Kepergian Jaemin dari rumah Jeno ternyata memberi imbas yang cukup besar baginya. Seperti pagi ini. Jeno sudah kembali ke rumahnya sendiri. Benar-benar sendirian disana. Pagi ini Jeno bangun terlambat. Dengan tergesa-gesa ia segera mandi lalu berangkat. Jeno bahkan memakai kaos kakinya saat di lampu merah. Kemejanya baru sebagian saja yang ia kancingkan. Jasnya ia sampirkan di kursi sebelahnya. Dasinya? Jangan tanya. Jeno juga tidak sempat sarapan.
Kacau. Benar-benar kacau. Padahal sebelum menikah dengan Jaemin, Jeno sudah biasa melakukan semuanya sendiri (kecuali untuk dasinya dimana ia selalu meminta tolong pada ibu atau sekretarisnya). Mungkin karena ia mulai terbiasa dengan adanya Jaemin yang selalu menyiapkan segalanya selama beberapa bulan terakhir. Hal itu dapat mengubah kebiasaan Jeno.
"Ouh! Shit! Kenapa harus macet segala!" gerutu Jeno kala mobilnya harus ikut berhenti bersama puluhan mobil yang berjalan merambat di depannya. Jeno sudah terlambat. Seharusnya ia harus sudah ada di kantor pukul 8 pagi, tapi tadi dia baru bangun pukul sekian. Padahal hari ini jadwal Jeno sangat padat. Dia tidak bisa menunda rapat paginya, lagi, karena ini sudah penundaan yang ketiga. Tentu dengan alasan yang sama, terlambat.
Sembari mengendarai dengan sangat lambat, Jeno pun memakai sepatunya. Membiarkan sandal rumahnya yang ia lemparkan begitu saja ke kursi di belakangnya. Ponsel Jeno berdering. Tanpa melihatnya Jeno sudah tau kalau itu adalah sekretarisnya. Ia pun menghubungkannya ke layar mobil.
"Wae?" tanya Jeno tidak santai. Bagaimana ia bisa santai kalau paginya sudah hancur bahkan sejak ia membuka mata.
"Kau dimana? Semuanya sudah menunggu di ruang rapat" ucap Mark yang siap mengomel dari seberang sana. Dia bahkan sudah tidak menggunakan bahasa formal.
"Masih di jalan" jawab Jeno dengan nada ketus.
"Di jalan? Yak! Kau mau membatalkan rapatnya lagi? Ini sudah ketiga kalinya" ucap Mark ikut frustasi.
"..."
"Kenapa diam? Cepat berkendaranya. Biasanya juga seperti pembalap" ucap Mark
"Tidak bisa"
"Kenapa tidak bisa?!"
"Aku sudah terjebak di tengah-tengah kemacetan. Sulit maju maupun mundur. Aku tidak mungkin membiarkan mobilku ditengah jalan begini dan menimbulkan semakin banyak masalah kan?"
"Oh My God! Sudah tau ada rapat. Kenapa baru berangkat"
"Kesiangan" jawab Jeno dengan nada lirih namun masih dapat ditangkap oleh pendengaran Mark diseberang sana.
"Lagi?! Tidak ada gunanya aku selalu meneleponmu untuk membangunkanmu setiap pagi. Kau pasti tidur lagi setelah mengangkatnya kan? Dasar Lee Jeno! Kau ini bossnya tapi tidak bisa seenaknya juga. Pik-"
TUT~
Panggilan telepon diakhiri begitu saja oleh Jeno. Paginya sudah hancur dan akan semakin hancur kalau dia harus mendengarkan ocehan Mark. Jeno sudah pusing sekarang, memikirkan bagaimana caranya bisa keluar dari jebakan kendaraan ini. Ia bahkan tidak yakin bisa sampai kantor untuk pertemuan dengan tamu pentingnya yang dijadwalkan setelah rapat internal paginya.
"ARRGHHH! Kenapa tidak menciptakan mobil terbang saja sih?! Supaya tidak macet seperti ini" gerutu Jeno.
Pada akhirnya rapat internal pagi itu dibatalkan. Batal, bukan lagi ditunda. Jeno tidak memiliki waktu lain yang bisa menggantinya. Ada waktu luang pagi, tapi bukankah itu hanya akan mengulang hal yang sama? Keputusan akhirnya adalah membatalkan dan meminta pegawainya membuat laporan singkat sebagai gantinya. Jeno baru bisa terbebas dari kemacetan setelah sekitar 1,5 jam berjuang. Dia datang terlambat pada pertemuan dengan tamu pentingnya. Beruntung tamunya cukup baik dan memberi toleransi padanya sehingga Jeno tidak perlu memikirkan suatu hal untuk 'menyogok' tamunya.
Tidak hanya soal keterlambatan, perubahan dari Jeno pun semakin bermunculan. Dia sering tidak fokus pada pekerjaannya bahkan sampai mendapat teguran dari karyawan serta tamunya. Terkadang raga Jeno memang ada disana, tapi seolah nyawanya ada di tempat lain. Sulit untuk diajak berbicara. Bukan hanya Jeno, Mark pun juga terkena imbasnya. Dia menjadi berkali-kali lebih sering mengomeli Jeno. Padahal disini Jenolah atasannya. Namun saat melihat pemuda beralis camar itu mengomel, mungkin orang yang tidak mengenal mereka akan menganggap Mark lah si bossnya.
***
Tak~
Jeno mendongak kala tiba-tiba ada beberapa map yang diletakkan dengan tidak santai dihadapannya. Mata Jeno menemukan Mark, sekretarisnya ada disana. Menatapnya dengan wajah garang. Alis camarnya sudah menyatu membentuk sudut tajam.
"Kenapa?" tanya Jeno dengan polosnya.
"Hah~ Lihat itu. Periksa lagi dengan baik Jeno-ya. Kau harus menandatangani tidak hanya satu saja. Kau melewatkan banyak yang harus kau tanda tangani. Aku yakin kau juga tidak kembali memeriksa kala ada kesalahan dari proposal divisi media informasi" ucap Mark mengomel.
"Ada yang terlewat ya? Lalu apa kesalahannya?" tanya Jeno masih dengan tampang polosnya.
"Banyak yang terlewat! Lalu kesalahannya, buka dulu proposalnya. Kau bisa melihatnya kan? Disini tertulis tanggalnya 21 tapi di file brosur dan iklan lainnya tertulis tangga 12. Ini bisa berakibat fatal kalau sudah sampau terpublikasi. Apa kau tidak melihatnya? Kau kan biasanya yang paling teliti" ucap Mark menjelaskan.
"Ah itu... sepertinya aku melewatkannya" jawab Jeno. Mark menganga tidak percaya akan jawaban atasannya.
"AARRGHHH!!" Mark berteriak dan bergerak brutal melepaskan segala rasa frustasinya.
"Fokus Man! Sama seperti yang selalu kau katakan pada para pegawaimu. Fokus! Kerjakan tugasnya dengan benar tanpa kesalahan sedikit pun! Itu juga berlaku untukmu sekarang. Kau tau? beberapa hari terakhir ini kau membuat banyak masalah dan terlihat tidak fokus. Aku tidak tau apa masalahmu. Semoga cepat selesai dan kau bisa kembali fokus dengan pekerjaanmu" ucap Mark. Lihat? Dia justru terlihat lebih 'boss' disini.
***
"Mark, pesankan aku makanan yang banyak" ucap Jeno menitah. Mark mengernyitkan dahinya heran. Dia melihat jam di tangannya. Ini masih cukup lama menuju jam makan siang.
"Bukankah kita akan makan siang bersama tamu dari perusahaan China nanti?" tanya Mark heran.
"Ya. Aku sudah lapar. Jadi pesankan saja. Nanti siang makan lagi" ucap Jeno.
"Kau tidak sarapan lagi ya?" tanya Mark penuh selidik.
"Tidak sempat" jawab Jeno acuh.
"Hah~ Jeno-ya. Kalau aku boleh menyarankan, lebih baik kau mencari seorang pembantu. Jadi kau tidak perlu membawa pakaianmu ke laundry-an dan juga ada yang memasakkan terutama sarapan untukmu. Sepulang kerja pun kau juga bisa makan di rumah. Tidak harus selalu keluar atau membeli makanan dari luar terlebih dahulu padahal kau sedang lelah" ucap Mark menyarankan.
"Begitukah?" tanya Jeno mempertimbangkan. Selama ini alasan dia tidak mempekerjakan orang adalah karena adanya Jaemin di rumahnya. Dia ingin Jaemin yang mengerjakan semuanya. Tapi sekarang Jaemin sudah tidak ada. Dia sudah pergi dan meninggalkannya sendirian di rumah.
"Yeah! Kau sangat membutuhkannya sekarang!" jawab Mark yakin
***
TBC
Mian typo bertebaran ^^
Votement juseyo~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa RASA ~ [Nomin] ~ \\END//
RandomNOMIN (GS) Jeno X Jaemin (gs) Jeno dan Jaemin yang menikah tanpa adanya rasa cinta dari keduanya. Pernikahan klise dengan alasan perjodohan. Happy reading ^^