Setelah berkeliling Istana, Usha mengantar Kivandra ke sebuah kamar yang jaraknya lumayan jauh dari kamar para pangeran dan putri.
"Kamarmu di sini." Usha membuka pintunya, kamar yang disuguhkan tampak luas walau berjarak jauh. Kivandra merasa sangat bersyukur.
Usha menghela napas ketika melihat ekspresi bahagia Kivandra. "Ini adalah kamar bagi tamu tak penting."
Senyuman Kivandra hilang, gadis itu menatap wajah Usha yang terlihat kesal.
"Tamu tidak penting, itu statusmu di sini. Aku pergi." ujar Usha lalu meninggalkan Kivandra sendirian.
Gadis itu memasuki kamar dan menutup pintu.
Ceklek.
"Ya ampun?" Kivandra berdecak. "Apa-apaan sikapnya? Mulutnya yang pedas itu mengesalkan."
Tamu tidak penting, katanya? Ia juga sudah sadar diri. Bukankah tak ada rugi bagi pangeran jika membiarkan Kivandra berbahagia dengan kamar luasnya.
"Eh? Nona?" Seorang wanita datang dari arah kamar. "Anda ...."
"Saya Kivandra, saya akan menggantikan tuan putri pada pesta-pesta penting, hanya sementara hingga putri sembuh."
Wanita itu mengangguk-angguk paham. "Jadi yang dibicarakan itu anda. Nama saya adalah Helen, saya akan menjadi pelayan pribadi anda selama berada di Istana."
"Maaf?"
"Kenapa, Nona?" Helen memiringkan kepalanya.
"Aku juga mendapat pelayan pribadi? Di sini aku hanya menjadi seorang pengganti, dan aku adalah rakyat biasa."
Helen tersenyum, "Bagaimanapun, anda adalah tamu."
"Begitu, ya."
Kivandra merasa canggung, mendapatkan fasilitas luar biasa ini membuatnya merasa gugup. Apakah tidak apa-apa jika menerima semuanya seperti ini?
"Omong-omong, ayo ganti baju anda." Helen menarik lengan Kivandra mendekati sebuah lemari.
Kivandra menatap baju yang ia kenakan, tampak kotor dan lusuh, bahkan kelihatan menyedihkan jika dibandingkan dengan baju Helen sebagai pelayan. Apalagi, tadi ia sudah terjatuh begitu saja ke tanah.
"Pangeran Ethan sudah mempersiapkan gaun-gaun ini untuk anda." Helen membuka pintu lemari.
Banyak gaun berkilau yang tertata rapi di dalam lemari.
"Pangeran Ethan ... aku belum bertemu dengannya." ujar Kivandra.
Kaisar memiliki 3 anak tanpa ratu. Dua putra dan satu putri. Putra pertama yaitu Usha, putra kedua adalah Ethan, dan yang terakhir adalah putri Dhipa.
"Anda mungkin akan bertemu dengan pangeran Ethan ketika makan malam nanti." ucap Helen lalu membawa satu gaun dari lemari.
"Apakah aku juga ikut makan malam?"
"Tentu saja."
"Tapi, bukankah-"
"Sudahlah, Nona ...," Helen memotong. "Ayo pakai gaun ini."
Setelah itu, Kivandra diarahkan untuk berendam mandi. Air hangat begitu harum dengan pewangi. Kivandra tak pernah merasakan ini sebelumnya, ia hanya mandi dengan air dingin atau air hujan.
Rasanya membuat Kivandra mengantuk, kehangatan ini memanjakannya.
"Nona, anda bisa tidur selagi saya memijat rambut anda." Helen menuangkan sebuah shampo.
Kivandra mengangguk dan mulai menutup matanya. Ia tertidur setelah banyak kejadian membingungkan terjadi. Hingga tak terasa jam makan malam pun datang. Kivandra dibawa ke ruang makan yang berada sangat jauh dari kamarnya. Gadis itu sudah berdandan rapi, rambutnya yang awalnya tergerai kini digulung indah. Gaunnya berkilau, wajahnya juga tak tampak lusuh. Lalu yang terakhir, ia memakai mata palsu berwarna biru tua.
"Nona, selamat datang." Seorang penjaga menunduk lalu membuka pintu.
Kivandra hanya masih merasa canggung. Ketika ia masuk, tampak sebuah meja panjang nan mewah di sana. Sang kaisar dusuk di kursi paling besar, lalu disusul oleh Usha dan seorang lelaki asing berambut coklat.
"Dhipa?" Lelaki asing dengan rambut coklat bergelombang itu terkejut. "Kau sudah sembuh?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Surrogate
FantasyPutus asa sporadis merapah, saat itu kereta berkilau datang menghampiri toko bunga Kivandra. Sang Pangeran mengajak Kivandra, yang tampak lelah, untuk menjadi keluarga kekaisaran. Kivandra seorang gadis miskin yang menjual bunga di pinggir jalanan...