~18~

2.7K 169 0
                                    

Jeno sampai di Seoul dini hari. Dia tidak bisa segera kembali ke Seoul karena saat di hadang oleh koleganya. Mau tak mau Jeno harus ikut dengan mereka dahulu. Baru malam harinya dia kembali dengan tiket yang Mark dapatkan. Tiket untuk penerbangan terakhir hari itu. Itupun hanya ada 1. Akhirnya Mark mengalah dan dia baru akan kembali esoknya. Jeno sendiri sampai di rumahnya langsung menghubungi orang-orang suruhannya. Tidak peduli mereka sedang tidur karena itu dini hari.

"Siapkan diri kalian. Aku melihat Jaemin kembali ke Seoul. Segera kabari aku jika ada berita sedikitpun" perintah Jeno. Ia juga menambahkan dengan mengirim pesan nomor polisi mobil yang Jaemin pakai kemarin.

Pagi harinya Jeno sudah siap dengan pakaian kasual. Hari ini dia akan datang ke kantor Jaemin karena dia mendengar Jaemin mengatakan tidak bisa meninggalkan pekerjaannya lebih lama yang artinya Jaemin akan kembali bekerja hari ini.

"Kami melihat target keluar di jalan xx. Sepertinya akan menuju kantor" ucap seseorang dari seberang sana memberitahu. Jeno yang mendengarnya pun menambah kecepatan mobilnya. Dia harus sampai sana sebelum Jaemin tiba.

Penjagaan di kantor Jaemin cukup ketat. Saat ini Jeno masuk dalam daftar blacklist orang yang tidak boleh memasuki kantor tersebut. Oleh karena itu Jeno sedang menyamar sebagai petugas kebersihan sekarang. Tujuan utamanya adalah ruangan Jaemin. Dia tadi melihat sekretaris Jaemin masih ada di depan, mungkin juga menyambut kembalinya Jaemin. Hal itu sedikit memudahkan bagi Jeno untuk menyelinap.

Jeno menyiapkan dirinya kala melihat lift yang menuju ke lantai dimana dia berada. Jeno yakin bahwa itu adalah Jaemin beserta sekretarisnya. Benar saja. Pintu terbuka dan menampilkan keduanya. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, keduanya berbicara begitu akrab sehingga tidak menyadari kehadiran Jeno yang kini berdiri tepat di depan pintu masuk ruangan Jaemin.

"Sajangnim~" Renjun lah yang pertama kali menyadari keberadaan Jeno. Dia menunjuk ke arah Jeno, membuat Jaemin mengikuti arah pandangnya. Senyum cantik yang tadi menghiasi wajah Jaemin langsung luntur seketika. Tatapannya berubah dingin dan tajam.

"Minggir!" ucap Jaemin dingin setelah dia berdiri di depan Jeno.

Dugh~

Tanpa terduga Jeno langsung menjatuhkan tubuhnya. Berlutut di depan Jaemin. Kepalanya pun menunduk dalam dan tangannya yang terkepal di atas pahanya.

"Jaemin-ah, aku minta ma-" ucapan Jeno terhenti kala ia melihat kaki berbalut high heels Jaemin melangkah melewatinya dan masuk ke ruangannya. Jeno tidak berani menengokkan kepalanya ke belakang. Dia tersenyum sendu. Merasakan sakitnya diabaikan.

"Hmmm... Jeno-ssi, anda bisa berdiri" ucap Renjun tidak enak. Dia merasa serba salah kalau begini.

"Tidak. Kau lakukan saja pekerjaanmu dan abaikan aku" ucap Jeno. Jeno berbalik menghadap pintu. Menggeser sedikit agar tidak pas ditengah-tengah, untuk memberi jalan. Jeno masih tetap pada posisi berlutut menghadap pintu yang tertutup.

Dua jam telah berlalu dan Jeno masih tetap pada posisinya. Sampai akhirnya Jaemin keluar. Jeno mendongak untuk melihat Jaemin. Senyumnya pun terbit. Tapi Jaemin tetap cuek. Dia mengabaikan keberadaan Jeno dan menuju ke meja Renjun.

"Kita ada rapat kan?" tanya Jaemin.

"Ne. 15 menit lagi" jawab Renjun.

"Kita pergi sekarang" ucap Jaemin. Dia pun pergi bersama Renjun menuju ruangan rapat. Meninggalkan Jeno yang masih berlutut disana. Senyum di wajahnya perlahan mulai luntur menjadi senyum miris.

2 jam kembali berlalu. Kini sudah memasuki jam makan siang. Jeno masih tetap pada posisinya walau Jaemin tidak berada disana. Dia dikejutkan oleh seseorang yang menepuk bahunya.

Tanpa RASA ~ [Nomin] ~ \\END//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang