Pagi ini Ayana tidak seperti biasanya, ia yang biasanya memulai pagi dengan wajah ceria kini ia memulai paginya dengan wajah lesu seperti orang yang tidak mempunyai tujuan hidup.
Ayana berjalan gontai menuju kamar mandi dan setelah beberapa menit kemudian Ayana keluar dari kamar mandi lengkap dengan serangam sekolahnya. Ayana berfikir, mengapa dia seperti ini? Tidak tidak, ia tidak boleh terlihat rapuh apalagi di depan Rasya mantannya. Ia harus bisa menujukan padanya bawa ia baik-baik saja tanpa dirinya. ya, walaupun itu sulit. Tapi ia harus bisa melewati semua itu. Ayana mulai menata rambut dan sedikit memoles make up tipis-tipis agar wajahnya terlihat lebih fresh.
Setelah siap, Ayana pun turun ke bawah untuk sarapan bersama kedua orang tuanya.
"Eh Aya udah siap, sini kita sarapan sayang!" Ayana pun mengangguk dan mendudukkan dirinya di kursi. Setelahnya tidak ada suara lagi, mereka menikmati sarapan dengan tenang. Hingga beberapa menit kemudian mereka selesai dengan sarapannya dan Ayana pun membantu sang ibu untuk membawa piring kotor ke dapur.
"Pah mah, Aya berangkat dulu ya," Ucap Ayana sambil mengecup pipi kedua orang tuanya bergantian.
"Eh emangnya kamu gak di jemput Rasya sayang?" tanya Arini ibu Ayana.
"Nggak, Aya berangkat bareng Chika aja." Jawab Ayana.
"Yaudah hati-hati di jalan sayang," Ayana mengangguk dan setelahnya melenggang pergi menuju pintu utama.
"Lama banget lo," Gerutu Chika Satu-satunya sahabat Ayana.
"Yaelah, baru juga 5 menit kan lo di sini?"
"Hehee tau aja lo," mendengar itu Ayana hanya memutar kedua matanya malas. Keduanya lekas pergi menuju sekolah. Setelah sekitar 15 menit perjalanan, mereka pun sampai di sekolah.
"Tungguin gue Ay, gue parkir mobil dulu."
"Iya elahh, bawel amat lu!"
Saat menunggu chika memarkirkan mobilnya, mata Ayana tak sengaja menangkap sosok yang ingin ia hindari mulai hari ini dan seterusnya. Dan betapa terkejutnya ayana saat melihat jika orang itu tidak sendirian, dia bersama seorang perempuan, ya PEREMPUAN.
"B-bukannya itu Giselle ya, ko bisa bareng sama Rasya?" Monolog Ayana.
"Lo kenapa?"
"Eh setan!! Ngagetin aja lo," Chika mencebik tak suka. Masa udah cantik gini di bilang setan, kan gak bangettt.
"Ya lo kenapa bengong disini? Kesambet setan penunggu sekolah lo?"
"Ishh sembarangan lo kalo ngomong. Nggak, ini tadi gue liat Rasya bareng sama Giselle." mendengar apa yang di katakan sahabatnya itu seketika kedua mata Chika membola dengan sempurna tak lupa dengan mulutnya yang menganga.
"Ah yang bener lo? Gila banget si Rasya, baru juga semalam putus dah gandeng cewek lain aja." Gerutu Chika. Ya Chika sudah tau jika Ayana dan Rasya putus.
Ayana hanya bengong tak mempedulikan gerutuan dari sahabatnya itu. Ntahlah rasanya sakit jika melihat seseorang yang kita cintai berjalan dengan orang lain. Melihat keterdiaman Ayana, Chika pun berdehem. Dia tau sepertinya sulit bagi Ayana melupakan Rasya begitu saja.
"Udah ahh gausah di fikirin gak penting. Ayo masuk!" Ayana mengangguk dan keduanya pun masuk ke area sekolah yang sudah cukup ramai.
.
.Saat ini jam kosong. Keadaan di dalam kelas 12 IPS 1 sudah tidak kondusif. Ada yang bermain gitar, makan di kelas, main game, mengobrol, dan masi banyak lagi.
"Ay lo tau gak Gibran anak kelas 12 IPA 1?"
"Nggak tuh, kenapa?"
"Ternyata dia anak dari pemilik sekolah dong!! Udahmah ganteng, pinter lagi!" Ucap Chika antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moveon [On Going]
Teen FictionKisah seorang remaja perempuan yang berusaha mati-matian untuk keluar dari bayang-bayang masa lalu yang selalu menghantuinya. "Lo tau sendiri kan, moveon itu gak segampang membalikkan telapak tangan." "Iya gue tau. Tapi apa salahnya coba buka hati...