03

50 8 1
                                    

"Dokter!" Panggil suster dengan panik.
"Ya sus?" Balas sang dokter.

"Pasien korban tembak membuka matanya"
"Apa?!" Dengan tergesa-gesa dokter tersebut berlari menuju ruang mayat.

Ya, kalian ga salah baca.

Pasien korban tembak itu dinyatakan telah tiada pada pukul 00 dini hari, namun siapa sangka jika pasien tersebut membuka matanya kembali. Terlebih diruang mayat. "Tolong segera pindahkan dia, kita periksa ulang kembali. Cepat!"

01.00 at ruang mayat, kini ruangan tersebut sangat ramai di karnakan para suster yang terus mondar-mandir untuk mengambil perlengkapan medis, brangkar, menyiapkan ruang pemeriksaan serta memindahkan pasien itu ke brangkar.

🍃

Ruang pemeriksaan.

"Denyut nadi pasien normal dokter" Ujar suster berambut panjang. "Tekanan darahnya juga normal dokter" Timpal suster yang lain.

"But ada yang aneh dok"

Dokter itu menatap kedua susternya. "Tatapan matanya" Balas Dokter Fauzi, berlari keluar untuk mengambil beberapa barang yang tertinggal, kembali dengan beberapa barang ditangannya. Memegang pundaknya pelan.

"Hei.."

.
.
.

Mumbai, 16 November 2000.

"Frans, masih sakit?" Tanya seseorang, Frans pun menganggukkan kepalanya. "Saya masih belum percaya bahwa saya telah tiada" Gumam pemuda itu melirih.

Fauzi dokter yang waktu itu menangani Frans aka Ellian menghela nafasnya pelan, memberikan jus pada Frans lalu duduk disampingnya.

Menatap langit dengan lekat. "7 tahun telah berlalu dan kau masih belum tau siapa namamu, darimana kau berasal dan bagaimana cincin itu bisa tersemat di jari mu. Yang anehnya, kau hanya ingat bahwa kau terbangun di ruang mayat" Mengalihkan pandangannya, menatap Frans lekat, menuntut jawaban yang sebenarnya.

Frans memaikan jarinya di gagang cangkir. "Ku juga bingung ge, jika aku melihat seseorang di masalalu atau bahkan dikasih clue tambahan, mungkin aku akan mengingatnya kembali" Menyeruput jusnya sedikit. "Lagipula mana ada orang yang ingin kehilangan ingatannya selama bertahun-tahun ge" Lanjut Frans.

"Kau tau? Sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini. Berpura-pura untuk menjadi saudaramu, membawamu pergi ke negara aslimu, dan tinggal bersama hingga sampai saat ini" Fauzi melirik Frans sekilas, memainkan jarinya di rerumputan.

"Tapi perlu kau ketahui, bahwa rasa sayangku padamu sebagai seorang kakak takkan pernah hilang..walaupun dulunya hanya berpura-pura" Mendongakkan kepalanya untuk menghimbau air matanya yang hendak menetes. "Mian"

"Sudahlah, itu sudah berlalu. Bagaimana jika kita berjalan-jalan ketaman?" Tawar Fauzi, Frans menganggukkan kepalanya semangat. Menghabiskan jusnya yang tersisa, menyeka sudut bibirnya lalu menyusul Fauzi yang sudah berlalu terlebih dahulu.

.
.
.

Doctor Fauzi Navriel Farenzo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Doctor Fauzi Navriel Farenzo

Lut GayeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang