Till The Last Autumn Leaves Fall

17 3 1
                                    

Lee Heeseung » Ethan

Verdandi05

OC » Haerin Kim

⌗⌗⌗

Haerin Kim duduk menatap jendela sambil melirik daun maple yang berguguran karena musim gugur yang sebentar lagi tiba. Namun lamunannya harus buyar saat seorang pria yang tiba-tiba muncul dari jendela. "Haerin-a," panggilnya lembut. Haerin melihat pria itu tanpa minat. "Apa lagi sih Ethan?"

Ethan hanya tersenyum tipis kembali menatap gadis itu. "Mau keluar? Musim gugur bentar lagi tiba, musim kesukaanmu kan?" Haerin tampak bimbang, ia tau kalau ia tak bisa keluar sekarang, apalagi para perawat masih belum kembali untuk mengkonfirmasi rekapan kesehatannya hari ini. "Engg-" belum sempat ia menolak, Ethan langsung menarik lengan Haerin memintanya untuk melompat dari jendela, "lompat aja ayo!" Haerin akhirnya memutuskan mengikuti pria yang sudah menjadi sahabatnya sejak pertama kali ia masuk ke rumah sakit ini. "Pegangin yang kuat, nanti jatoh!" pekik Haerin panik kala Ethan melepaskan genggamannya ketika Haerin berdiri di bibir jendela. Ethan hanya tertawa dan kembali membantu gadis itu melompat turun. "Lain kali jangan lewat sini, bahaya!" Ethan hanya tersenyum melihat ekspresi gadis itu.

Akhirnya mereka duduk di sebuah kursi taman yang memiliki banyak pohon maple yang mulai menguning, "enak juga ya duduk sore-sore disini!" Ethan mengangguk, "iya langitnya juga indah! Ethan-a ternyata di luar gak seburuk yang aku kira ya?! Bagaimana kalau besok kita ketemuan lagi disini?"

Ethan mengangguk, "tentu saja kau pasti bosan diruangan yang sesak dan bau obat!" Haerin memalingkan wajahnya menatap daun maple yang berterbangan. "Suatu hari nanti saat kita sudah keluar dari tempat ini, aku akan mengajakmu kepantai yang indah dan melihat matahari terbenam lalu.....Maaf!" Haerin menatap Ethan sejenak, "random banget."

Ketika menyaksikan daun maple yang berguguran, tiba tiba Ethan merasakan sesuatu menyender padanya. Senyum manis terukir di bibirnya, melihat Haerin tertidur seolah tak ada masalah tak menderita ketika harus melakukan perawatan yang menyakitkan di ruang operasi. Ethan membantu Haerin dan membawa gadis itu kembali ke ruangannya sebelum para perawat datang.

Dengan telaten Ethan menggendong tubuh mungil Haerin kembali ke ruangannya. Beruntung kali ini tak ada siapapun diruang Haerin termasuk keluarganya. Ethan membaringkan gadis itu kembali ke kasurnya. "Selamat malam, my star!" Setelah mengatakan itu ia berlalu pergi meninggalkan ruangan gadis itu dan membiarkannya beristirahat.

Haerin terbangun dengan napas yang tersengal-sengal ia terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk yang ia alami. Kemudian ia menengelamkan wajahnya didalam bantal, sambil menahan isaknya. Berharap semua yang ia mimpikan tidak menjadi kenyataan.

Pagi harinya dengan santai Ethan berjalan menuju kamar rawat Haerin, namun tiba-tiba kepalanya terasa sakit, tubuhnya oleng dan hampir tumbang, dengan cepat Ethan meraih dinding terdekat. "Sial! Jangan sekarang!" umpatnya. Setelah itu semuanya menjadi buram dan gelap.

Sedangkan Haerin seharian hanya berdiam diri di kamarnya, "Haerin a, apa kau baik-baik saja?" Mendengar itu Haerin menatap sang ibu dan mengangguk, "karena sudah sore, ibu pulang dulu ya. Jangan keluyuran malam hari, oke?" Haerin hanya mengangguk tanda setuju. Setelah mengatakan itu sang ibu langsung berjalan keluar meninggalkan Haerin dilamarnya, sedangkan Haerin tiba-tiba teringat akan janjinya bersama Ethan untuk bertemu di taman sebelum matahari terbenam. Dengan segera Haerin berlari dari lobi menuju taman tempat pertemuan mereka, dengan napas yang tersengal-sengal Haerin menekuk kedua lututnya sambil mengatur napasnya kembali ketika ia tiba di taman.

Setelah napasnya stabil, Haerin mendudukkan dirinya pada sebuah kursi di taman yang kemarin ia gunakan. "Kenapa dia belum datang?" Dengan setia Haerin terus menunggu, hingga tiba-tiba firasatnya tidak enak, Ethan tak biasanya mengingkari janjinya, kecuali... Haerin kemudian berlari menuju kamar rawat Ethan ia khawatir sesuatu yang buruk terjadi pada pria itu.

Benar saja sesampainya disana Ethan sedang dirawat insentif di dalam ruangannya. "Haerin?" Mendengar namanya dipanggil, Haerin menoleh ke sumber suara, "bibi?" Kemudian Haerin mendekat ke arah ibu Ethan. "Bagaimana kondisinya? Kenapa Ethan bisa seperti ini?" Ibu Ethan menggeleng, "dokter bilang penyakitnya tambah parah, hanya doa yang bisa kita kirimkan untuk sekarang." Haerin yang tak tega langsung mendekap ibu Ethan memeluknya menyalurkan kehangatan pada wanita itu. "Haerin-a Ethan mengidap kanker otak stadium 3, bibi harap, kamu bisa menemani Ethan melalui masa sulitnya ya!" Haerin mendengar itu cukup terkejut seolah kesempatan hidup lelaki itu takkan lama lagi. "Tolong, jangan berkata demikian, Ethan pasti bisa sembuh!"

"Haerin-a Ethan selalu menolak segala jenis pengobatan dan memilih menghabiskan waktunya untuk melakukan hal yang ia suka hingga ajal menjemputnya kelak. Tolong bantu Ethan melakukan pengobatan ya?" Bibi tolong rahasiakan kedatangan saya hari ini ya!" kemudian Haerin berlalu pergi meninggalkan wanita itu dengan perasaan yang campur aduk.

Beberapa hari kemudian Haerin tak lagi menemui Ethan di ruangannya, biarlah pria itu beristirahat lebih lama. Matanya tak lepas dari jendela yang menghadap langsung ke taman rumah sakit. Haerin berjalan santai mengambil sebuah buku yang tersedia di ruangannya. Perhatiannya teralihkan ke sebuah cermin yang menangkap sosok yang tak asing mencoba masuk ke ruangannya. Dengan cepat Haerin berbalik menghadap orang itu, "Ethan?!"

Pria itu hanya tersenyum dengan hangat menatap Haerin yang kebingungan. "Maaf," kata itu keluar begitu saja. Haerin tak mengerti kenapa pria itu masih mau keluar dan melakukan sesuatu sesuka hatinya, apa dia tidak sadar akan kondisinya? "Kenapa meminta maaf?"

"Kemarin aku pergi bersama ibu dan ayah ke mall, karena ayah pulang dinas kemarin jadi sekalian mengisi waktu luang!" Haerin tersenyum canggung mendengar perkataan Ethan. "Baguslah, kalau begitu bagaimana kalau sekarang kita ke taman? Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan!" selanjutnya Haerin menarik lengan Ethan membawa pria itu sambil sedikit berlari melewati loby menuju taman biasa.

Ethan sedikit heran dengan tingkah Haerin yang bukan seperti dirinya, tapi Ethan menyukai Haerin yang seperti ini, periang dan ceria. "Nah kita sudah sampai!" Haerin langsung duduk di kursi taman diikuti oleh Ethan duduk disampingnya. "Kau tahu Ethan, banyak sekali hal yang bisa kita lakukan ketika nanti kita keluar dari tempat ini, hidup kita memang tak sempurna, kadang kita harus melepaskan apa yang kita gengam, tak perlu lagi kau berpura-pura kuat setiap harinya. Melihatmu diinfus dengan berbagai selang disana membuat hatiku begitu sakit. Mungkin kamu fikir gak akan mengambil perawatan apapun dan pasrah akan keadaan dan menyerah. Apa itu pilihan yang benar-benar kamu inginkan?"

Ethan terdiam tak bisa menjawab, Haerin menahan air mata yang sebentar lagi keluar, "kalau kamu mau menyerah dan pergi begitu saja......silahkan." Ethan mendengar itu sedikit terkejut dan menatap Haerin dengan mata sayunya. "tapi, aku akan menjadi orang yang paling membencimu di dunia ini. Mendengar itu Ethan sedikit terkejut, "baiklah maafkan aku Haerin-a, ayo habiskan waktu yang tersisa!"
















END

⌗ Bambieyes ⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang