Chapter 4 - Anger

91 17 21
                                    

Siang kali ini, Linor sudah dibuat kesal atas pesan yang disampaikan oleh Willies. Bukan masalah kemesraan Bayu dan juga Sandra, tetapi ada hal lain yang jauh lebih menyebalkan dibanding itu.

"Nona, Anda diminta untuk datang ke pertemuan makan malam di rumah Tuan besar."

Satu kalimat yang benar-benar membuat mood Linor anjlok sampai ke dasar. Sudah pasti ada sesuatu jikalau dengan sengaja lelaki tua itu mengundang dirinya. Entah untuk menunjukan kebrengsekannya atau justru untuk kembali menekannya dengan tuntutan tidak masuk akal.

Samael Chloe yang dilihat dari luar adalah sosok lelaki yang mendekati kata sempurna. Lelaki paruh baya dengan darah campuran Indonesia-Kanada dan masih tampan di usianya. Berhasil menguasai pasar bisnis, meraih kesuksesan, ketenaran, dan uang yang tak terhitung, memiliki beberapa perusahaan raksasa dengan cabang yang merambah di mana-mana. Belum lagi adanya sosok wanita cantik bernama Melinda Claudia yang selalu setia mendampingi dan memberikan support dalam berbagai keadaan. Serta memiliki anak perempuan yang cerdas dan mandiri seperti Elinor Chloe.

Sungguh kehidupan yang sempurna.

Namun, jika siapa pun berhasil membongkar cangkang kesempurnaan itu, maka jangan heran jika hanya akan mendapatkan sosok Samael yang begitu keji. Jika Elinor adalah wanita iblis, maka Samael adalah apapun yang melebihi iblis itu. Tidak ada sosok lelaki yang selalu menebar senyum malaikat, tidak ada sosok suami idaman dan setia, tidak ada sosok ayah yang menjadi panutan. Yang ada hanya seorang brengsek yang memiliki seribu wajah.

"Masih untung kau diberi kesempatan hidup setelah hal bodoh yang kamu lakukan!"

Sejak kecil, prinsip otoriter sudah tertanam jelas dalam keluar Chloe. Linor tidak ingat apa yang telah ia perbuat sampai-sampai Samael seperti sangat membencinya hingga ke tulang. Selalu berlaku sinis padanya. Tak segan memberikan hukuman tidak manusiawi hanya karena kesalahan sepele dan tidak berhasil mencapai kesempurnaan. Belum lagi hampir setiap malam Linor selalu melihat Samael yang membawa perempuan ke dalam rumahnya. Kala itu, dia belum mengerti. Hanya ada rasa marah yang membara, apalagi ketika ibunya menangis diam-diam karena hal itu.

Apa kurangnya Melinda sampai si bengis itu menyakiti hati perempuan itu?

Atau pertanyaannya yang salah. Apa bagusnya Samael sampe berhak ditangisi Melinda setiap malam?

Lalu, setelah Linor mulai mengerti akan keadaan, mulai memberontak atas apa yang ia terima. Tanpa hati Samael membuang Linor ke New York dengan dalih untuk pendidikan yang lebih baik. Padahal, saat itu Linor hanyalah seorang remaja yang akan memulai masa sekolah menengah pertamanya. Masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari ibunya. Akan tetapi, terpaksa harus menuruti apa yang diperintahkan Samael.

Dari situlah mulai terbentuk karakter Linor yang arogan, kejam, dingin, mandiri, dan tidak berhati nurani.

Dan mulai saat itu, Linor mengerti jika ibunya bertahan dengan Samael bukan lagi karena saling suka, apalagi berdasarkan cinta, tetapi atas dasar kehormatan dan pandangan publik yang mereka agungkan. Tidak peduli jikalau kebersamaan mereka saling menyakiti dan membuat seorang anak merasa tersingkirkan.

Dor

Suara nyaring itu menggema. Tepat mengenai bidikan dan berhasil melubangi sebuah papan dengan banyak lingkaran, kemudian hancur berkeping-keping. Linor mungkin bisa saja lebih dari sekadar melubangi kayu, tetapi bisa meledakkan kepala dan jantung seseorang yang membuat rasa kesalnya bertambah. Maka dari itu, Willies hanya diam di kejauhan, memantau tuan putrinya agar tidak bertindak berlebihan.

Berbicara tentang Willies. Anak itu bukanlah orang yang sengaja dilatih atau dibayar untuk menjaga Linor dalam keadaan apapun. Willies adalah anak dari tangan kanan Samael yang dulu diperintahkan untuk menjaga Linor saat di luar negeri. Jika sang ayah begitu tunduk dan patuh pada semua perintah Samael, begitupun dengan Willies yang setia pada Linor.

Love TragedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang