15. Pilih Saja Saya!

7K 601 2
                                    

Seperti apa yang dikatakan Kaisar, Kivandra pergi menuju tempat latihan di pagi hari. Dipandu oleh Helen, mereka berjalan berdua.

Tempat pelatihan ksatria begitu luas lebih dari yang diperkirakan. Suara benturan pedang atau sorakan segera mengetuk pendengaran Kivandra.

"Wow." gadis itu berdecak kagum.

"Kivandra." Ethan mendekat. Lelaki itu mengusap keringatnya, sepertinya baru saja latihan.

Kivandra menunduk hormat, "Saya kemari atas perintah Ay—maksudku, Kaisar."

Jika ia memanggil Kaisar ayah, Ethan mungkin akan meledak lagi. Hubungan mereka sudah membaik sejauh ini.

Ethan mengangguk, "Panggil ayah saja, aku tahu agar kau terbiasa."

"Benar, ayah." balas Kivandra canggung.

"Kau diperintahkan untuk mencari ksatria pribadi, kan?"

Kivandra mengangguk.

Ethan mempersilahkan Kivandra masuk ke lapangan pelatihan. Banyak ksatria yang berlatih, tak berbeda atas lelaki atau perempuan. Mereka sama-sama tampak tangguh.

Ethan menepuk tangannya dua kali agar bisa menarik perhatian para ksatria.

Prok prok.

"Dengarkan aku, semuanya!"

Semua ksatria menoleh. Bahkan Usha, yang duduk di ujung lapangan, akhirnya mendekat.

"Nona Kivandra akan memilih ksatria pribadinya mengingat kejadian buruk kemarin di pesta. Ksatria yang merasa mampu silakan maju, Nona Kivandra akan memilihnya sendiri!"

Seperti yang Kivandra duga, tidak ada ksatria yang maju untuknya.

Gadis itu membuang muka ke samping merasa malu. Memang siapa yang mau menjadi ksatria dari seorang sepertinya?

Memiliki seorang ksatria hanya terjadi pada putri-putri di buku dongeng rakyat biasa. Kivandra tak berekspetasi tinggi tentang ini.

Usha berdecak, "Pengecut. Tidak ada yang merasa mampu? Astaga, yang benar saja."

Tak berselang dua detik setelah Usha menghentikan ucapannya, seorang wanita maju. Wanita berwajah penuh ambisi, rambutnya merah bersemangat dikuncir kuda.

"Pilih saya saja, putri!" ucapnya percaya diri sembari membusungkan dada.

Usha mengangguk, "Sebutkan kelayakanmu."

"Saya Ara, tidak berasal dari bangsawan, namun hanya rakyat biasa. Saya berada di tingkat ketiga dalam ujian pedang bulan ini, pangeran!"

Ethan menatap Kivandra, "Kau yang putuskan."

Kivandra menatap gadis ksatria itu. Sejujurnya, hati Kivandra mengucap penuh rasa kagum.

Mereka sama-sama rakyat biasa, sama-sama seorang wanita. Namun, rasanya ... Gadis itu sangat berkilau. Ia begitu percaya diri dengan sebilah pedang.

Tidak seperti Kivandra, hanya memiliki waktu merenung dan merendahkan diri.

"Saya—ingin Nona Ara sebagai ksatria."

Ethan tersenyum, "Baiklah."

Kedua pangeran memberi waktu untuk Kivandra dan ksatria pribadinya berbincang, mereka duduk di sudut lapangan.

"Nama saya Ara! Oh, halo Helen!"

Helen tersenyum semangat, "Kau sangat berani tadi! Itu keren."

Kivandra menjadi bingung, "Kalian saling mengenal?"

"Kami seorang teman." ujar Ara terkekeh.

"Kalau begitu salam kenal, nona Ara, saya Kivandra. Tentu anda tahu bahwa saya hanya seorang pengganti, saya rakyat biasa."

"Kalau begitu panggil saya Ara saja, nona." balas gadis berambut merah itu bersemangat.

Helen lagi-lagi tersenyum, "Ara adalah orang yang ceria dan humoris, anda bisa santai terhadapnya, nona."

"Benarkah? Baik kalau begitu."

"Saya harus segera mengikuti pelatihan lagi," Ara beranjak dari duduknya, "Bolehkah saya pamit lebih dulu?"

"Oh, silakan, ara." Kivandra mempersilahkan dengan cepat.

Hingga kembali tertinggal dua orang.

"Apakah anda ingin kembali ke kamar?" tanya Helen.

Kivandra setuju atas saran yang diberikan Helen dan segera berdiri dari duduknya. Gadis itu berpamit pada kedua pangeran, segera ia keluar dari tempat pelatihan.

Berjalan berdua, Helen melangkah menyusuri lorong yang panjang. Terkadang gadis itu berpikir, seberapa lama untuk membangun istana raksasa ini?

Tiba-tiba langkah Kivandra berhenti, suara bisik-bisik terdengar dari arah berlawanan.

"Kau tahu si pengganti itu? Dia sangat mengesalkan."

Princess SurrogateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang