Semakin hari Ayana dan Gibran semakin dekat saja. Belum ada hubungan yang serius di antara mereka. Hanya teman, ingat hanya teman.
"Ay, kok gue liat-liat lo makin deket aja ya sama Gibran," Ucap Chika.
"Eh, nggak juga." Elak Ayana.
"Yaelah Ay gue tau tiap weekend lo pergi sama dia kan?"
"Y-ya emang gaboleh jalan sama temen sendiri?"
"Temen? Sejak kapan lo jadi temen dia?"
"Ih udah ah banyak bacot lo!" Ucap Ayana sambil berlalu meninggalkan Chika yang melongo tidak mengerti.
"Lah kok ngamok?" Tanya Chika yang ntah pada siapa.
Ayana berjalan di koridor sekolah sembari menghentakkan kakinya. ntah mengapa ia jadi kesal sendiri karena Chika yang terus menerus menanyakan perihal Gibran padanya.
"Ishh, ngeselin banget sumpah." Ucapnya kesal.
"Siapa yang ngeselin?"
Ayana terjengkit kaget saat mendengar suara seseorang di belakangnya. Saat Ayana berbalik, lagi-lagi ia terjengkit kaget saat melihat bahwa orang yang berada di belakangnya itu adalah Gibran. Ayana yang kaget sontak terjengkang ke belakang, tapi untung saja dengan segera Gibran menangkapnya dan jadilah Ayana yang berada dalam rangkulan Gibran saat ini.
Mata mereka saling bertemu satu sama lain dan tiba-tiba,
Blushh
Pipi seputih susu milik Ayana bersemu merah. Jantungnya berdetak kencang dan lututnya terasa sangat lemas.
"Ekhem,"
Deheman itu membuyarkan pikiran keduanya. Ayana maupun Gibran hanya tersenyum kikuk saat melihat seorang guru yang ada di belakang mereka.
"Haduh anak muda, kalo pacaran tuh jangan di sekolah," Ucapnya. Setelah mengatakan itu guru tersebut pun pergi meninggalkan kedua insan yang sama-sama diliputi rasa canggung itu.
"E-eum, maaf Gi." Ucap Ayana.
"Eh, g-gak papa kok." Jawab Gibran.
Tidak ada lagi percakapan setelah itu hingga Ayana pun berinisiatif untuk pamit terlebih dahulu.
"Y-yauda gue duluan ya," Ucap Ayana.
"Oh, oke."
Saat Ayana hendak pergi, tiba-tiba pergelangan tangannya di tahan oleh Gibran.
"Ada apa Gi?" Tanya Ayana bingung.
"Eumm, nanti pulang sekolah bareng gue ya. Ada yang mau gue omongin." Ucapnya.
"O-oh, oke. Yaudah gue duluan ya, bye." Ucap Ayana sembari melambaikan tangannya pada Gibran.
.
."Ishh, Gibran mana si?" Sedari tadi Ayana misuh-misuh gak jelas karena Gibran yang tak kunjung datang.
Tak lama kemudian terdengar suara langkah kali mendekat ke arahnya. Ayana yakin itu adalah Gibran. Dan benar saja, setelah berbalik menghadap ke arah suara, terlihatlah Gibran yang tengah berjalan bersama kedua sahabatnya.
"Hai Ay, maaf ya lama." Ucapnya.
"Hum, gapapa kok Gi."
"Dia cewek lo Gi?" Tanya Lexa salah satu sahabat Gibran.
Abizar Lexa Zainar
"Bukan, dia temen gue." Ucap Gibran.
"Tapi mungkin bentar lagi statusnya bakalan berubah." Lanjutnya.
Lexa hanya tersenyum. Ia faham betul apa yang di maksud sahabatnya itu. Sedangkan Ayana, ia hanya melongo tak mengerti dengan apa yang baru saja Gibran ucapkan.
"Oh iya Ay, sebelumnya kenalin mereka sahabat-sahabat gue." Ucap Gibran menyadarkan Ayana yang sedari tadi hanya bengong.
"E-eh, Hai gue Ayana." Ucap Ayana sembari tersenyum ramah.
"Gue Lexa."
"Gue Rega."
Regano Alzero
Ayana hanya mengangguk dan tersenyum menanggapi perkenalkan mereka.
"Yaudah ayo Ay, gue anterin pulang." Ucap Gibran.
"Gue duluan ya," Pamit Gibran pada kedua sahabatnya.
Lexa dan Rega hanya mengangguk untuk menanggapi.
.
.Ayana dan Gibran tidak langsung pulang. Gibran menepikan motor sport nya di sebuah taman yang biasa mereka kunjungi.
"Kenapa kesini Gi?"
"Turun aja dulu Ay, gue mau ngomong sesuatu sama lo." Ucap Gibran.
Ayana turun dari motor dan langsung saja duduk di sebuah bangku yang ada di taman itu.
"Mau ngomong apa Gi?" Tanya Ayana.
Gibran mendudukkan dirinya di sebelah Ayana. Bisa Ayana lihat jika saat ini Gibran sedang gugup.
"Gi?"
"Eh, eum gini loh Ay. Sebenernya gue, g-gue suka sama lo." Ucap Gibran.
"Gue suka sama lo dari sejak pertama masuk sekolah." Lanjutnya.
"Hah?!" Pekik Ayana. Sudah selama itukah Gibran memiliki perasaan padanya? Ayana sungguh tidak habis fikir.
"S-selama itu?" Tanya Ayana.
"Iya Ay, gue udah mendam perasaan ini dari lama. Tapi gue gak berani buat nyatain perasaan ini, apalagi saat gue tau kalau lo udah punya pacar." Ucapnya.
"L-lo gak bercanda kan Gi?" Ayana kembali bertanya.
"Gue serius Ay." Ucap Gibran sembari menatap lekat kedua bola mata Ayana.
"Jadi, lo mau gak jadi pacar gue?" Tanya Gibran.
Ayana tak langsung menjawab. Ia malah terlarut dalam fikirannya sendiri.
'Gimana nih? Sejujurnya gue juga udah mulai suka sama Gibran. Tapi, gue juga belum sepenuhnya moveon dari Rasya. Gue harus apa? Gue gak mau nyakitin hati Gibran cuma gara-gara gue yang masih punya harapan pada masalalu. Tapi, tapi ntah mengapa gue jadi gak suka kalo Rasya muncul di hadapan gue. Yaampun gue pusing.'
Ayana terus saja terlarut dalam fikirannya sehingga ia sejenak melupakan keberadaan Gibran yang sedari tadi menunggu jawaban darinya. Gibran yang melihat keterdiaman Ayana lantas menepuk bahunya pelan.
"Ay," Ucap Gibran menyadarkan Ayana dari lamunannya.
"E-eh, eumm maaf Gi kayanya gue masih butuh waktu deh. Tapi gue janji kok, gue bakalan jawab pernyataan lo itu." Ucap Ayana yang merasa sedikit tidak enak pada Gibran.
Gibran menghela nafas pelan. Dan setelah ia berkata,
"Yaudah gue bakalan tunggu jawaban lo Ay. Mau lo terima gue atau enggak, gue bakalan siap kok." Ucap Gibran dengan senyuman yang terpatri di wajah tampannya.
"Maaf ya Gi," Ucap Ayana sambil menundukkan wajahnya tak berani menatap Gibran.
"Hey Ay, santai aja gapapa." Ucap Gibran sambil terkekeh.
"Yaudah mending kita pulang sekarang ya," Lanjutnya.
Ayana mengangguk setuju dan setelahnya mereka pun pergi meninggalkan taman yang tampak sudah sepi itu.
✧༺Moveon༻✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Moveon [On Going]
Teen FictionKisah seorang remaja perempuan yang berusaha mati-matian untuk keluar dari bayang-bayang masa lalu yang selalu menghantuinya. "Lo tau sendiri kan, moveon itu gak segampang membalikkan telapak tangan." "Iya gue tau. Tapi apa salahnya coba buka hati...