Lee Heeseung » Hevan
OC » Dannish
Dunia berubah putih, itulah yang terlihat di mata Dannish kala menengok keadaan jalan melalui jendela kamar. Hamparan salju menutupi halaman, atap rumah warga, serta pepohonan. Membuat gadis itu membayangkan betapa dinginnya udara di kota saat ini. Tubuhnya pasti akan membeku jika berani berkeliaran di luar rumah saat musim dingin tiba.
Meski hujan telah usai, ia tidak akan sanggup menahan terpaan hawa dingin yang menggelayut. Tidak seperti Darren, adik laki-lakinya yang bisa bebas berselancar di salju tanpa takut kaki membiru setelah bermain, atau Danielle, tetangga yang kulitnya tidak akan memerah sekalipun angin musim dingin menerpa. Bukan pula Hevan yang bisa berlari-lari membawa tumpukan bola salju tanpa merasakan tulang yang ngilu tertusuk udara dingin yang merasuk melalui pori-pori kulit.
Ah, bicara soal Hevan, Dannish ingin sekali memukul kepala pemuda itu. Bagaimana bisa pemuda yang tidak lama lagi akan menjadi tunangannya itu kini bersenang-senang bersama si tetangga blasteran, Dannielle? Tertawa bersama, saling melempar bola salju, bermain kejar-kejaran. Sungguh membuat kepala Dannish seolah mendidih!
Apakah mereka sengaja tertawa keras agar Dannish mendengar? Apa mereka sedang memamerkan kedekatan mereka pada dunia? Dannish ingin sekali menghancurkan momen yang mengganggu kenyamanan mata itu!
Menarik tirai jendela dengan keras, Dannish akhirnya memilih menghentikan kegiatan mengintipnya. Mendudukkan diri di ranjang seraya mengembuskan napas kasar. Menyandarkan punggung di kepala ranjang, mata gadis itu berkilat-kilat seolah siap menyemburkan sinar laser.
Tangan Dannish bersedekap, diikuti kaki yang melipat. Ia merasa sangat gemuk dalam posisi ini, jaket tebal membungkus tubuh, syal melingkari leher, sarung tangan membalut jemari, celana panjang menutup kaki, dan kaus kaki yang menyempurnakan kostum musim dinginnya. Dean, si sepupu sok keren pasti akan tertawa melihat ini.
Melirik ponsel, Dannish menemukan benda itu menyala-nyala menampilkan sebuah panggilan video. Dengan malas ia menerima panggilan tersebut dan menemukan wajah sepupu laki-lakinya di sana.
"Hallo, Dannish yang nggak manis?" sapa Dean memberikan senyum mengejek.
"Hallo, Dean yang nggak keren?" balas Dannish kemudian.
"Nggak keren? Lo tuh nggak keren! Masa di dalam kamar pakai jaket tebal kayak lagi di luar? Mau ngonten lo?" sindir Dean.
"Perlu lo vid-call gue itu apa?" tanya Dannish yang sedang malas diajak bercanda.
"Perlu gue? Awasin tuh cowok lo selama gue nggak ada. Jangan sampai dekat-dekat cewek gue." Dannish memutar bola mata, "Cewek lo itu yang mana, ya?" tanya gadis itu berpura-pura tidak mengerti.
"Cewek gue? Namanya Dannielle, putri salju yang senyumnya bikin pangeran Dean susah tidur." Dannish menunjukkan ekspresi jijik mendengar itu. "Pangeran? Pangeran kodok sih iya!"
"Sana vid-call cewek lo! Biar nggak main mulu sama cowok gue!" Mata Dean lantas saja melebar, "MAIN?"
"Tuh! Lagi lempar-lemparan bola salju. Berasa dunia milik berdua." Dannish membuka kembali tirai jendela kamarnya untuk memperlihatkan kepada Dean tentang hal yang ia informasikan.
Namun yang gadis itu dapati justru diluar dugaan. Jalanan terlihat sepi. Tidak ada lagi dua muda-mudi yang beberapa saat lalu tertangkap mata sedang bermain bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
⌗ Bambieyes ⟩
Short StoryLee Heeseung, menjalani masa dewasa, membanting nasib demi masa depan. Namun, ini baru awal. ⟨ Birthday Event by @HYPENGE ⟩ Since: 15.10.22 » 23.10.22