Akhir-akhir ini Ayana terlihat semakin dekat dengan Gibran. Setiap akhir pekan, mereka seringkali menghabiskan waktu bersama.
Seperti saat ini, Ayana dan Gibran sedang menikmati hari libur mereka dengan berjalan bersama di sebuah taman yang tak jauh dari rumah Ayana.
Tatapan Ayana seketika berbinar saat melihat seorang penjual permen kapas di taman itu. Reaksi itu tentu saja tak luput dari pandangan Gibran.
"Mau permen kapas?" Tanya Gibran seolah mengetahui isi hati Ayana.
"Eh- eumm iya hehe, yaudah gue kesana dulu ya Gi." Ucapnya sambil menunjuk penjual permen kapas itu.
"Gausah biar gue aja." Ucap Gibran menghentikan Ayana yang hendak pergi.
"Tapi-"
"Gapapa biar gue aja Ay, lo tunggu disini ya." Buruknya.
"Yaudah makasih Gi," Ucap Ayana sambil tersenyum yang mana senyuman itu membuat seorang Gibran salah tingkah.
Gibran dengan segera melangkah menuju penjual permen kapas itu meninggalkan Ayana seorang diri di sebuah bangku taman yang ada disana.
Saat Ayana sibuk dengan ponselnya, tiba-tiba seseorang duduk di sebelahnya. Ayana pikir itu Gibran tapi ternyata bukan. Orang yang duduk di sebelahnya bukanlah Gibran melainkan Rasya.
"Ngapain lo disini?" Tanya Ayana ketus.
"Lah, ini kan tempat umum Ay, siapa aja boleh kesini." Ucapnya santai.
Ayana tampak menghela nafasnya kasar. Ia sungguh muak dengan sikap Rasya akhir-akhir ini.
"Mau lo apa sih Sya? Kenapa lo ganggu gue terus? Lo udah punya Giselle dan gue, g-gue udah punya Gibran jadi lo gausah deketin gue lagi." Sungguh, rasanya ia ingin merutuki dirinya sendiri saat mengatakan hal itu pada Rasya.
"Lo sama Gibran? Anak pemilik sekolah itu? Gue gak percaya." Ucapnya.
"Y-yaudah kalo lo gak percaya."
"Kok lo gugup? Gue tau lo bohong Ay."
"Ay, ini permen kapas nya." Ucap Gibran tiba-tiba.
"E-eh makasih Gi." Ucap Ayana sembari mengambil alih permen kapas yang ada di tangan Gibran.
"Gi pulang yuk, panas nih!"
"Yaudah ayo,"
Saat Ayana dan Gibran hendak pergi, tiba-tiba ucapan Rasya menghentikan mereka.
"Lo beneran pacaran sama Ayana?" Tanya Rasya yang sudah pasti pertanyaan itu tertuju pada Gibran.
"Kalau iya kenapa?" Tanya Gibran dengan tatapan datarnya.
Ayana tampak terkejut dengan ucapan Gibran barusan. Sementara Rasya hanya mendecih tak suka.
"Cih, gue gak percaya." Ucapnya.
"Lo mau percaya atau enggak itu bukan urusan gue."
"Lagian lo udah punya cewek, gausah ngejar-ngejar Ayana lagi." Ucap Gibran masih dengan tatapan datarnya.
"Ayo Ay, kita pulang aja." Lanjutnya. Gibran dengan sengaja merangkul Ayana di depan mata Rasya. Dan hal itu jelas saja membuat Rasya emosi. Ia menggeram marah saat melihat orang lain merangkul Ayana di depan mata kepalanya sendiri.
"Sialan!" Ucapnya.
.
."Eumm Gi, lo tadi denger semuanya ya?" Tanya Ayana.
"Yang mana?"
"Eumm itu, yang tadi pas gue bilang Lo pacar gue di depan Rasya."
"Oh. Iya gue denger semuanya." Ucapnya.
"Maaf ya Gi, gue gak bermak-"
"Gapapa, gue juga minta maaf karena tadi gue udah ngaku-ngaku jadi pacar lo."
"Hmm gak papa. Eh tapi kenapa Rasya kayak gak suka gitu ya pas denger gue pacaran sama lo?" Tanya Ayana tidak mengerti.
"Ck, gak peka banget sih lo. Jelas-jelas dia itu cemburu sama gue Ay," Ucap Gibran sambil memutar bola matanya malas.
"Eh, masa sih?"
"Dasar gak peka." Ucap Gibran. Setelahnya ia berjalan meninggalkan Ayana yang masih sibuk dengan pemikirannya sendiri.
"Tapi lama dia cemburu sama lo sih? Eh- heh tungguin!" Teriak Ayana saat melihat Gibran yang sudah jauh di depannya.
✧༺Moveon༻✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Moveon [On Going]
Teen FictionKisah seorang remaja perempuan yang berusaha mati-matian untuk keluar dari bayang-bayang masa lalu yang selalu menghantuinya. "Lo tau sendiri kan, moveon itu gak segampang membalikkan telapak tangan." "Iya gue tau. Tapi apa salahnya coba buka hati...