalian berdua dulu ya. Ada yang mau diobrolin kan?"

"Kayaknya kita sekalian pergi keluar deh kak,"

"Eh?"

"Oh. Yaudah deh, bawa aja tuh bocah daripada gegalauan mulu di kamar. Titip ya Del," Anin pun mengecup pipi Adel sebelum pergi.

"Kakak!" teriak Ashel yang langsung menutup mulutnya sadar.

Adel sendiri kemudian menatap Ashel, "Mau kan aku ajak keluar? Aku tunggu di luar ya?"

Setelah Adel pergi, Ashel langsung beranjak. Ia mengambil sweater tipis, lalu mengoles wajahnya dengan cepat setidaknya membuatnya lebih cantik walau seminimalis mungkin.

Ashel segera turun dari kamarnya yang berada di lantai 2 untuk menyusul Adel, "Kak aku pergi dulu ya!" Ashel segera membuka pintu rumahnya. Ia berjalan menuju mobil Adel yang terparkir di depan rumahnya.

"Mau kemana?"

"Jalan aja," Ashel pun mengangguk mendengar jawaban Adel. Mobil pun segera melaju meninggalkan perumahan tempat dimana Ashel tinggal.

Ashel hanya mencuri pandangan ke arah wajah samping Adel sesekali. Wajah seriusnya saat menyetir cukup membuat Ashel kagum. Pikirannya terputar seperti saat Adel tengah mengerjakan pekerjaannya itu. Wajah serius, mata yang menatap tajam seakan sangat berbeda jika Adel menatap dirinya dengan lembut.

FWB 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang