Chapter 04

96 90 55
                                    

"Maaf nona Sherly. Demi keamanan, anda harus kami tahan untuk sementara"

Sherly tersentak kaget mendengar hal itu, sebab Ia tidak melakukan kesalahan apapun.

"Tidak bisa begitu... Aku tidak bersalah! kenapa aku ditahan?!" Tegas Sherly dengan nada tinggi.

Tidak ada yang mendengarkan ucapannya. Mereka malah langsung mengambil borgol dan menahan pergelangan tangannya. Tak sadar satu tetes air mata membasahi pipinya. Jax yang melihat Sherly menangis mulai bicara.

"Sebentar" Ucapnya sembari bangun dari duduknya, mendekati Sherly yang hendak ditahan.

"Menurutku, kita belum mempunyai banyak bukti dan juga, rasa percayaku kepada Sherly masih utuh. Aku yakin bukan dia pembunuhnya" Jax berterus terang mengenai pemikirannya.

"Lalu apa yang akan kau lalukan?"

"Biarkan Sherly tetap ditahan untuk sementara, tapi bukan di penjara. Melainkan di kawasannya sendiri" Jax menyarankan Sherly menjadi tahanan rumah sementara, Ia sangat percaya bukan gadis itu pelakunya.

Anggota lain terdiam sejenak, mempertimbangkan ucapan Jax.

"Baiklah" Mereka akhirnya setuju Sherly menjadi tahanan rumah sementara selagi mencari bukti lainnya.

Kini Sherly menjadi tahanan rumah, perjalanannya seperti biasa keluar rumah terbatasi. Sherly harus tetap diam di rumah untuk memastikan bukan ia pembunuhnya. Jax dan beberapa anggota akan mengamankan sekitarnya. Selain itu, Ia juga akan mencari bukti bahwa Sherly tidak bersalah.

Mendengar Sherly terkena tuduhan, Charles teringat perbuatan membunuhnya dulu. Ia sampai sekarang belum tertangkap karena pandai menyembunyikan kebenaran. Bahkan putrinya pun tidak tahu bahwa dulu ayahnya seorang mafia kejam. Hanya Kiana Alexander yang mengetahuinya, istri Charles dan ibu dari Sherly.

Charles tidak terima Sherly dituduh. Ia sangat menyayanginya dan tidak ingin Sherly sedih atau semacamnya. Oleh karena itu Charles ingin memerintah Alan Grady dan para Cruels untuk membantunya mencari pelaku yang menyamar itu.

Namun entah kenapa, Alan menolak dan menghiraukan perintahnya. Memang bukan Charles pemimpin Cruels saat ini, tetapi Ia ingin dihargai karena Cruels adalah milikknya dulu. Setidaknya, Charles dibantu untuk masalah ini.

Charles bisa saja langsung melenyapkan semua yang tidak menurutinya, tetapi itu mustahil karena Cruels tidak ditangannya lagi. Nama baiknya masih utuh sampai sekarang karena Cruels miliknya dulu. Jika sekarang kembali membunuh, mungkin semua akan mengetahui yang sebenarnya, begitu juga putrinya. Apalagi, kini Ia sedang menderita penyakit jantung di usianya.

***

Kali ini, misi Tiffany ditugaskan untuk membunuh orang. Ia tidak tahu sebab kenapa Alan menyuruhnya membunuh orang itu, yang pasti ini kesempatan untuk semakin mempersulit keadaan Sherly.

Ia pun tiba di tempat bersama kelompoknya. Semuanya memakai topeng, kecuali dia. Tujuan topeng disini agar tidak mudah dikenali-hanya pada saat menyelesaikan misi.

Membunuh? Tentu itu yang mereka lakukan sekarang. Polisi ternyata mendengar berita lebih cepat, mereka pun mulai datang ke tempat kejadian dan memergok pembunuhan yang dilakukan oleh The Mask.

Jax yang berada disana pastinya terkejut. Ia melihat langsung gadis dengan wajah mirip Sherly tersebut.

"Sherly?" Ucapnya yang tak sengaja didengar Tiffany.

Tiffany yang dalam wajah Sherly menoleh kearah sumber suara Jax. Ia menghentikan kegiatannya sekejap.  Mereka saling menatap dari kejauhan

Tanpa disadari, polisi mulai mengacungkan pistol dan menembak salah satu anggota The Mask. Itu membuat Tiffany sadar dari tatapannya ke Jax.

Mungkin kali ini bisa dianggap pertarungan antara mafia dan polisi? Kini keduanya saling menyerang, sayangnya polisi yang berada disana adalah anggota baru, sehingga mudah terkena serangan dari para mafia yang ahli dalam strategi mereka.

Entah kenapa kali ini Tiffany tidak menyerang. Ia hanya berdiam diri seperti patung. Sedangkan yang lainnya saling tusuk menusuk dengan pisau atau senjata lainnya, begitu juga Jax yang ikut bertarung dengan pistol di team polisi

Dor!...dor!...dorr!!... Suara tembakan peluru terdengar keras. Namun ternyata mafia ini sangat terlatih kelincahannya. Mereka dengan cepat mengambil semua pistol polisi sebelum ditembaki. Tinggal satu pistol yang ada di tangan polisi. Mereka hanya perlu menghindar dan yang lainnya menusuk dan membunuh polisi polisi tersebut.

"H-hei tunggu- ARRGGHH" belum sempat menyelesaikan kalimat, salah satu polisi telah ditusuk dengan pisau dari belakang. Banyak tetesan darah dari mayat mayat polisi tersebut. Tempat itu sangat menjijikan dan kotor.

"hah..hah..." Jax terengah-engah akibat harus bergerak cepat sebelum terkena serangan. Ia cukup mahir dalam menghindar.

Kini tinggal Jax seorang junior polisi disana, semua sudah lenyap di tangan mafia bertopeng itu.

Beberapa mafia mulai mendekatinya secara melingkar, ia hendak memundurkan diri namun dibelakangnya juga ada mafia. Jax harus waspada, karena semua membawa senjata tajam. Apakah kali ini Ia akan di keroyok hidup hidup?

Semua mulai mendekat dan mengangkat senjata pisau, kapak, dan lain lain yang mereka miliki. Jax tidak bisa menyerang karena pelurunya malah habis. Sungguh sial menurutnya.

"bunuh dia" Ucap Stefan yang salah satu disana. Jax memejamkan mata ketika semua hendak menusukkan pisau ke tubuhnya.

"Hentikan!" Tegas seseorang yang terdengar seperti gadis. Itu adalah suara Tiffany. Jax kemudian membuka matanya. Semua menatap ke arah Tiffany yang berjalan menuju kerumunan mereka.

"Pergi kalian!" Tegasnya mengerutkan alis. Semua bertanya tanya mengapa? Namun Tiffany tetap memaksa untuk mereka meninggalkan tempat ini sekarang juga. Mau tidak mau, semua akan menuruti perintah ketua The Mask, Tiffany Magnolia. Mereka pun mulai bubar dan meninggalkan Tiffany dan Jax disana.

Tap...tap...tap... keheningan yang diselimuti suara langkah sepatu Tiffany. Ia mendekati Jax yang terdiam disana.

Keduanya saling menatap tajam. Tiffany kemudian menodongkan pisau tepat di bawah dagu Jax membuat laki-laki itu sedikit terkejut. Ia tidak membawa senjata kali ini.

Tiffany mulai berjalan melingkarinya namun pusat perhatiannya tetap menatap tajam Jax.

"Jax....Kennard..." ucapnya dengan nada rendah membuat Jax sedikit merinding dan bingung. Mengapa Ia tahu namanya? Apa dia benar bnar Sherly?

"Kau ingat aku?" Tiffany kembali berada didepannya. Kemudian menatapnya lagi. Jax hanya menatapnya tanpa bergerak, sebab ujung pisau tepat berada di depan lehernya.

"Sherly... pfft, aku akan menjadikannya objek balas dendam" Ucap Tiffany menyeringai kecil membuat Jax membulatkan mata, apa maksud dari ucapannya?

"Sampai bertemu lagi, kakak" Tiffany berbisik di telinga Jax dan langsung mebalikkan badan hendak pergi.

"Tunggu!" Jax menghentikan langkah Tiffany dengan memegang ujung pisaunya.

Scratch... Dengan cepat Tiffany menggores telapak tangan Jax yang menyentuh pisaunya.

"Ugh" Jax merasa tangannya perih. Goresannya ternyata dalam. Ia tidak mempedulikan itu. Jax hendak menusul Tiffany namun Ia sudah menghilang tanpa jejak.

"kakak? siapa kau sebenarnya?" Gumam Jax menatap keheningan.


To be continue

Part 4, janlup vote & komen.
Follow juga kalo bisa
back? Dm aja atau langsung disini.
Thanks

Sadistic RedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang