Satu bulan telah berlalu...
Ashel tengah memeluk Anin. Semenjak pulang dari apartemen Adel, sifat Ashel jadi semakin manja dengan Anin. Anin sendiri tak tau mengapa, "Kamu kenapa sih?""Hehe,"
"Kenapa ketawa ketawa?"
"Ini kan udah sebulan semenjak aku jadian sama Adel,"
"Terus?"
"Kelar SMA nanti aku boleh keluar negeri gak?"
"Ngapain?" tanya Anin heran.
Ia yang semula menatap layar kaca televisi pun kini berbalik menghadap Ashel.Ashel tersenyum, "Adel ngajakin aku nikah kak,"
******
Ashel membuka matanya, di hadapannya sudah terlihat Adel yang tertidur dengan sangat pulas. Pernikahan mereka kemarin memang begitu melelahkan banyak acara yang mereka adakan. Hari ini mereka berdua dan juga beberapa sahabat mereka akan berjalan jalan biasa menjelajahi negara orang.
Mereka sekarang berada di Belanda. Seperti yang tadi sudah dikatakan, mereka berdua melaksanakan pernikahan disini.
"Sayang," bisik Ashel, tangannya terulur ke pipi Adel membelainya dengan lembut.
Siapa yang menyangka, mereka yang semula hanya sebatas friend with benefit bisa sampai ke tahap ini. Patah hatinya akan Azizi membawanya ke permata yang berharga. Nasehat Jessi yang semula ia anggap nasehat dari seorang keledai ternyata membuatnya menemukan cincin berharga diantara tumpukan logam tak berguna.
"Bahkan sekarang aku ke tahap ini lebih dulu dibanding Jessi maupun kak Anin," batinnya.
Adel yang merasa terusik pun membuka matanya, pemandangan pertama yang ia lihat ada senyuman Ashel yang hangat.
"Halo Bunda,"
"Ih apa sih bunda bunda? Kita aja belom punya anak,"
"Mau kapan?"
"Gausah buru buru Adellll,"
Adel tertawa pelan, "Iya iya. Mau pacaran dulu kan?"
Ashel menjawabnya dengan sebuah anggukan, "Lagian aku juga mau kuliah dulu ah, nanti aja mikirin kayak gitu,"
"Padahal kamu ga perlu kuliah juga gapapa. Kan ada aku?"
"Gak ada yang salah sama pendidikan, mau kamu sekaya apapun aku juga harus pinter biar punya duit tapi punya otak juga,"
"Yaudah deh aku juga lanjut kuliah. Kamu nyindir gitu,"
"Ih engga ya. Aku ga bilang kamu ga punya otak. Kamu yang ngerasa sendiri,"
"Gapapa gapunya otak yang penting punya kamu,"
"JELEK BANGET GOMBALAN KAMU," keduanya pun tertawa.
"Aku mau peluk," pinta Adel.
"Sini,"
"Mau cucu juga,"
"Udah gede ih,"
"Mau cucu," kini Adel merengek layaknya bayi dan itu membuat Ashel gemas.
"Udah yuk kita mandi aja," Ashel pun bangkit dari tidurnya.
"Gak ah aku mau tidur lagi,"
"Ayo! Bangun gak!" Ashel menarik tangan Adel agar ia terbangun tapi Adel tak kunjung bangun.
Justru Adel kini berbalik menarik tangan Ashel dan membuat Ashel menimpa tubuh Adel. Kepala Ashel kini berada di leher Adel. Tangan Adel menangkup wajah Ashel kemudian mencium bibirnya.
Ashel tak menolak, ciuman itu justru berlanjut. Mereka memperdalam ciuman itu, "Satu ronde yuk?"
"Gaada capeknya ya,"
End
Ya karena adel ashelnya udah pacaran berarti judulnya udah ga sesuai lagi dong kalo dilanjut?
Makanya dengan ini saya mengakhiri cerita ini yang harusnya diakhirinya kemaren.
Makasih yang udah baca, vote bahkan komen. Makasih yang udah nungguin yang ff ini yang katanya updatenya seminggu sekali ternyata tetep ada aja kendalanya wkwk
Love u guys.
Semoga berjumpa di series lain!