~15~

2.7K 181 1
                                    

Pada akhirnya Jeno mengikuti saran yang Mark berikan. Ia mempekerjakan seorang wanita berusia 37 tahun dan suaminya untuk bekerja di rumahnya. Sang suami mengambil peran sebagai sopir dan mengurus kebun. Sedangkan istrinya mengambil alih tugas rumah tangga seperti memasak, mencuci baju, dan sebagainya. Saran dari Mark cukup membantu. Waktu Jeno jadi terasa lebih longgar dan ia bisa kembali fokus pada pekerjaannya walau nyatanya dia tetap tidak bisa fokus sepenuhnya.

Na Jaemin. Sosok yang dulu selalu menemaninya sepanjang hari. Sosok yang selalu ia temui dan selalu menyambutnya begitu ia sampai rumah. Sosok yang selalu memasak, mencucikan bajunya, membersihkan rumah dan mengurus segala keperluan dirinya. Jeno akui, kehadiran Jaemin dalam hidupnya sangat membantunya. Dan kepergiannya pun meninggalkan sedikit rasa sesal di hatinya. Jujur saja, Jeno sedikit merindukannya. Merindukan sentuhan lembut setiap membangunkannya. Merindukan aroma masakan dan juga rasanya yang setiap hari ia konsumsi. Merindukan rasa dimana selalu tersedia setelan pakaian untuknya di atas kasur begitu ia selesai mandi. Dan yang paling besar adalah rindu akan kehadiran Jaemin dalam jangkauan pandangannya.

***

Saat ini Jeno tengah berada di kantornya. Jam kerja kantor sudah usai, namun ia masih menetap disana. Bukan untuk lembur, Jeno hanya sedang malas pulang karena diluar sedang hujan. Jalanan pasti macet terlebih Jeno dengar ada daerah yang kebanjiran. Semakin besar rasa malas Jeno untuk pulang. Selain itu juga karena tidak lagi ada sosok yang menunggunya di rumah kecuali dua orang pekerjanya. Jeno duduk di sofa dan memandang ke arah luar dari jendela. Memerhatikan titik-titik hujan yang berjatuhan pada jendelanya. Ia kembali melamun kan hal yang sama seperti sebelumnya. Mengingat kembali masa-masa saat ia masih ada Jaemin di rumahnya. Jeno juga mengingat segala perlakuan buruknya pada Jaemin, termasuk pertengkaran mereka yang akhirnya ia mengucapkan kata cerai dengan mudahnya. Jujur saja Jeno menyesalinya.

Tok~ Tok~ Tok~

"Jeno-ya~ Aku masuk ya?" suara Mark menginterupsi lamunan Jeno. Jeno berbalik dan menemukan Mark yang sudah menyembulkan kepalanya.

"Masuk saja" ucap Jeno mengizinkan. Mark membuka pintunya semakin lebar. Di tangan kananya ada sebuah nampan dengan dua buah cup.

"Cokelat hangat yang sangat cocok untuk suasana hujan seperti ini" ucap Mark. Dia ikut duduk didepan Jeno dan memberikan satu cup yang ia bawa pada Jeno.

"Terimakasih" ucap Jeno. Ia pun mengambil cup itu. Rasa hangatnya yang terasa di tangannya mampu menjalar sampai ke hatinya. Jeno pun mencicipinya sedikit. Tubuhnya semakin terasa hangat dan sedikit rileks. Mark benar, cokelat panas memang paling cocok saat hujan seperti ini.

"Kau belum pulang?" tanya Jeno memecah keheningan.

"Aku tidak mungkin pulang kalau atasanku belum pulang" jawab Mark.

"Kau bisa pulang kalau kau mau. Aku masih ingin disini" ucap Jeno.

"Nanti. Aku malas karena diluar sedang hujan" ucap Mark. Jeno mengangguk setuju akrena itu juga salah satu alasan mengapa ia tidak segera pulang. Mark menatap Jeno yang terdiam dan menikmati cokelat panasnya.

"Kau merindukannya?" tanya Mark tiba-tiba. Jeno yang tadinya kembali melihat kondisi luar dari balik kaca jendela pun menatapnya. Alisnya terangkat sebelah. Tidak paham dengan maksud Mark.

"Maksudmu?" tanya Jeno.

"Kau sedang merindukannya kan? Istrimu" ucap Mark.

"Sudah bukan" sahut Jeno.

"Masih belum. Kalian belum resmi bercerai walau sudah berpisah tempat tinggal" timpal Mark. Dia melihat Jeno yang kembali terdiam dan menatap ke arah luar.

"Jujur saja pada dirimu sendiri kalau kau merindukannya. Aku tidak tau apa kau mencintainya atau tidak tapi aku menebak kalau kau nyaman dengannya dan saat ini kau merindukannya setelah kepergiannya. Kau tau? Entah kau sadar atau tidak. Sejak kepergian istrimu, kau banyak berubah. Tidak fokus pada pekerjaanmu dan juga terlihat tidak terurus. Yah, sebelum kau menerima saranku untuk mempekerjakan orang. Lalu satu hal lagi. Semenjak kepergian istrimu, kau tidak lagi bersama pacarmu. Kau tidak menghubunginya, sering menolak ketika dia menghubungimu, bahkan kau mengusirnya saat dia datang kemari" ucap Mark panjang lebar.

Tanpa RASA ~ [Nomin] ~ \\END//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang