~8~

2.3K 187 10
                                    

Pagi ini Jaemin bangun dengan kondisi yang lebih baik. Suhu tubuhnya sudah kembali normal. Ia tidak lagi lemas dan juga tidak pucat. Hari ini merupakan hari libur. Jaemin tidak bangun sepagi biasanya. Ia sedang ingin sedikit santai. Yah, meskipun sebenarnya ia tidak benar-benar libur untuk hari ini. Nanti Jaemin akan bertemu dengan sekretarisnya untuk membicarakan pekerjaan namun dalam situasi yang tidak begitu formal.

Jeno terbangun setelah merasakan goyangan di tubuhnya. Ia melihat Jaemin yang sudah segar dan tidak pucat seperti kemarin. Tanpa menunggu diperintah Jeno pun segera berdiri lalu pergi mandi. Jaemin seperti biasa akan menyiapkan pakaian santai. Entah Jeno akan keluar atau tidak hari ini. Setelah menyiapkannya Jaemin pun turun untuk menyiapkan sarapan. Saat sedang memasak, ia mendapatan panggilan dari orangtua Jeno. Jaemin akhirnya memasak ditemani oleh kedua orangtua Jeno.

Jeno turun setelah selesai dengan acara mandinya. Penampilannya sudah segar dengan pakaian santai yang disiapkan Jaemin tadi. Pagi ini dia tidak ada acara untuk keluar. Jeno berencana akan menghabiskan paginya dengan bersantai di rumah. Saat ia sudah di dapur, dahinya mengernyit kala mendengar suara Jaemin sedang berbicara.

"Dengan siapa dia berbicara? Apa ada tamu?" gumam Jeno. 

Ia pun segera menuju dapur. Disana Jaemin sendirian sedang menata makanan di meja makan. Ia melihat earphone di telinga kanan Jaemin dan ponsel wanita itu yang tergeletak di atas meja makan, dekat dengan kursinya. Ternyata Jaemin sedang menelepon. Jeno akhirnya memilih duduk di kursinya sambil mengamati Jaemin yang masih sibuk. Ia juga sengaja mencuri dengar karena penasaran dengan siapa Jaemin bertelepon sepagi ini.

"Ne. Dia sudah disini sekarang" 

Tiba-tiba Jaemin menatapnya dan mengatakan hal itu. Jeno menaikkan alisnya guna mengode untuk bertanya siapa yang menelepon. Jaemin menjawab tanpa suara. 'Eomma'. Jeno akhirnya mengambil ponsel Jaemin dan mengambil alih panggilan tersebut. Jaemin sendiri kembali melakukan aktivitasnya. Tidak lama kemudian Jeno mengembalikan ponselnya. Keduanya lalu memulai sarapannya.

"Jaem" panggil Jeno meminta atensinya. Jaemin mendongak dan menatap Jeno di sebrang meja. Hanya menatap tanpa bicara. 

"Aku ada perjalanan bisnis ke China selama seminggu" ucap Jeno.

"Kapan?" tanya Jaemin.

"Sore ini berangkatnya. Acaranya baru dimulai besok pagi. Aku berangkat sore ini biar bisa istirahat dulu" ucap Jeno menjelaskan.

"Hanya perlu menjawabnya saja. Aku tidak membutuhkan penjelasanmu" batin Jaemin.

Jaemin mengangguk mengerti. Mungkin setelah ini dia akan menyiapkan keperluan suaminya lebih dahulu sebelum bertemu sekretarisnya. Setelah pembicaraan itu tidak ada lagi suara yang keluar dari mulut mereka. Seperti biasa, Jaemin yang hanya sarapan sedikit akan selesai lebih awal. Dia berdiri dan mulai menyicil untuk mencuci piring di wastafel. 

"Kau menghindariku?" Suara Jeno tiba-tiba itu membuat Jaemin tersentak kaget. Beruntung piring ditangannya tidak sampai tergelincir kebawah. Akan menjadi kekacauan kalau begitu.

"Tidak" jawab Jaemin singkat.

"Kau iya. Kau menghindariku sejak sakit sebelumnya. Apa kau marah padaku karena aku tidak memperhatikanmu? Aku kan sudah menyiapkan makananmu kemarin pagi" ucap Jeno menuntut.

"Ya. Dan makanan yang kau beri adalah racun bagiku. Kau bahkan memberikan paket lengkap untuk alergiku" batin Jaemin. 

Ingin sekali ia menumpahkan emosinya setiap mengingat itu. Sebegitu tidak tahunya kah Jeno tentang dirinya? Setidak pedulikah itu Jeno padanya? Setidak penting itukah Jaemin baginya?

Tanpa RASA ~ [Nomin] ~ \\END//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang