Ashel baru saja selesai dengan sakit perutnya, "Huhhh lega.." Ia kemudian tersadar tak menemukan keberadaan Adel di ruang tamu. Gadis itu pun akhirnya memilih untuk mencari Adel.
"Adel?" Ashel memanggil pelan nama Adel sambil matanya mengelilingi ruangan itu. Matanya akhirnya menangkap Adel tengah berdiri di balkon dekat kamar itu.
Ashel awalnya berniat untuk memanggil Adel dan membuatnya menoleh ke arahnya. Tapi ia memberanikan diri untuk melangkah mendekati Adel bahkan ia dengan berani melakukan niat awal yang harusnya mereka berdua lakukan saat bertemu.
Ashel melangkah, ia membuka pintu kaca yang menjadi penghubung antara kamar Adel dan balkon. Saat membukanya, Ashel masih senantiasa menatap Adel yang tak bergerak sama sekali. Tubuhnya perlahan mendekati Adel dari belakang, tangannya cukup ragu untuk memeluk Adel langsung. Tapi, dengan keberaniannya itu akhirnya Ashel melingkarkan tangannya di perut Adel.
Adel terkejut, "Ashel?" panggilnya. Ashel sendiri malah meletakkan kepalanya di punggung Adel.
"Disini dingin," ucap Ashel pelan. "Kamu ngapain disini? Are u okay?"
"It's fine Shel. Aku cuma habis angkat telpon aja,"
Adel berbalik, matanya kemudian mengunci ke arah Ashel. Ashel pun begitu, pandangan keduanya sama sama menatap ke manik mata yang memantulkan cahaya malam. Senyuman keduanya perlahan terukir, wajah keduanya mendekat satu sama lain. Kecupan singkat mengawali malam mereka yang indah.
Mata Ashel terpejam kalah ciuman itu terlepas, bibir bawahnya ia gigit pelan, Adel sendiri menatap sendu ke arah Ashel. Tangannya terulur melingkar ke punggung Ashel membuat tubuh keduanya semakin terhimpit.
"Del,"
"Ya?"
"I'm yours.."
Adel tersenyum miring, ia mendekatkan kembali wajahnya ke arah Ashel memulai ciuman mereka untuk kedua kalinya. Dinginnya malam seakan bukan penghambat bagi keduanya, dinginnya malam seakan bukan hal yang penting bagi mereka. Mereka berdua larut dalam ciuman yang kian lama kian dalam.
Bibir keduanya saling membalas perlakuan satu sama lain, saliva demi saliva mereka mulai tertukar pada ciuman itu. Tubuh Adel semakin merapatkan dirinya pada Ashel membuat ciuman mereka pun semakin intens.
Ashel mendesis sesekali dalam ciuman itu, permainan lidah yang diberikan Adel membuatnya terbuai. Pantas saja Jessi menyukai setiap pagutan yang Adel berikan padanya. Ashel pun merasakan hal yang sama. Setiap kali bibir itu bergerak, setiap itu juga Ashel merasakan kenikmatan yang menjalar keseluruh tubuhnya.
Ciuman keduanya perlahan terhenti, mereka menarik diri mereka satu sama lain. Tatapan mata sayu terpancar dari mata Ashel, napasnya pun juga terlihat terengah akibat perlakuan Adel padanya. Adel sendiri merasakan hal yang sama, matanya tampak sayu sekaligus napsu pada Ashel, mulutnya pun juga mengeluarkan hembusan napas pelan.
Adel mulai mencium leher Ashel, kecupan demi kecupan ia berikan ke leher Ashel yang memikat itu. Ciuman Adel tak hanya di leher Adel seakan tak membiarkan setiap inchi dari tubuh Ashel tak disentuh dengan bibirnya, tangan Adel bahkan kini mulai berada di payudara Ashel yang masih tertutup kaosnya.
Ashel meremas pundak Adel merasakan setiap rangsangan yang Adel berikan. Matanya terpejam, tubuhnya merinding merasakan remasan lembut Adel pada payudaranya.
"Aaahhhh..." desahan pelan lolos dari mulut Ashel membuat Adel semakin bersemangat.
Tubuh Adel perlahan mendorong Ashel hingga menabrak pintu kaca. Ashel melenguh, "Ouhhhh Adellll-"
Adel pun mencuri kesempatan, tangannya kini masuk ke dalam kaos Ashel. Matanya membulat, ia baru sadar sesuatu.
"Kamu gapake?"
Ashel menggeleng, ia tersenyum dengan napas terengah. "Aku kira kamu udah sadar,"
"Pantesan kayak aneh gitu tadi,"
Ashel tertawa kecil, "Gamau di dalem aja?"
"As u wish," pintu kaca pun dibuka. Adel dengan isengnya menangkat tubuh Ashel. Hal itu membuat Ashel berterika terkejut, "Adel ih!" dan Adel pun menggendongnya sampai ke kamar.
"Berat," ucapnya ketika menjatuhkan Ashel ke kasurnya itu.
"Aku kurus tau,"
"Tapi gede,"
"Ih mesum,"
Adel tertawa, ia kemudian menarik lepas kaos miliknya begitupun dengan Ashel. Bra yang dipakai Adel pun juga dilepas membuat keduanya kini sama sama bertelanjang dada.
Adel mendekatkan tubuhnya, bibir mereka kembali bersentuhan. Gesekan pada puting keduanya pun juga terjadi menambah sensasi nikmat yang keduanya rasakan. Tangan mereka saling menjamah tubuh lawannya satu sama lain. Desahan desahan pelan keluar dari mulut keduanya.
"Aaahhhh iyaahhh disituhhh..."
"Ssshhhh ouuhhh Adelll enak~"
Desahan itu terus bersahutan, jari jemari itu tak puas jika belum ke tempat utama dari lawannya. Adel yang pertama kali menginisiasinya, tangannya menyusup masuk ke dalan celana yang Ashel kenakan.
Ashel langsung melenguh kencang, tubuhnya tersetrum kenikmatan ketika merasakan jemari Adel mulai menyentuh area privasinya. Jari jemari Adel menekan, menggesek dan mencolok vagina Ashel memainkannya dengan sepuas hatinya.
Ashel sendiri sampai mendongak, Adel memanfaatkan itu untuk merangsangan Ashel tepat di lehernya. Adel dengan sengaja menciptakan bekas merah, "Mulai sekarang kamu milikku,"
"Aahhh make me yours~" desahan seksi itu membuat Adel semakin bersemangat, ia melepaskan celana yang Ashel kenakan begitupun dengan celananya. Kini tak ada secarik kain pun di tubuh keduanya. Tubuh Ashel begitu menggoda di mata Adel, napasnya jadi berat karena napsu yang menggebu gebu.
Ashel sendiri masih tergeletak di kasur, matanya sayu dengan dada yang naik turun karena kelelahan.
"34+35?"
"Up to you Del,"
Adel pun tersenyum, sesuai apa yang ia katakan keduanya pun kini berada di posisi 69 dengan Adel yang berada di atas. Vagina keduanya sudah cukup becek karena foreay yang mereka berdua lakukan.
Permainan pun dilanjutkan, Adel dan Ashel mula menjilati vagina lawannya. Lidah Adel yang cukup panjang itu cukup menusuk vagina Ashel dengan lebih dalam membuat Ashel tak fokus untuk melawan permainan Adel. Adel pun masih dapat menikmati permainan lidah dan jari jemari Ashel pada vaginanya.
Permainan keduanya berlangsung cukup lama, Ashel menjadi yang pertama tumbang. Adel pun menjatuhkan tubuhnya di sebelah Ashel.
"Istirahat dulu... hahh hhahhh.."
"Kalo mau udahan juga gapapa,"
"No.. kamu belom keluar,"
"Asalkan kamu tau ya, aku lebih puas bikin lawanku orgasme sampe gabisa jalan lagi besoknya daripada orgasmeku sendiri,"
"Gimana kalo kamu yang aku bikin ga bisa jalan?"
Adel tertawa, "Aku ga yakin kamu bisa ngalahin aku,"
"Let see~"
Tbc