Chapter 3 - Opportunity

86 22 71
                                    

Seperti malam sebelumnya, Bayu dan Sandra akan sibuk di kedainya. Bedanya, malam ini pembeli datang sedikit lebih banyak, biarpun tidak  membuat Bayu dan Sandra keteteran. Setidaknya, ada sedikit peningkatan dari malam-malam sebelumnya, dan itu patut disyukuri.

Sudah tiga hari tiga malam pula Linor tidak pagi muncul di hadapan Bayu, baik di kedai maupun di sanggar. Bukan apa-apa, semenjak kejadian tempo lalu di dalam mobil Linor, Bayu menjadi enggan bertemu dengan Linor, hanya membuatnya teringat kembali pada dosa itu. Mengenai Sandra, sampai detik ini juga, wanita yang menjadi istri Bayu, masih belum tahu akan hal itu. Tidak sampai hati Bayu memberi tahu istrinya akan hal hina tersebut. Mau sehancur apa nanti perasaan Sandra saat tahu suaminya dilecehkan oleh orang lain?

"Istrirahat dulu, San. Nanti dilanjut lagi." Bayu memperingatkan Sandra yang masih terus membersihkan meja kotor.  Sadar akan kondisi tubuhnya, Sandra akhirnya menurut. Segera mengimpan lap kotor dan celemeknya, lalu mencuci tangan dan menghampiri Bayu.

"Iya, Mas. Tadi nanggung dikit lagi soalnya." Sandra tersenyum lembut.

"Kamu capek aja tetep cantik aja, San," celetuk Bayu yang berhasil membuat Sandra bersemu merah. Hei, meskipun sudah menjadi sepasang suami istri, hal tersebut masih menjadi hal yang membuat Sandra malu dan senang di saat yang bersamaan.

"Mas jangan gombal, deh."

"Mas gak gombal, lho. Aslian kamu selalu cantik dalam keadaan apapun. Karena kamu adalah istrinya Mas. Istri terbaik dan tercantik di dunia," ucap Bayu sedikit menggoda, lalu kekehan keduanya kembali menggema di sela kekosongan kedai mereka.

Hal tersebut memang selalu dilakukan saat kedai mereka kosong. Tidak peduli mau selarut apa pun, canda tawa dan kehangatan akan selalu mengguar sebagai bentuk curahan kasih sayang.

Namun, tawa mereka harus terhenti kala ada segerombolan lelaki dengan badan besar dan tatto memenuhi badan masuk dengan kasar ke dalam kedainya. Membanting beberapa kursi plastik dan tempat sendok, sehingga menimbulkan kegaduhan. Cepat-cepat Bayu bangkit dari duduknya. Menyembunyikan Sandra di balik punggungnya. Takut-takut lelaki menyeramkan itu melukai sang istri.

Genggaman  Sandra pada tangan Bayu semakin mengerat. Menandakan bahwa memang ia membutuhkan oerlindungan. Tubuhnya sedkkit bergetar melihat kebengisan wajah lelaki yang ia yakini adalah utusan rentenir yang menagihnya tempo lalu.

"Bayu Erlangga, bayar utangmu atau istri cantikmu yang akan kami jual," ucap salah satu dari mereka. Mengancam dengan kejam sampai Sandra benar-benar merasa bahwa kali ini adalah nasib buruknya, sebab uang milik mereka belum bisa menutupi utang berikut bunganya.

***

Tawa penuh kepuasan benar-benar menghiasi ruangan luas dengan dekorasi yang megah. Satu buah tab yang ada di tangannya adalah sumber kepuasan itu. Linor bahkan sampai mengeluarkan air mata akibat terlalu banyak tertawa. Menyaksikan bagaimana tubuh ringkih Bayu menjadi bulan-bulanan 3 lelaki berbadan besar dan penuh dengan tatto. Sedangkan Sandra, hanya bisa menangis dipojokkan melihat Bayu diperlakukan layaknya binatang, tanpa bisa membantu apa pun.

"Tidak berguna," desisnya, kemudian kembali tertawa.

Menangis? Sejak kecil ia tidak pernah diperkenalkan dengan kata menangis. Memangnya apa yang bisa diselesaikan dengan menangis? Justru hanya akan menambah masalah dan membuatnya semakin runyam. Memperlihatkan kelemahan dan kekalahan yang nyata. Benar-benar tidak berguna.

Andai saja Linor bisa menggantikan posisi Sandra. Maka akan dengan senang hati ia akan melubangi kepala 3 orang menjijikan itu. Alih-alih menangis dan tidak melakukan apapun, hanya menyusahkan dan membuat jengkel.

Love TragedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang