Chapter 1 - The Golden Spoon

147 24 45
                                    

Sebuah mobil mewah dengan brand yang harganya selangit, berhenti tepat di depan jajaran para staff dan bodyguard yang memakai pakaian serba hitam. Berwajah menyeramkan dan seolah siap membunuh siapa saja yang berani menyentuh. Seakan siap melubangi kepala siapa pun orang lemah hanya lewat tatapan matanya. Namun, semuanya menghilang seketika, kala seorang wanita turun dari mobil mewah tersebut. Kepala semua staff dan yang hadir menunduk patuh, tidak berani mengangkat kepala barang satu sentimeter pun.

Elinor atau yang lebih sering dipanggil Linor adalah calon pewaris tunggal dari The Stary Corporation. Perusahaan besar yang berada di jantung Ibukota dengan cabang yang sudah marambah di mana-mana. Perusahaan yang didirikan oleh generasi pertama keluarga Chloe. Percampuran darah Kanada yang begitu kental, sebab sang kakek yang berasal dari negara tersebut. Perusahaan yang kini masih dipegang oleh ayahnya-Samael Chloe, dan menguasai di berbagai bidang. Properti, perhotelan, bahkan sampai ke bidang medikal. Untuk saat ini, The Stary adalah bentuk nyata dari surganya para pebisnis.

Sedangkan Linor sendiri. Tidak terlalu menggubris bentuk sambutan dan penghormatan yang ia terima. Fitur wajah bak Dewi Yunani. Percampuran antara dingin, tajam, congkak, mahal, dan ekslusif. Dengan langkah yang tegas dan lugas, ia membawa kakinya mengayun untuk memasuki salah satu hotel The Stary yang terhubung dengan bangunan megah Mall dan restoran khas makanan Italia dengan harga yang tidak main-main.

Elinor bukan hanya sekadar orang yang penuh dengan harta.

Tepat setelah memasuki gedung megah itu, Linor berhenti di depan sebuah lift dan langsung menuju lantai paling atas. Sebuah ruangan VVIP yang di desain khusus untuk tempat pertemuan penting orang-orang yang berpengaruh.

"Tuan Matteo sudah menunggu di dalam, Nona," ucap lelaki yang berjalan tepat di belakang Linor. Berusaha mengimbangi langkah sang wanita, tetapi masih mempertahankan ketundukannya.

Lelaki itu, berbeda dengan para lelaki yang juga ikut membuntuti Linor. Bernama Willies dengan usianya yang sedikit lebih muda dengan tubuh yang lebih kecil dari bodyguard lainnya. Wajahnya pun tidak semenyeramkan yang lain, tetapi ketegasan begitu melekat pada raut wajahnya. Postur tubuh yang begitu tegap dengan langkah yakin menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa pun yang melihat. Namun, sekali orang tersebut bermacam-macam padanya, maka jangan harap keesokan harinya masih bisa melihat matahari.

Tepat di depan pintu dengan desain megah. Ukiran yang terpahat begitu melambangkan kegagahan, serta berwarna keemasan sebagai simbol kekayaan. Linor mengangkat sedikit tangannya. Tanda agar 2 lelaki yang sedari tadi membuntutinya untuk berhenti. Tidak perlu mengikuti sampai ke dalam ruangan. Satu gerakan saja, sudah membuat mereka mengerti. Oleh sebab itu, dengan patuh mereka menunduk paham. Membiarkan Sang Nona bersama Willies masuk ke dalam.

"Selamat datang Nona Linor. Suatu kehormatan bagi saya bisa berjumpa dengan Anda." Dengan segera lelaki yang sedari tadi duduk menunggu kedatangan Linor, berdiri dan menyapa dengan hormat.

Linor tak menjawab. Memilih untuk mendudukkan dirinya di atas kursi. Sedangkan Willies, memilih berdiri tepat di belakang Linor.

"Mana berkas yang kamu janjikan tempo lalu?" Tanpa basa-basi, Linor mengungkapkan apa yang diinginkannya dari pertemuan ini. Jelas saja, dirinya yang bergelimang harta, tidak begitu memiliki banyak waktu untuk membahas hal-hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan bisnis.

Dirinya benar-benar dididik dengan pepatah 'Waktu adalah uang'.

Dengan segera, lelaki yang benama Matteo itu menyerahkan beberapa berkas pada Linor. Lantas Linor membuka dengan tergesa, ingin segera mengetahui apa yang membuatnya penasaran selama ini.

Love TragedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang