9. Kehidupan Berat

253 39 6
                                        

Banyak waktu di mana Aydin menyerahkan urusan geng dengan wakil ketua yang lain karena ya dia masih harus mengurus pernikahannya bersama Geya, juga beberapa hal lain di dalam hidupnya. Akhirnya hari ini Aydin memutuskan datang ke tongkrongan, mereka sudah akan lulus, jadi kemungkinannya ketuanya mau diganti, walaupun geng ini Aydin yang bentuk, tapi kalau Aydin keluar dan adik kelasnya mau lanjut sama sekali tidak masalah untuknya.

Aydin juga banyak diam, namanya baru putus, ya begitulah. Di sisi lainnya juga selain memikirkan soal Rindi, Aydin juga memikirkan bagaimana caranya dia mendapatkan pekerjaan dan menghidupi Geya.

Mamanya marah sekali, kedua orang tua Aydin mau lepas tangan atas apa yang akan Aydin lakukan untuk Geya. Mereka kecewa karena ya yang ada di dalam kandungan Geya bukan anak Aydin, kenapa pula malah Aydin yang harus bertanggung jawab? Semua itu masih belum bisa diterima oleh keluarga. Aydin juga tahu alasan mereka diminta pindah ya karena memang mungkin sosok Aydin cukup menyebalkan di mata orang tua Geya.

Jadi, Aydin hanya menjadi pendengar dan pengamat teman-temannya yang lain.

"Menurut lo si Andra cocok jadi ketua geng ini?" tanya salah satu temannya.

Mendengar nama bangsat satu itu membuat Aydin tertawa, dia sudah menghamili sepupu Aydin dan menurut mereka Aydin akan menyerahkan sesuatu yang berharga lainnya yang dia punya? Omong kosong, itu aneh.

"Gila aja, bubar aja lo semua kalau emang dia yang mau jadi ketua."

Yang lainnya kemudian terbahak karena memang Aydin sedikit sensitif perihal apa pun soal Andra.

Aydin jadi kepikiran soal Geya, ah dia sih masih aman kalau dirinya dibicarakan buruk, tapi sekarang dia banyak mendengar kalau Geya juga dibicarakan buruk, parahnya malah disangka hubungannya dengan Aydin selama ini memang bukan sebatas kakak dan adik.

Beruntung Geya sudah tidak berada di sekolah, kalau iya, Aydin sendiri sama sekali tidak tahu akan bagaimana nasib Geya nantinya, dia sama sekali tidak tahu akan sehancur apa perasaan Geya dituduh yang tidak-tidak.

"Gue nggak mau ikut campur, lo semua punya akal dan pikiran sendiri, jadi terserah lo pada maunya milih siapa. Gue udah nggak punya waktu juga buat ngurusin ini, karena sekarang gue harus cari kerjaan buat nafkahin Geya." Aydin menjelaskan, ada banyak keadaan di mana ya dia tidak bisa memilih, dia harus paham mana prioritasnya.

***

Aydin menyandarkan tubuhnya, dia punya motor sebenarnya di rumah, tapi demi menghemat agar tidak membeli bensin, dia kemudian nebeng ke temannya yang lain, kalau dulu memang Aydin akui dia sering sekali menghamburkan uangnya, sekarang semua itu menjadi sangat penting, semua uang yang dia miliki menjadi sangat penting sekarang.

Aydin menyandarkan punggungnya ke salah satu tiang tempat parkir yang ada di depan sekolah, menunggu temannya yang membawa mobil untuk pulang bersama.

"Ternyata Geya beneran hamil."

Terdengar gosip dari belakang, Aydin masih diam, karena memang benar hamil, mereka mana bisa menyangkal, lagipula karena Geya hamil makanya Aydin jadinya menikah dengan Geya.

"Katanya sih anak si Andra, tapi yang nikahin malah kak Aydin. Ya ampun, berkurang jatah kakak kelas ganteng kita."

Aydin menghela napasnya, ya biasalah memang dia banyak yang menyukai.

"Enak banget Andra masih bisa sekolah, santai aja tuh dia."

Aydin setuju sih dengan ini, dia ingin sekali membunuh Andra, tapi kalau dia masuk penjara, siapa yang bertanggung jawab untuk Geya? Aydin tetap harus menahan dirinya.

Aydin kemudian menoleh sebelum masuk ke dalam mobil Esvand sampai di depannya, Aydin tersenyum ke arah mereka yang menggosipi Geya sebelum masuk ke dalam mobil.

"Siapa emang mereka?" tanya Esvand begitu Aydin masuk mobil.

"Lagi pada ngegosipin Geya, makanya gue senyumin."

Ezvand menganggukkan kepalanya.

"Gila sih lo sayang banget sama Geya."

Perlu memangnya Aydin jelaskan? Ikatan yang ada di antara dirinya dan Geya juga sudah jelas dari dulu, jadi mau dijelaskan bagaimana lagi, dia tidak punya alasan ya karena memang satu-satunya alasan selama ini perasaan itu tumbuh sendiri, seiring dengan keinginannya memberikan yang terbaik juga untuk Geya.

"Sekarang ini kalau bukan gue, siapa juga yang mau sayang sama dia?"

Esvand menganggukkan kepalanya, di negara kita yang sangat menjunjung tinggi adat-istiadat, tentu hamil di luar nikah bukan sesuatu yang dapat dibenarkan, Geya sedang banyak disudutkan sekarang ini, memang tepat langkah Aydin kalau dia mau melindungi Geya, karena kalau yang menikah dengan Geya adalah Andra, maka mungkin Andra akan membiarkan Geya sendirian dengan semua lukanya.

***

"Assalamualaikum." Aydin masuk ke dalam rumah.

Dia melihat bahu Geya yang duduk membelakanginya, karena posisinya Geya duduk di ruang tengah sendirian.

Aydin kemudian mengerutkan dahinya saat melihat bahu Geya bergetar hebat, ada apa gerangan?

Aydin langsung saja menghampiri Geya dan ternyata memang Geya sedang menangis, menangisi sesuatu yang Aydin juga tidak tahu.

Aydin langsung menghampiri Geya. "Kenapa?" tanya Aydin, orang kalau memang dasarnya sudah sedih semakin sedih karena ditanya kenapa.

Karena Geya semakin ambyar maka Aydin memutuskan untuk memeluk tubuh Geya, memutuskan untuk mendekap tubuh istrinya itu, fungsi Aydin di sana tentu saja untuk selalu meyakinkan Geya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Geya langsung melingkarkan tangannya seerat-eratnya di tubuh Aydin, karena memang dia butuh dipeluk sekarang ini, dia butuh ditenangkan, dia butuh diterangkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Aydin masih tidak tahu apa yang terjadi dengan Geya dan kenapa Geya sampai menangis begini, tapi sebagai seseorang yang memang menjadi tumpuan untuk Geya sekarang ini, dia berusaha untuk memberikan pelukan terbaiknya.

"Sssttt! Tenang, di sini ada aku." Aydin berusaha untuk menenangkan Geya, karena pada dasarnya Geya mungkin hanya butuh keberadaan orang lain di sisinya, sama sekali tidak meminta untuk didengarkan.

Aydin sesekali mencium puncak kepala Geya, sebelumnya memang hanya memeluk, kalau sekarang entah bagaimana ceritanya Aydin sering secara otomatis mencium puncak kepala Geya untuk menenangkan Geya, menenangkan sosok yang sekarang sudah menjadi istrinya itu.

Geya mengeratkan pelukannya, dia hanya merasa terbuang dan merasa bahwa apa yang dia lakukan ini benar-benar sebuah bentuk dosa besar bagi semua orang.

***

Nggak seru ya ceritanya? wkwkw kepikiran mau hapus nih jadinya.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang