Bayu menepati janjinya untuk membayar utang pada Linor. Sesuai dengan jadwal yang diajukan oleh Bayu, Bayu akan datang ke rumah mewah Linor hanya untuk menyerahkan amplop berisikan uang dan kertas tanda tangan, sebagai bukti bahwa Bayu telah membayarkan sebagian utangnya.
Linor sebenarnya sedikit menikmati apa yang Bayu lakukan. Maksudnya, ia jadi bisa bertemu Bayu tanpa harus bersusah payah melakukan banyak hal. Kendati hanya bertemu dalam hitungan menit, itu sudah sangat berarti bagi Linor.
Semenjak kejadian malam itu dan saat Bayu datang ke rumahnya, Linor benar-benar tidak lagi melakukan hal gila. Tidak lagi menguntit atau bertingkah menyebalkan. Membiarkan Bayu tenang dengan dunianya, walaupun tidak sepenuhnya ia lepas dari genggamannya.
Mulai detik itu, Linor mengubah strategi.
Saat ini Linor sengaja meluangkan waktunya. Bersantai di rumah sembari menata bidak catur dengan rapi. Bukan berarti ia lalai terhadap tanggung jawabnya, tetapi ada hal lain yang menurutnya lebih penting daripada membaca berkas-berkas sialan itu. Maka dari itu, ia memerintahkan pada Willies untuk menggantikannya hari ini di kantor.
"Nona. Tuan Bayu sudah menunggu." Seorang Bodyguard melapor. Bertepatan dengan terhentinya gerakan Linor menyusun bidak pion yang terakhir.
Ini yang ia tunggu.
"Suruh di ke sini," titahnya singkat.
"Baik, Nona." Segera, lelaki dengan tubuh kekar itu memundurkan langkah dan mengikuti perintah Linor.
Kedua sudut bibir Linor terangkat sampai menyungging senyuman. Linor membayangkan betapa tampannya wajah Bayu yang tidak ia lihat secara langsung dalam beberapa minggu terakhir.
Dan kali ini, Linor tidak ingin hanya melihat wajah Bayu dalam hitungan menit. Ia ingin sedikit lebih lama menikmati wajah tampan yang sangat ingin ia lihat itu. Sehingga ia mengatur cara untuk bisa mempertahankan Bayu tanpa harus membuatnya ketakukutan.
Lalu, ada rasa yang sulit dijelaskan oleh Linor kala wajah itu kini telah terpampang nyata di depannya. Rasanya sedikit menggelitik, rasa yang begitu asing bagi Linor. Akan tetapi, Linor menyukainya. Sampai ingin segera beranjak dan mendekap Bayu tanpa ingin melepas.
Apa ini yang dikatakan orang dengan sebutan rindu?
"Tanda tangan!" Selalu kata itu yang pertama terucap dari bibir tipis Bayu. Dengan nada dan ketus, tetapi terlihat menggemaskan di mata Linor.
"Ey, duduklah dulu, Tuan." Linor tersenyum jahil. Sengaja dilakukan untuk menggoda Bayu.
Bayu hanya bergeming. Tak berniat tunduk akan ucapan Linor.
"Ayolah. Hanya sebentar sampai permainan ini benar-benar berakhir," bujuk Linor. Lantas, mengarahkan dagu dan tatapannya pada kursi kosong di depannya.
Lama Bayu menimbang. Melihat papan catur yang telah terisi bidaknya dengan tertata rapi di atasnya. Setelah cukup yakin, ia menatap Linor sebentar, kemudian memilih duduk di hadapan Linor.
Permainan akan dimulai, dan mangsa mulai masuk perangkap.
Linor mengambil alih bagian warna putih, sedangkan Bayu di warna hitam. Dengan demikian, Bayu yang akan memulai memajukan salah satu bidaknya dan sebagai tanda permainan dimulai.
Bayu memilih memajukan pion sebanyak dua langkah dan berhenti di barisan E4.
"Pion? Why?" Begitupun dengan Linor yang memajukan pion sampai di papan E5.
Bayu berpikir beberapa detik, kemudian memindahkan bidak ke F3. "Jangan pernah meremehkan orang lain, walaupun terlihat lemah," ucapnya datar.
"I see." Disusul oleh Linor yang juga sama memajukan bidak kuda.
![](https://img.wattpad.com/cover/323625687-288-k426124.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Tragedy
Romance⚠️21+/ Mature Serupa dengan bidak Ratu dalam papan catur. Dia yang bisa bergerak leluasa dan bebas, memiliki kekuasan, kekuatan dan bisa memimpin peperangan. Elinor Chloe adalah bentuk nyata dari bidak catur tersebut. Seakan dunia bisa ia genggam le...