Pagi ini di sekolah semua murid terheran-heran melihat Ayana yang datang ke sekolah bersama dengan Gibran. Bagaimana tidak, Gibran yang di kenal dingin tiba-tiba membonceng seorang wanita ke sekolah.
"Ishh, kok mereka ngeliatin kita sampe segitunya sih Gi?" Tanya Ayana pada Gibran.
"Mungkin mereka kaget liat kita berangkat bareng Ayy," ucap Gibran santai.
"Ya tapi gak segitunya juga kali, kan aku jadi risi. Mana di antara mereka kayaknya ada yang gak suka liat kita barengan gini." Ucap Ayana sambil melirik seorang perempuan yang berdiri tak jauh dari mereka.
"Gak papa Ayy biarin aja. Yuk masuk." Ajak Gibran sambil menggandeng tangan Ayana. Lagi-lagi perlakuan Gibran membuat semua orang yang melihat tampak kaget dan terheran-heran.
Ayana hanya bisa menundukkan kepalanya saat melangkah ke arah koridor.
Saat Ayana hendak melangkahkan kakinya di tangga terakhir, tiba-tiba seorang perempuan yang setadi melihat interaksi antara Ayana dan Gibran dengan sengaja mengangkat sebelah kakinya yang alhasil hal itu membuat Ayana terjatuh.
"Aduhh," Ayana meringis sambil memegang lututnya yang sedikit mengeluarkan darah.
"Upss sorry gak sengaja." Ucap perempuan itu yang tak lain dan tak bukan adalah Nindy sahabat dari Giselle.
"Ayy kamu gak papa kan?" Tanya Gibran panik.
Ayana hanya menggeleng sambil tetap memegang lututnya. Melihat kekasihnya yang tampak kesakitan Gibran pun menatap nyalang pada Nindy.
"Maksud lo apa hah?" Sentak Gibran.
"G-gue gak sengaja Gi," ucap Nindy sambil menunduk. Ia tidak menyangka jika Gibran akan semarah ini.
"Lo pikir gue buta? Gue liat dengan jelas kalo lo ngelakuin itu dengan sengaja!"
"Nggak Gi, gue gak sengaja." Elak Nindy.
"Gi udah Gi aku gak papa ko," ucap Ayana sambil memegang tangan Gibran memintanya untuk tidak terbawa emosi.
"Gak papa gimana orang kamu luka gini kamu bilang gak papa? Pokoknya dia harus tanggung jawab." Ucap Gibran sambil menunjuk Nindy tepat di depan wajahnya.
"Udah Gi gak papa, sekarang mending anter aku ke UKS." Ajak Ayana.
"Ck yaudah ayo,"
"Dan lo, kalo sekali lagi gue liat lo sakitin Ayana abis lo di tangan gue." Ucap Gibran pada Nindy.
"Ayo biar aku gendong," ucap Gibran sambil berjongkok di depan Ayana.
"Gak papa Gi aku bisa sen-" Ucapan Ayana terpotong karena tanpa basa basi tiba-tiba Gibran menggendongnya.
"Gi turuninnnnnn maluuuuuu!" Teriak Ayana.
"Gak, ga ada penolakan." Setelah mengatakan itu Gibran pun membawa Ayana dalam gendongannya menuju UKS. Namun saat hendak pergi, tiba-tiba Nindy berteriak.
"Lo ada hubungan apa sih sama dia?!" Teriak Nindy.
"Bukan urusan lo." Ucap Gibran tanpa membalikkan badan.
"Dia siapa lo Gibran?!" Lagi-lagi Nindy berteriak dan hal itu membuat perhatian seluruh tertuju pada mereka.
Gibran membalikkan badannya untuk menatap Nindy tanpa menurunkan Ayana dari gendongnya.
"Dia cewek gue puas lo." Ucap Gibran. Setelah mengatakan itu Gibran pun kembali melanjutkan langkahnya menuju UKS.
Bisa terdengar jelas oleh Gibran maupun Ayana jika saat ini warga sekolah sedang membicarakan mereka.
"Whatt? Gibran sama Ayana?"
"Pliss gue gak nyangka"
"Tapi mereka emang cocok sih"
"Iya tapi kasian ya si Nindy haha"
"Cinta bertepuk sebelah tangan gak tuhh"
"Hahahaha"
Nindy benar-benar kesal mendengar semua ucapan semua siswa yang terdengar sangat memalukan menurutnya.
"Sialan! Awas aja lo Ayana. Gue pasti bakalan rebut Gibran dari lo gimanapun caranya.
.
."Aduhh sakit Gi,"
"Tahan sebentar Ayy,"
"Tapi sakit banget tau gak?!" Teriak Ayana.
"Sttt jangan berisik ini UKS loh," ucap gibran memperingati.
"Aaaaa tapi sakitttttt," rengek Ayana.
"Eh, sejak kapan seorang Ayana jadi cengeng gini?" Goda Gibran.
"Ishh tau ahh," Ayana merajuk sambil mempoutkan bibirnya dan itu benar-benar membuat Gibran gemas bukan main.
"Jangan cemberut gitu dong nanti aku kelepasan," ucap Gibran menahan gemas.
"Jangan macem-macem ya ini sekolah!" Ucap Ayana memperingati.
Ayana menjauhkan wajahnya dari Gibran tapi sayang, Gibran seolah tak peduli saat Ayana mengatakan jika ini sekolah.
"Gi kamu mau apa? Ini sekolah loh Gi." Ucap Ayana panik saat Gibran semakin mendekatkan wajahnya.
"Iya aku tau ini sekolah, tapi kamu gak lupa kan kalo sekolah ini milik papah aku?" Tanya Gibran sambil bersmirk yang mana hal itu mampu membuat Ayana bergidik ngeri. Oh ayolah walaupun sekolah ini milik keluarganya tapi tetap saja itu sangat memalukan jika sampai ada seseorang yang melihat apa yang akan Gibran lakukan.
"Tapi Gi-"
Cupp
Belum sempat Ayana melanjutkan ucapannya tiba-tiba Gibran mencium tepat di bibir. Ayana berontak, ia tidak ingin seseorang melihatnya sedang berciuman dengan Gibran di sekolah. Tapi sayang Gibran mengunci pergerakannya dan malah memperdalam ciumannya dengan menahan tengkuk Ayana. Jika sudah begini Ayana tidak bisa apa-apa sekarang selain mengikuti apa yang Gibran inginkan.
"Gi- enghh u-udah," ucap Ayana di sela ciumannya.
Dengan berat hati Gibran pun melepaskan tautan nya. Mereka sama-sama mengambil nafas banyak-banyak karena pasokan udah mulai menipis di antara keduanya.
"Ishhh, kalo ada yang liat gimana?!" Tanya Ayana.
"Ya gak papa biarin aja." Ucap Gibran santai.
"Ihh tau ah," Ayana kembali merajuk.
"Ih jangan marah dong, yaudah iya maaf sayang. Habisnya kamu gemesin sih, udah dong jangan marah kesayangannya Gibran," Ucap Gibran.
"Ihh apaan sih," ucap Ayana sambil membuang muka. Jujur ia sangat senang saat Gibran mengatakan jika ia adalah kesayangannya.
"Ciee malu-malu," Goda Gibran.
"Ishh nyebelin banget sihh kamu," ucap Ayana sambil memeluk Gibran dan menyembunyikan wajahnya pada dada bidang kekasihnya itu.
✧༺Moveon༻✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Moveon [On Going]
Teen FictionKisah seorang remaja perempuan yang berusaha mati-matian untuk keluar dari bayang-bayang masa lalu yang selalu menghantuinya. "Lo tau sendiri kan, moveon itu gak segampang membalikkan telapak tangan." "Iya gue tau. Tapi apa salahnya coba buka hati...