Pagi ini seperti biasa Ayana berangkat ke sekolah bersama Chika.
"Mah pah Aya berangkat ya, soalnya Chika udah nunggu di depan." Pamit Ayana.
"Iya hati-hati sayang!" Ucap Mama Rani mamahnya Ayana.
"Iya mah." Setelah itu Ayana pun berangkat ke sekolah bersama Chika yang sudah menunggu di halaman depan rumah Ayana.
"Kuy!"
"Lo mah kebiasaan lama terus." Cebik Chika.
"Yaelah gitu doang ngerajuk."
"Tau ah, ayo nanti telat." Ayana pun masuk ke dalam mobil Chika.
Sesampainya di sekolah, Ayana di kejutan oleh seseorang yang berdiri di depan mobil Chika.
"Anjir tu orang gila kali ya! untung gak gue tabrak."
Tin! Tin!
"Woy minggir lo asu!!" Teriak Chika dari dari dalam mobil.
"Ish gak usah teriak-teriak Chi berisik!" Ucap Ayana jengah karena teriakan Chika itu tidak main-main kerasnya.
"Ya lagian tu crocodile ngapain bediri di depan mobil gue coba." Dumel Chika.
"Tau tuh gue juga gak tau." Setelah mengatakan itu Ayana pun turun dari mobil. Sedangkan Chika langsung memarkirkan mobilnya di tempat yang sudah di sediakan.
Melihat Ayana yang turun dari mobil Chika, orang itu Rasya langsung saja menghampiri Ayana dan menyeretnya ke arah belakang sekolah. Ayana yang di perlakuan seperti itu pun berontak dan langsung menepis tangan Rasya secara kasar.
"Apa-apaan sih lo tarik-tarik gue?!" Ketus Ayana.
"Ikut aku sebentar." Ucap Rasya.
"Ikut lo? Ngapain? Bentar lagi bel masuk bunyi ya, gausah macem-macem."
"Plis ikut aku sebentar aja, aku mau ngomong." Bujuk Rasya.
"Yaudah sih tinggal ngomong aja disini apa susahnya!" Ucap Ayana acuh tak acuh.
Rasya menghela nafasnya jengah.
"Fine. Aya aku cuma mau bilang kamu jangan terlalu deket sama Gibran aku gak suka!" Ucap Rasya.
Ayana membelalakkan matanya tidak percaya. Apa dia bilang? Tidak suka? Bahkan mau Ayana dekat dengan siapapun sekarang bukan lagi urusannya.
"Cih, lo udah gak berhak atur gue buat deket sama siapapun. Mau gue deket sama Gibran kek sama siapa kek itu bukan urusan lo lagi. Inget kita udah gaada hubungan apapun lagi!" Ucap Ayana penuh penekanan.
"Bukan gitu Aya, dia itu gak baik buat kamu." Ucap Rasya.
"Apaan sih, gausah ngatur-ngatur deh. Mau dia baik atau nggak itu bukan urusan lo. Lagian kalo di fikir-fikir lebih baik Gibran daripada lo." Ucap Ayana sambil menunjuk wajah Rasya. Setelah mengatakan itu Ayana pun pergi dengan berbagai perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya.
Rasya mengepalkan tangannya kuat-kuat sampai buku-buku jarinya memutih. Rahangnya juga mengeras dan tak lupa wajahnya juga sudah sepenuhnya merah padam menahan amarah. Memang, apa yang di bilang Ayana ada benarnya, tapi Rasya tidak suka saat melihat Ayana bersama pria lain.
Sementara itu Chika mondar-mandir kesana kemari mencari keberadaan Ayana tapi tak juga ia temukan.
"Anjir tu anak kemana si!" Ucap Chika jengah karena dari tadi Ayana tak terlihat batang hidungnya. Padahal cuma di tinggal parkir doang. Hingga beberapa saat kemudian suara orang yang sedari tadi ia cari-cari menginterupsi.
"Oy! Ngapain masi disini? Bukannya masuk." Ucap Ayana.
"Ya lo darimana anjir! Gue cariin dari tadi kagak ketemu."
"G-gue dari toilet, ya toilet." Bohong Ayana. Chika yang tidak percaya pun memicingkan matanya curiga.
"Lo gak usah bohong. Dari mana lo?" Tanya Chika sambil menatapnya tajam. Jujur Ayana paling tidak bisa berbohong pada Sahabatnya ini.
"Huftt~ tadi gue di seret si Rasya. Dia bil-" Belum sempat melanjutkan kalimatnya, Ayana tersentak karena mendengar teriakan Chika.
"Apa?! Lo di seret? Kemana? Lo gak di apa-apain kan? Dia gak lukain lo kan?" Tanya Chika bertubi-tubi.
"Ish, gue belum selesai ngomong dan dia gak apa-apain gue lo tenang aja." Ucap Ayana sambil memutarkan bola matanya malas.
"Hehe, terus dia bilang apa aja?"
"Dia bilang gue gak boleh deket-deket sama Gibran, katanya Gibran bukan orang yang baik buat gue."
"Lah lah, mau lo deket sama siapapun itu urusan lo kali, ko dia yang ngatur anjir." Ucap Chika tak suka.
"Nah itu masalahnya. Gue juga gak ngerti kenapa dia ngomong kayak gitu dan bersikap seolah dia masih punya hak atas gue. Kenpa dia kayak gitu si, gak tau apa kalo moveon tuh gak gampang. Dan berani-beraninya dia bersikap seolah masih memberi harapan buat gue. Aishh sialan." Jujur Ayana tidak mengerti dengan sikap Rasya hari ini.
"Apa jangan-jangan..." Chika menggantungkan kalimatnya.
"Jangan-jangan apa?" tanya Ayana.
"Apa jangan-jangan Rasya masih suka sama lo!" Ucap Chika sambil menatap sahabatnya itu dengan serius.
"Ish ga mungkin. Dia kan udah punya Giselle anjir."
"Ya kali aja Rasya gak bener-bener cinta sama Giselle. Toh kita gaada yang tau." Ucap Chika sambil mengedikkan bahunya. Setelah itu Chika berjalan menuju kelas mendahului Ayana yang sedang bengong entah memikirkan apa.
"Rasya, kenapa kamu kayak gini sih.." Lirih Ayana.
✧༺Moveon༻✧
Votment Juseyo:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Moveon [On Going]
Teen FictionKisah seorang remaja perempuan yang berusaha mati-matian untuk keluar dari bayang-bayang masa lalu yang selalu menghantuinya. "Lo tau sendiri kan, moveon itu gak segampang membalikkan telapak tangan." "Iya gue tau. Tapi apa salahnya coba buka hati...