Mereka sudah sampai di pasar malam. Sedari tadi Ayana hanya diam tidak menghiraukan apa yang Gibran ucapkan. Ayana masih marah padanya karena kejadian di atas motor tadi.
"Ayolah Ay, gue cuma bercanda," Ucap Gibran dengan nada memelas. Ayana masih saja mengacuhkannya. Akhirnya sebuah ide pun terlintas di fikiran seorang Gibran.
"Ay, mau apa? Ayo ambil aja. Gue yang bayar!" Ucapnya. Seketika raut wajah Ayana yang tadinya menekuk jadi sumringah.
"Bener?" Tanya Ayana dengan wajah antusiasnya.
"Iya, ambil aja apa yang lo mau." Ucap Gibran sambil mengelus puncak kepala Ayana. Ayana yang mendapat perlakuan seperti itu tiba-tiba wajahnya memerah. Sudah lama ia tidak mendapat perlakuan seperti ini.
"Y-yaudah ayo temenin gue cari ice cream." Ucapnya masih dengan semburat merah di pipinya yang mana itu membuat Gibran semakin gemas saja.
"Yaudah ayo!" Ucap Gibran sambil menggenggam tangan Ayana. Ayana lagi-lagi di buat salah tingkah olehnya.
Mereka berjalan beriringan sampai tiba-tiba Ayana menghentikan langkahnya yang mana hal itu membuat Gibran menghentikan langkahnya juga.
"Ada apa?" Tanya Gibran.
"Bianglala," Ucapnya sambil melihat bianglala yang ada di depannya.
"Mau naik itu?" Tanya Gibran.
"Iya gue mau naik itu. Yuk!" Ayana menarik tangan Gibran agar mengikutinya, tapi ternyata Gibran malah diam saja sambil melihat ke arah Bianglala itu.
"Ih ayo!" Paksa Ayana.
"G-gue takut ketinggian," Gumamnya yang masih bisa di dengar oleh Ayana.
"Pftt- hahaha yang bener aja Gi, lo? Takut ketinggian? Gak percaya gue, hahaha," Ucap Ayana sambil terbahak.
"Gue serius Ay," Ucapnya.
"Udah ah ayo, gue jamin lo gak bakal takut ketinggian lagi setelah ini. Percaya sama gue." Gibran memandang wajah Ayana lekat dan setelahnya dengan ragu ia pun mengangguk setuju.
Kini mereka sudah ada di dalam bianglala dengan Gibran yang sedari tadi hanya menunduk dan menggenggam tangan Ayana erat.
Tiba-tiba bianglala yang mereka naiki berhenti berputar. Posisi mereka saat ini berada di paling atas. Hal itu membuat Gibran semakin ketakutan. Gibran tiba-tiba mengubah posisinya menjadi duduk di sebelah Ayana dan langsung saja memeluknya erat, sangat erat. Bisa Ayana rasakan jika tubuh Gibran saat ini bergetar ketakutan. Ayana bingung harus apa, ia juga tidak tau kapan bianglala ini akan kembali berputar.
Ayana membalas pelukan Gibran tak kalah erat. Tapi itu semua tidak mengurangi ketakutan Gibran. Gibran masih saja panik dan bergetar ketakutan. Entah dapat keberanian darimana karena Ayana secara tiba-tiba mengangkat wajah Gibran yang sedari tadi menunduk agar menatapnya.
Gibran perlahan mulai mengangkat wajahnya agar menatap Ayana hingga,
Cup
Bukan, bukan Ayana yang melakukan itu tapi Gibran. Memang di awal Ayana memberanikan diri untuk menenangkan Gibran dengan cara seperti itu, tapi tak di sangka Gibran yang memulainya terlebih dahulu.
Bisa Ayana rasakan jika tubuh Gibran masih sedikit bergetar. Dengan perlahan Ayana mulai menggerakkan bibirnya. Dan benar saja, Gibran mulai tenang. Tubuhnya tidak lagi bergetar seperti tadi. Ayana berinisiatif untuk melepaskan tautan nya tapi tiba-tiba Gibran menahan tengkuknya hingga saat ini Gibran lah yang memimpin ciuman itu. Gibran melumat bibir atas dan bawah Ayana secara bergantian. Ayana tidak bisa apa-apa, ciuman itu pun berlangsung selama beberapa menit hingga pasokan udara mulai menipis dan Gibran pun melepas tautan itu.
Setelah kejadian itu, keadaan tampak sedikit canggung. Tidak ada yang berani membuka suara.
Gibran tampak menghela nafasnya pelan dan mulai berkata,
"Maaf," Hanya itu yang bisa ia katakan.
"G-gak papa lupain aja," Ucap Ayana sambil menunduk. Jujur ia tak berani menatap Gibran saat ini. Hingga beberapa detik kemudian bianglala pun kembali berputar dan hal itu sontak membuat Gibran terkejut.
Ayana yang melihat keterkejutan Gibran hanya terkekeh dan setelahnya ia menggenggam tangan Gibran agar Gibran sedikit tenang.
.
.Saat ini mereka berdua sudah sampai di rumah. Jika kalian berfikir setelah kejadian tadi Ayana dan Gibran tampak canggung jawabannya adalah tidak. Malah setelah turun dari bianglala keduanya tampak lebih dekat dan tidak ada rasa canggung sedikitpun. Setelah turun dari bianglala keduanya mencoba beberapa permainan dan tak lupa mereka juga menikmati beberapa makanan yang menurut mereka cukup menggugah selera.
"Makasih ya Gi udah nganterin gue pulang dan makasih buat jalan-jalannya." Ucap Ayana dengan senyuman yang tak luntur di wajah cantiknya.
"Sama-sama. Eum, Ay sekali lagi maaf ya buat yang tadi," Ucap Gibran mereka tidak enak.
"Huh? G-gak papa Gi lupain aja." Ucap Ayana dengan semburat merah di pipinya.
"Y-yaudah gue pulang ya, salam buat om tante."
"Oke tar gue sampein salam lo buat mereka."
"Makasih.Yaudah sana lo masuk, cuaca udah makin dingin gak bagus buat kesehatan."
"Eh, gamau masuk dulu?"
"Gausah, gaenak juga ini udah malem. Sana masuk, mau masuk angin lo diem terus disini?"
"Iya iyaa bawel amat lo," Ucap Ayana sambil terkekeh. Ayana pun masuk ke dalam rumahnya. Tak lupa sebelum masuk ia juga sempat melambaikan tangan pada Gibran yang saat itu sudah siap-siap akan pergi.
Setelah yakin bahwa Gibran sudah benar-benar pergi, Ayana pun menutup pintu rumahnya.
"Udah pulang sayang?" Ayana terjengkit kaget saat mendengar suara mamahnya itu.
"Yaampun mamah ngagetin aja," Ucapnya.
"Hehe maaf, Gibran nya mana?" Tanya Inaya.
"Udah pulang mah barusan."
"Loh kenapa gak di ajak masuk dulu?"
"Gak enak mah udah malem katanya, eh iya dia juga titip salam buat mamah papah." Ucapnya.
"Yaudah lain kali ajak main kesini aja kalau kamu kangen," Ucap Inaya sambil senyum-senyum menggoda Ayana.
"Ish apaan sih mah, dia itu cuma temen Aya," Ucapnya sambil merenggut kesal. Tapi semburat merah di wajahnya tidak luput dari perhatian mamahnya.
"Iya temen," Ucap Inaya sambil terkekeh.
"Udah ah Aya capek mau tidur. Good night mah," Ucap Ayana sambil berlari menuju kamarnya.
"Night too sayang," Ucap sang mamah masih dengan senyum menggoda yang terpatri wajahnya.
✧༺Moveon༻✧
Nihh udah ya, sesuai janji gue double up. Moga suka♥︎
KAMU SEDANG MEMBACA
Moveon [On Going]
Teen FictionKisah seorang remaja perempuan yang berusaha mati-matian untuk keluar dari bayang-bayang masa lalu yang selalu menghantuinya. "Lo tau sendiri kan, moveon itu gak segampang membalikkan telapak tangan." "Iya gue tau. Tapi apa salahnya coba buka hati...