Chapter 2 - Reckless

82 24 46
                                    

'Setiap perintah dan keinginan Linor adalah mutlak.'

Karena keinginannya untuk masuk ke sanggar seni lukis di mana Bayu bekerja tidak bisa diganggu gugat, maka pagi ini mobil mewah milik Linor sudah berada di depan gedung yang merupakan tempat sanggar itu berada. Sebuah bangunan kecil dengan 2 lantai yang diapit oleh beberapa gedung lainnya.

Puas memindai sekitar gedung tersebut. Linor akhirnya memilih untuk turun dari mobilnya, tentu saja dengan Willies yang selalu setia mengekorinya. Sebagai tangan kanan Linor dan orang yang paling lama dekat dengan Linor, Willies mungkin akan rela mengikuti sang wanita, bahkan ke dalam jurang dan padang ranjau sekali pun. Dan kali ini pun, ia akan tetap setia menapaki jejak langkah Linor sampai akhitnya mereka berdua masuk ke dalam gedung tersebut.

"Selamat datang," sapa seorang wanita yang usianya terlihat tidak berbeda jauh dengan Linor. Senyum ramah terpatri resepsionis tersebut. Sedangkan Linor hanya membalas seadanya, enggan untuk berbasa-basi, karena tujuannya adalah Bayu.

"Saya sudah mendaftar kemarin. Jadi, saya ingin memulai kelas pagi ini," ucap Linor.

"Baik, mohon diserahkan formulir pendaftarannya."

Linor dengan segera merogoh tasnya. Bukan tas berkilauan seperti yang biasa ia gunakan, tetapi sebuah tas yang terlihat sederhana dan tentu saja masih dengan harga yang fantastik.

Beberapa menit berlalu, resepsionis tersebut kembali bangkit. "Atas nama Elinor Chloe." Wanita muda itu berucap, untuk kembali memvalidasi identitas Linor.

Dalam beberapa detik, resepsionis tersebut memandang wajah Linor, mungkin terpesona dengan pahatan wajah yang begitu sempurna. Beruntungnya, nama Linor tidak terlalu dikenal di masyarakat awam. Hanya segelintir orang awam yang tahu bahwa dia adalah mahkota The Stary Corporation dan hanya orang-orang yang bergelut dalam dunia bisnis yang mengenal siapa dirinya.

Setelah selesai memastikan identitas, Linor dipersilahkan menunggu sampai kelas dibuka. Linor yang terlalu bersemangat sampai tidak sadar bahwa keadaan gedung tersebut memang masih sepi. Bahkan, orang yang dituju oleh Linor pun belum menampakkan dirinya.

Puluhan menit terlewati. Baik Linor maupun Willies duduk di kursi yang memang disediakan untuk menunggu. Mereka berdua tenggelam dalam aktivitasnya menyelami gawai masing-masing. Namun, pada menit ke 27, pintu utama terbuka, menampilkan sosok yang sedari kemarin Linor dambakan. Dengan sedikit tergesa, tetapi masih bisa menampilkan senyuman untuk memperhangat pagi hari.

Bayu langsung menuju ke arah resepsionis. Sepertinya ia tidak terlalu memerhatikan sekeliling sampai tidak menyadari Linor sudah menatapnya dengan begitu damba dan antusias. Menilik dengan teliti setiap jengkal langkah yang diambil oleh Bayu. Sampai mata Linor nyaris tidak berkedit kala Bayu kembali menampilkan snegum untuk menyapa resepsionis.

Sayangnya, senyum itu bukan ditujukan untuk Linor.

"Selamat pagi, Rita. Maaf saya sedikit terlambat. Tadi ada kendala di transportasi." Bayu merasa bersalah, sebab tidak datang tepat waktu.

"Bukan masalah besar, Kak." Rita terkekeh, lucu melihat Bayu yang terlihat sedikit panik akibat datang tidak seperti biasa.

"Oh iya, katanya hari ini ada yang mulai masuk kelas, ya?"

"Iya, Kak. Itu di sebelah sana." Rita menunjuk ke arah belakang, tempat Linor dan Willies menunggu sedari tadi.

Dengan refleks Bayu mengikuti arah tunjuk Rita. Sampai mata jernihnya akhirnya tepat menangkap objek yang membuat senyumnya luntur secara perlahan. Wanita yang kemarin tiba-tiba datang ke kedainya untuk menghina. Dan saat langkah wanita itu mulai mendekat, Bayu sebisa mungkin kembali memaksakan sebuah senyuman.

Love TragedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang