"Apa yang kau lakukan di sini?" Jennie bergumam datar, kesakitan masih tercermin di matanya. Hatinya masih terluka dan berusaha menyembuhkan diri, Jennie tidak siap ketika harus menghadapi Jeno secara langsung seperti ini...
"Aku ingin bicara denganmu." Jeno menatap Jennie dalam-dalam, tampak menyesal
"Sudah kubilang aku butuh waktu berpikir, aku tidak mau bicara padamu saat ini, Jeno."
"Jennie." Jeno mengerang, "Kumohon berilah aku kesempatan, aku akan menjelaskan semuanya kepadamu."
Apakah itu sepadan? Jennie menatap Jeno dalam-dalam dan menyadari bahwa ketertarikannya kepada lelaki itu tidak sebesar seperti semula. Jennie memberi kesempatan kepada Jeno karena impiannya untuk mengalami kisah percintaan seperti di novel-novel, Dan lelaki itu datang di saat yang tepat, menawarkan malam-malam romantis dan kebaikan hati, membuat Jennie melayang tinggi, dan merasa mencintai.
Sekarang Jennie sadar, itu bukan cinta, itu adalah manifestasi dari impian untuk dicintai dan mencintai.
"Apakah kau mau memberiku kesempatan?" Jeno bertanya lagi, membuat Jennie lepas dari lamunannya dan menatap kembali lelaki itu, dia menghela napas panjang. Mungkin hal ini akan membuatnya lega, membuat Jeno lega.
Jennie menganggukkan kepalanya dan menyerah, "Baiklah Jeno."
***
"Apa yang kukatakan ini mungkin akan sangat mengejutkanmu." Jeno duduk di depan Jennie di sofa ruang tamu itu, sejenak merasa miris karena dulu dia diperbolehkan duduk di sebelah Jennie, sekarang dia diperlakukan sebagai tamu.
Jennie sendiri bersandar di sofa dan menatap Jeno datar, tangannya bersedekap di depan, untuk melindungi dirinya.
"Tentang apa?"
"Tentang rahasia masa lalumu."
Rahasia masa lalu? Punya urusan apa Jeno dengan rahasia masa lalunya? Lagipula rahasia masa lalu itu, kalaupun ada, kenapa Jeno bisa mengetahuinya? Sedangkan Jennie sendiri tidak merasa menyimpan rahasia apapun.
"Ini tentang ayahmu."
Jennie mulai tertarik ketika nama ayahnya disebut, dia tidak menyangka rahasia ini menyangkut ayahnya juga. Setahu Jennie ayahnya adalah laki-laki yang baik, ayah yang bertanggungjawab dan menyayanginya, dan ayahnya adalah profesor jenius di sebuah universitas pemerintah yang cukup terkenal.
"Apa yang kau ingat tentang ayahmu?" Jeno bertanya, menatap Jennie dengan tatapan mata berspekulasi.
Jennie sendiri melemparkan tatapan mata curiga kepada Jeno, "Kenapa kau bertanya-tanya tentang ayahku? Apa pedulimu?"
Jeno menghela napas panjang, mengernyit karena Jennie begitu ketus kepadanya, tetapi dia merasa pantas menerimanya, Jennie pantas marah kepadanya, karena dia sudah menyakiti perasaan perempuan itu. Jeno bertindak gegabah waktu itu dan dia menyesalinya setelahnya, dia benar-benar lupa kalau perasaan Jennie sangat halus. Lagipula setelah menelaah sekian lama, dia merasa bisa menerima apapun kenyataan tentang Jennie, kalau memang Jennie masih mau menerimanya, Jeno akan melakukan apa saja untuk Jennie.
Dia lalu menghela napas panjang, sebelum mengungkapkan kenyataan tentang dirinya. Rahasia besar yang disembunyikannya selama ini.
"Aku bukanlah karyawan biasa. Aku adalah agen khusus pemerintah yang ditugaskan untuk mengawasimu."
Kerutan di dahi Jennie semakin dalam, "Aku tidak mengerti."
"Dengar Jennie, aku ingin jujur kepadamu, karena itulah aku mengungkapkan semua ini, semua rahasia yang mungkin akan membuatmu kebingungan...tetapi aku harap setelah mendengarkan seluruh ceritaku, kau akan lebih memahamiku, dan kalau bisa memaafkanku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
DATING WITH THE DARK (TAENNIE VERSION)
RomanceOriginal Story from SANTHY AGATHA's NOVEL "DATING WITH THE DARK" Tidak ada yang diubah kecuali nama cast dan beberapa nama tempat/kota/negara. Tidak mengubah alur cerita! I'M NOT OWN THIS STORY! * "Kehidupan mungkin hanyalah sebuah perjamuan dan kem...