13. Berkenan Kabur ke Hutan?

7.2K 612 5
                                    

Lantai teras pun hancur berkeping-keping, membuat Kivandra terjun ke bawah dengan kencang.

Lucas dengan sigap memeluk Kivandra dan mendarat dengan aman. Segera terdengar ricuh dari dalam aula yang mengatakan jika ada penyusup.

Syung!

Tiba-tiba sebuah belati terbang ke arah Kivandra.

"Putri!" Lucas menarik tubuh Kivandra dan melindunginya, mereka berhasil nenghindari belati tersebut.

Tetapi sekumpulan pria berjubah hitam datang bergerombol. Mereka memiliki senjata masing-masing di tangannya.

"Putri, para penyusup ini mengincar anda."

"Apa? Kenap—"

Syung!

Ada belati yang terbang lagi, Kivandra menunduk dengan cepat.

"Saya tidak membawa pedang," Lucas berdiri di depan Kivandra bersiap melindungi, "Jika saya membiarkan putri kabur sendirian ... itu berbahaya karena mereka mengincar putri."

Kivandra mengangguk, "Jika kita berlari ke arah gerbang dan sampai ke ibu kota, itu akan membahayakan warga."

Salah satu dari pria berjubah hitam mulai maju dengan menghunuskan pedangnya.

Lucas menggenggam tangan Kivandra, "Anda berkenan kabur ke hutan?"

"T-tentu."

Setelahnya, Lucas segera menggendong Kivandra tanpa beban seolah menggendong kotak kosong. Lelaki itu melompat tinggi dari pohon ke pohon, langkahnya begitu cepat seperti seekor cheetah.

Kivandra menatap wajah Lucas yang kini sangat dekat. Dilihat dari jauh begitu tampan, dan sekarang sedekat ini—itu super tampan. Tak ada luka sedikitpun di wajahnya, mulus dan indah.

Rambut putih Lucas berkibar diterpa angin malam, alisnya mengkerut karena terlalu fokus.

Demi apa, dia sangat menawan.

Lucas menunduk, "Putri, pegangan yang rapat."

Aneh.

Kenapa wajah mereka sangat dekat bahkan seperti tak ada jarak di sana? Posisi ambigu.

"Ya." jawab Kivandra lalu memperkuat pegangannya di pundak Lucas. Pipinya panas tanpa sadar.

Lucas berlari semakin cepat dan berhasil kabur dari para penyusup. Mereka juga sudah berada di dalam hutan.

Kivandra menginjakkan kakinya di tanah, ia melepas sepatu berhak tingginya karena melelahkan. Sekarang, ia berjalan tanpa alas kaki.

"Anda ingin memakai sepatu saya, putri?" tanya Lucas.

Menggeleng sungkan, Kivandra tersenyum, "Tidak perlu, Duke."

"Ah, baik."

Menoleh ke sana ke mari, Lucas mengajak Kivandra pergi ke bawah pohon besar. "Saya akan memberi sinyal bantuan ke langit sebentar lagi. Mungkin sekarang para penyusup masih ada di sekitar sini."

"Terima kasih atas bantuan anda, Duke."

"Sebuah kehormatan." Lucas melepas jubahnya, "Putri bisa duduk di atas jubah saya."

"Oh, ini .... "

"Tidak perlu sungkan."

Kivandra mengangguk dan segera menjatuhkan tubuhnya ke tanah. Ia menenangkan hatinya setelah kabur dari pertempuran nyawa.

Lucas meliriknya sebentar lalu ikut duduk, "Anda baik-baik saja, putri?"

"Tentu."

"...." Lucas terkekeh pelan, "Tangan anda gemetaran."

Kivandra merapatkan kedua tangannya, "Saya hanya sedikit takut."

"Anda bisa mengandalkan saya, lho."

"Anda kan tidak membawa pedang."

"Itu—" tidak bisa mengelak, Lucas menyenderkan tubuhnya ke pohon. "Saya bisa beladiri, kok. Yang tadi itu hanya  jumlah penyusup terlalu banyak sehingga kita terpaksa kabur."

Kivandra hanya mengangguk percaya. Angin malam di dalam hutan sangat berbeda seperti di ibu kota. Gadis itu menggosok lengannya merasa kedinginan.

Lucas berinisiatif memberi kehangatan, "Jubah saya—oh."

Lelaki itu lupa jika jubahnya sudah berselimutkan debu dan tanah sebagai alas duduk. "Maaf, putri."

"Haha, tidak perlu."

Kivandra mendongak, mulai menikmati betapa dinginnya desir angin di sana. Jika dilihat dari dalam hutan, langit tampak sangat indah. Bintang-bintang berjejer dengan sinarnya, malam ini begitu cerah.

Berdua dengan seseorang yang baru dikenalnya mungkin bisa membuat sangat waspada.

Tetapi aneh.

Sekarang, Kivandra malah merasa aman.

Princess SurrogateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang