~2~

2.9K 214 3
                                    

Pernikahan Jaemin dan Jeno sudah berlangsung. Pernikahan ini digelar di hari ulangtahun sang mempelai wanita. Sehingga ada acara surprise ulangtahun untuknya dalam serangkaian acara pernikahan. Pernikahan keduanya dilaksanakan secara tertutup tanpa publik yang meliput. Keduanya sama-sama sepakat untuk tidak mengizinkan media meliputnya karena keduanya sama-sama tidak begitu suka muncul di publik walau keduanya cukup terkenal akan kesuksesannya di Korea.

Ngomong-ngomong soal pernikahan, segala urusan persiapan pernikahan diurus oleh Jaemin sendiri. Ya, sendiri. tanpa urus tangan Jeno. Jeno hanya mengiyakan saja. Bukan karena Jaemin yang tidak mau tapi justru Jeno sendirilah yang menyerahkan semuanya pada Jaemin.

"Aku tidak mau mengurus pernikahan bodoh ini. Jadi kau saja yang mengurusnya. Hanya pastikan saja orangtuaku dan orangtuamu tidak curiga" ucap Jeno saat pertemuan makan malam mereka. Jeno sengaja mengajak Jaemin menjauh dari orangtua mereka setelah pembahasan perjodohan dengan janji bodoh itu. Jeno mengungkapkan segalanya termasuk alasannya mengapa tidak bisa menolak perjodohan ini walau sebenarnya ia ingin menolaknya. Jeno juga mengungkapkan soal kenapa ia ingin menolaknya, yaitu karena ia sudah memiliki pacar. Jaemin hanya menerima. Dia tidak berharap besar dengan pernikahan yang didasari oleh perjodohan seperti ini.

"Hmm. Aku pastikan tidak mengecewakanmu. Kau cukup meluangkan waktu untuk foto prewed dan fitting saja" ucap Jaemin.

Jeno akui ucapan Jaemin tidak salah. Ia cukup puas dengan dekorasi pernikahan mereka. Tema yang diusung tidak menye-menye. Simple namun tetap elegan dan menampakkan kemewahan. Rangkaian acara pun tidak yang membuang begitu banyak waktu. Jeno akui selera Jaemin ternyata cukup cocok dengannya.

***

Acara pernikahan sudah selesai di gelar. Jeno dan Jaemin sudah pulang ke rumah yang akan mereka tempati. Rumah milik Jeno, hadiah dari keluarganya yang melakukan iuran untuk membelikan hadiah pernikahan untuk mereka.

"Jangan berpikir aku mau tidur denganmu. Ada banyak kamar disini. Kau bisa memakai salah satunya selain kamar utama karena aku akan memakainya. Tapi biarkan pakaianmu tetap di kamar utama. Berjaga-jaga kalau orangtua datang dan mengecek kamarnya. Mereka akan curiga kalau tidak ada barangmu disana" ucap Jeno dingin.

Jaemin mengangguk. Dia memilih salah satu kamar yang ada di lantai dua, bersebelahan dengan kamar utama. Jeno tidak mengizinkan ia membawa pakaiannya ke kamarnya. Jadi memilih kamar yang terdekat adalah pilihan yang paling tepat agar tidak begitu menyulitkan selama beraktivitas sehari-hari. Jaemin menata pakaiannya dan juga pakaian Jeno di ruang ganti di kamar utama. Walau pernikahan ini bisa dikatakan hanya 'pura-pura', Jaemin tetap akan menjalankan kewajibannya sebagai istri.

Jaemin sudah selesai membereskan isi ruang ganti. Menatanya dengan sangat rapi. Ia keluar dari ruang ganti dan melihat Jeno yang sudah berbaring di kasur. Tidur dengan nyamannya tanpa mempedulikan sosok lain yang tinggal bersamanya. Jaemin tau Jeno lelah, Jaemin bahkan lebih lelah. Dia menyiapkan segala persiapan pernikahan sendiri dan sekarang masih harus membereskan barang-barang mereka sendiri. Namun daripada mengungkapkannya, Jaemin memilih diam. Ia mengambil sebuah kotak berisi perlengkapan mandinya dan juga skincarenya. Tidak lupa membawa satu setelan piyama tidurnya. Jaemin berpindah ke kamarnya sendiri. Membersihkan diri dan segera tidur, mengistirahatkan tubuhnya yang seakan-akan mau rontok saking lelahnya.

***

Pagi hari telah tiba. Jaemin bangun lebih awal. Walau dia juga lelah, tapi ia tidak boleh melewatkan tugasnya sebagai seorang istri. Selelah apapun tubuhnya, dia tidak bisa meninggalkan kewajibannya. Jaemin memulai aktivitas paginya dengan membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan. Ia melihat jam. Waktunya masih cukup lama. Masih terlalu pagi untuk membangunkan suaminya untuk pergi bekerja. Ya, meski mereka baru saja menikah kemarin, tapi keduanya sama-sama mulai kembali bekerja hari ini. Toh tidak ada gunanya mengambil cuti terlalu lama. Jaemin memilih mandi dan mempersiapkan keperluannya sendiri.

Setelah mandi, Jaemin membangunkan Jeno. Walau sedikit sulit dan sempat mendapat bentakan penolakan dari Jeno karena masih lelah, Jaemin akhirnya berhasil membangunkannya. Tidak ada sapaan manis selayaknya pasangan yang baru menikah pada umumnya, Jaemin justru sudah mendapatkan semprotan dari Jeno karena mengganggu tidurnya. Padahal itu juga untuk Jeno sendiri. Jeno akhirnya pergi untuk mandi. Jaemin menunggu sembari menyiapkan setelan kantor untuk suaminya. Dia tidak perlu repot-repot menunggu sampai Jeno selesai mandi dan memakaikan pakaiannya. Sudah pasti Jeno akan menolaknya. Daripada mendapat bentakan lagi dan membuat harinya hancur, Jaemin memilih turun ke dapur dan menyiapkan sarapan. Seperti kebiasaannya seperti sebelumnya, segelas kopi yang menemani sarapannya. Jaemin mengecek emailnya selagi menunggu Jeno turun.

Tidak lama setelahnya, Jeno turun dengan setelan sudah rapi. Kecuali dasi yang masih belum terpasang di kerahnya. Jeno terlihat menggenggamnya. Jaemin meletakkan ponselnya begitu Jeno sudah tiba disana. Dia mendongak kala Jeno menyodorkan dasi ditangannya.

"Pasangkan!" ucap Jeno dingin.

"Kau tidak bisa memasangnya sendiri?" tanya Jaemin heran. Bukankah itu hal dasar untuk orang-orang berdasi seperti Jeno?

"Biasanya eomma yang pasangkan. Kalau tidak mau ya sudah, aku bisa meminta sekretarisku memasangkannya nanti" ucap Jeno. Dalam hati Jaemin tertawa. Ternyata suami dinginnya ini cukup manja pada ibunya. Tanpa berkata lagi Jaemin meraih dasi ditangan Jeno dan berdiri untuk memasangkannya.

Selesai dasinya terpasang, Jeno segera mengambil tempat duduk didepan Jaemin. Jaemin dengan telaten melayani Jeno. Jeno menyicip sedikit masakan istrinya. Ia sedikit ragu akan masakan orang lain. Apakah akan cocok dengan lidahnya. Diam-diam Jaemin melirik dan ikut penasaran dengan reaksi Jeno akan masakannya.

Satu kecap. Jeno masih tidak memberikan reaksi apa-apa. Tangannya menyendok lagi untuk mengecap lebih banyak. Jaemin menaikkan alisnya kala pada percobaan yang kedua pun Jeno tidak memberikan reaksi apapun. Namun setelahnya ia lega kala Jeno mulai memakannya dengan normal. Ia tidak tau apakah masakannya enak atau tidak di lidah Jeno. Tapi melihat laki-laki itu tidak mengeluarkan protes, Jaemin cukup lega. Sebenarnya dia tipe orang yang sarapan hanya cukup dengan roti saja, tapi mertuanya bilang kalau Jeno adalah tipe orang yang harus makan berat baik itu untuk sarapan, makan siang, dan juga makan malam. Makanya Jaemin cukup sibuk pagi ini di dapur karena harus menyiapkan beberapa menu untuk sarapan.

Sarapan berlangsung dalam keheningan. Hanya suara dentingan alat makan saja yang terdengar. Setelah selesai sarapan, Jaemin membersihkan alat makan mereka. Jeno memang tidak mau mempekerjakan pembantu di rumah mereka. Katanya ia tidak mau ada orang lain yang berpotensi besar akan menjadi mata-mata mereka dan mengadukan kelakuan mereka pada para orangtua terutama orangtua Jeno. Dia tidak mau kalau kepura-puraan mereka tercium sampai hidung para orangtua. Akan menimbulkan masalah besar kalau itu sampai terjadi.

Setelah semuanya selesai, keduanya berangkat bekerja. Bukan berangkat bersama, mereka menggunakan mobil masing-masing. Jaemin sebenarnya punya sopir, tapi Jeno tidak mengizinkan sopir itu datang ke kediaman mereka. Makanya sopir itu baru mulai bekerja saat Jaemin sampai di kantornya dan selesai begitu Jaemin memutuskan pulang. Mereka sudah mempersiapkan alasan jika ditanyai akan keberangkatan mereka sendiri-sendiri. Cukup menjawab dengan arah kantor mereka yang berlawanan dari tempat kediaman. Jaemin yang tidak mau merepotkan suaminya dan Jeno yang ditolak oleh istrinya karena tidak mau merepotkannya.

***

TBC

Mian typo bertebaran ^^

Votement juseyo~~

Tanpa RASA ~ [Nomin] ~ \\END//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang