3. Panggil Aku Kakak

10.9K 752 13
                                    

Istana Athulya tampak sangat megah seperti sebuah imajinasi yang tak pernah Kivandra bayangkan. Selama hidup gadis itu memang tak pernah pergi mengintip bagaimana rupa Istana.

Lalu yang ia lihat sekarang, sangat besar dan mewah. Tembok yang didominasi oleh warna putih keemasan, sungguh melambangkan kemewahan dan elegan. Entah berapa tingkat yang dimiliki istana itu, tampaknya sangat tinggi sehingga Kivandra tak akan sanggup untuk berkiling sendiri dalam satu hari.

Kivandra masih melongo tak percaya bahwa Istana ini akan ia tinggali, ya, walau hanya sementara. Gadis itu terus menatap latar Istana dari balik jendela kereta kuda.

Pangeran pertama, Usha, membuang napasnya saat melihat kelakukan Kivandra. "Kau harus bersikap anggun saat menjadi adikku."

Mendengar itu, Kivandra tersentak. Gadis menjadi gugup dan duduk kembali ke kursinya. "Maaf, Pangeran."

"Hmm ...." Usha menopang dagunya menatap wajah Kivandra. "Kau harus berlatih tidak sopan."

"Maaf?"

"Saat menjadi adikku, bersikaplah akrab layaknya saudara sungguhan. Panggil aku kakak."

Kivandra mendongak menatap wajah sang pangeran, Usha, yang tampak bercahaya. Lelaki itu sedikit tersenyum seolah terhibur, senyuman pertama yang muncul di wajahnya. Hati Kivandra tergelitik.

Selama ini, ia hidup sendirian tanpa ada yang bisa diandalkan atau dia lindungi. Tetapi sekarang semuanya berbeda. Bahkan tadi ia diselamatkan oleh seorang pemuda yang akan menjadi kakaknya. Ini tampak sedikit menyenangkan untuk memiliki saudara.

"... Kakak." Kivandra bergumam dengan pipi memerah.

"Uhm," Usha membalas. "Ya, Dhipa."

Senyuman Kivandra menghilang, sebuah kehangatan yang mampir pun tenggelam dalam satu detik, seolah temaram tiba-tiba hinggap. Gadis itu mendongak menatap wajah Usha, si pangeran pertama.

Kesadarannya yang sempat terusir itu kembali. Kivandra sadar, sangat sadar, bahwa ia hidup bukan sebagai dirinya sendiri, tetapi sebagai Dhipa Athulya. Sebuah keluarga, seorang kakak, itu semua hanya topeng di depan masyarakat.

Kivandra menggaruk tengkuknya malu. "Apakah saya harus memanggil kakak setiap berada di luar Istana?"

"Tidak, jangan di Istana saja. Lakukan juga di luar Istana atau mana pun, agar kau terbiasa." balas Usha dengan santai.

Setelah itu tak ada lagi percakapan yang timbul, tampak begitu sepi hingga kereta kuda sampai di gerbang utama Istana. Kivandra diam-diam masih mengutuk pikirannya yang merasa berbunga hanya karena panggilan 'kakak' tadi.

Itu memalukan. Padahal, Kivandra ada di sini seolah merebut hak sang putri, Dhipa Athulya. Jangan sampai Kivandra berpikir bahwa ini semua adalah haknya. Gadis itu harus tetap sadar diri setiap saat.

Kereta kuda berhenti dan Usha menuntun Kivandra untuk masuk ke dalam Istana. Ketika pintu dibuka, tampak banyak orang berseragam pelayan menyambut mereka.

"Selamat datang, Pangeran!"

Ini benar-benar seperti di gambaran sebuah novel, Kivandra terpukau dengan interior Istana yang megah. Seolah semua dinding berlapis emas, lalu karpet merah berkilau di lantai. Tak lupa juga dengan barang-barang hiasan di sana seperti mengandung berlian mahal. Ini semua tampak menyesakkan karena terlalu mewah.

Usha melambaikan tangannya, para pelayan menunduk kini menjadi tegak. Datanglah seorang lelaki tua dengan banyak uban di kepalanya. Ia adalah kepala pelayan.

"Pangeran."

Usha menoleh, "Ada apa, Jery?"

Tampaknya nama kepala pelayan itu Jery, terlihat tua dengan uban di rambutnya, namun terlihat juga bahwa dia masih sangat kuat.

Jery menunduk hormat lalu berujar sopan, "Yang mulia Kaisar meminta anda untuk menghadap beliau bersama nona pengganti."

Nona Pengganti. Kivandra tersenyum di dalam hati, ia sudah mendapat julukan aneh di Istana ini yaitu Nona Pengganti.

"Ah," Usha menoleh pada Kivandra yang merenung. "Apa kau siap bertemu ayah?"

"Saya akan berusaha, Pangeran." Kivandra hanya menunduk hormat.

Lagi pula apakah ada waktu untuk bersiap? Kivandra tahu bahwa Usha tidak akan memberi waktu itu padanya.

"Baiklah, ayo pergi menghadap ayah." Usha mengangguk. "Lalu, panggil aku kakak."

"Baik, Kakak."

Ini waktunya untuk bertemu seorang manusia paling mulia di Kekaisaran.

Princess SurrogateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang