Chapter 5 - Liberation Night

86 17 31
                                    

Awan hitam bergumul menghasilkan warna pekat, tanda bahwa hari kian melarut. Namun, bagi sebagian orang. Bukan suatu alasan untuk bisa berhenti meraih pundi-pundi uang. Justru, malam harilah yang menjadi ladangnya mencari nafkah.

Bayu salah satu dari jutaan manusia yang masih belum mengistirahatkan tubuhnya. Bukan tidak lelah, tetapi keadaan yang menuntutnya. Bukan saatnya ia harus terlelap di atas kasur dan membawanya ke alam mimpi, ketika dalam pikirannya ia masih harus memikirkan bagaimana cara bertahan hidup, bagaimana ia harus membayar utang agar tidak kehilangan rumah dan mempertahankan harga diri istrinya, bagaimana pula ia harus tetap menghasilkan uang demi beberapa tablet obat untuk mempertahankan kesehatan istrinya.

Apakah dengan keadaan hidup yang seperti itu ia pantas untuk bersantai?

Namun, pada malam ini. Bayu tidak sampai hati pulang di dini hari. Nyaris pukul dua belas pun ia segera menutup kedainya. Bukan karena tidak adanya pembeli yang hadir untuk mengganjal lapar dengan nikmatnya masakannya. Akan tetapi, ada satu alasan lain yang membuat pikirannya berlari ke mana-mana. Sandra hanya seorang diri di rumah tuanya, sedangkan keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Demam akibat cuaca yang sering berganti dengan cepat menumbangkan tubuh lemah Sandra, sehingga malam ini tidak bisa menemani Bayu seperti biasa. Dan justru itulah yang membuat Bayu khawatir bukan main.

"Lho, Mas Bayu tumben sekali jam segini sudah mau tutup?" tanya salah satu penjual yang krdainya berdekatan dengan kedai Bayu.

"Iya, Pak. Istri saya lagi kurang sehat. Saya khawatir ninggalin dia sendirian," jawab Bayu jujur. Bersiap melangkahkan kaki untuk meninggalkan kedainya yang hltelah sempurna tutup.

"Woalah, pantesan sama gak liat Mbak Sandra dari tadi. Ya sudah, Mas. Hati-hati di jalan." Penjual tersebut berpesan, kemudian diangguki oleh Bayu.

Dengan langkah tergesa, Bayu membawa kakinya untuk menuju rumahnya. Tidak ada motor apalagi mobil. Cukup bermodalkan tenaga dan kaki yang kuat agar bisa sampai dengan cepat dengan jarak yang lumayan jauh letak kedainya ke rumahnya. Menghalau dinginnya udara yang menerpa kulit pucatnya. Menghadang sepi yang kini menemaninya sepanjang perjalanan.

Memang benar, Ibu kota selalu dihiasi oleh hingar bingar kemewahan bahkan di malam hari. Namun, tidak bagi orang-orang miskin dan kecil seperti Bayu. Yang ia lewati hanyalah gang sepi dan kumuh, bau serta becek. Sedikit menciutkan nyali Bayu, apalagi ia hanya sendirian melewati gang tersebut. Bukan takut akan hantu atau makhluk-makhkuk halus lainnya, tetapi takut pada preman jalan yang bisa saja mengambil uang dan melukainya.

Tidak. Bayu hanya ingin segera sampai ke rumah dan melihat keadaan Sandra secara langsung.

Langkah Bayu semakin cepat kala dari kejauhan ia mendengar derap kaki yang tidak biasa. Seperti gesekan antara pantopel mewah dengan aspal di jalan sempit gang. Tentu saja membuat debar jantung Bayu semakin menggila, apalagi setelah Bayu mencoba semakin mempercepat langkahnya, semakin cepat dan dekat pula derap langkah tersebut. Dan saat Bayu sengaja menghentikan langkahnya, berhenti pula suara tersebut.

Setelah memberanikan diri untuk membalik badan dan menyisir keadaan, hanya lenggang dan kosong yang didapatkan. Bayu rasa memang ada yang sengaja mengikuti dirinya, sebab jika itu adalah preman jalan, tidaklah akan bertingkah demikian. Biasanya akan langsung menghadang dan menyerang jika tidak menyerahkan uang. Merasa keadaan sedikit aman, Bayu sedikit bernapas lega. Kembali melanjutkan langkahnya yang semlat terhenti.

Akan tetapi, baru saja sepuluh langkahnya dijejakkan. Sebuah benda yang cukup keras menghantam kepala dan tengguknya. Membuat badannya terhuyung ke depan dan menghasilkan  sensasi pening berikut nyeri. Bayu menggerang kesakitan, merasakan adanya cairan kental yang perlahan mengalir di bagian belakang kepalanya. Pandangannya semakin memburam dan memberat. Hingga di sisa kesadarannya, ia bisa melihat dua orang berpakaian hitam membawa tubuhnya yang tidak berdaya.

Love TragedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang