05

42 5 0
                                    

Flasback in chapter three.

.
.
.

Dokter Tevan melepas atribut dokternya lalu memasukkannya ditempat khusus, menyampirkan jas dokternya dilengan kiri, menghampiri rekannya. Fauzi. "Tolong siapkan pemakamannya" Titah dokter Tevan. "Baik dokter" Jawab dokter Fauzi.

"Oh ya, hari ini kau yang berjaga malam bukan?" Tanya dokter Tevan seraya membantu rekan kerjanya itu, dokter Fauzi mengangguk. "Baiklah, hati-hati. Kalau begitu saya duluan, jangan lupa" Sekali lagi dokter Fauzi mengangguk patuh.

🍃

"Semua sudah terurus?" Tanya dokter Fauzi seraya berjalan menuju ruangan pasien yang laim. "Sudah dokter, semua sudah terurus dok. Tinggal menunggu pemindahan jenazah saja dokter" Balas suster itu, menyodorkan suntikan pada si dokter.

Cukup lama Fauzi memeriksa pasien lain serta suasana sepi, aman dan sunyi tiba-tiba salah satu suster laki-laki masuk kedalam rawat inap pasien dengan terburu-buru. Karna Fauzi tidak enak pada pasien itu, ia tersenyum menenangkan pada pasien itu lalu menyuruh suster laki-laki tersebut tuk menunggunya diluar. "Apa?"

"P..pasien..pasien korban tembak y-yang berada diruang m-mayat telah membuka matanya dokter!" Ucapnya dengan nada bergetar. "Apa?! Kau jangan bercanda" Balas sang dokter lali berlari dengan cepat menuju ruang mayat tersebut.

Fauzi melirik jam ditangannya. "Pukul 01.00 dini hari, dokter Tevander sudah pulang.. apakah aku harus mengurusnya seorang diri?" Monolognya.

"Bagaimana keadaannya?" Tanyanya pada suster yang berjaga diruangan itu. "Saya sudah menanyakan beberapa pertanyaan padanya, namun ia hanya diam saja dokter" Balas suster penjaga. Fauzi maju, memeriksa pernafasannya. "Oke"

"Tolong siapkan brangkar, peralatan medis serta ruangan pemeriksaan. Cepat!" 5 suster yang berada diruangan tersebut dengan cepat melaksanakan perintah sang dokter, sementara Fauzi mengambil ponselnya, sedikit berjarak lalu menghubungi seseorang.

"Halo direktur Wang, aku membutuhkan bantuanmu"

"Katakan, apa yang kau mau baby"

"Aku mau kau merahasiakan identitas pasien korban tembak itu, buat dia seolah-olah tiada sungguhan"

"And?"

Fauzi memejamkan matanya dan mengigit bibir bawahnya. "Buat pemakaman palsu serta buatkan identitas yang baru untuknya, ak-"

"Apa sebegitu inginnya dirimu memilik seorang adik sehingga kau nekat melakukan hal ini hm?" Potong direktur Wang cepat.

"Ya" Balas Fauzi singkat.

"Baiklah. Waktumu hanya 2 detik untuk membawa kabur pasien itu dan semuanya akan beres. Kau tenang saja, para suster itu tidak akan berani tuk membuka mulutnya. Tapi kau tau bukan, bahwa jaman sekarang ini tidak ada yang namanya gratisan"

"What do you want?"

"Oh com'on babe, kau bahkan sangat tau apa yang diriku inginkan"

"Ok, deal"

"Bergeraklah kearah utara. Now!"

Sesuai dengan arahan direktur Wang, Fauzi mendorong kursi roda itu mengarah k3 utara. Yeah, dia nekat melakukan ini. Menggunakan tubuh orang lain yanh mirip dengannya lalu membawa pasien yang asli pergi jauh dari Mumbai. "Maafkan aku.."

.
.
.

Direktur Erkera Hospital Erlando Keano Rasendriya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Direktur Erkera Hospital Erlando Keano Rasendriya.

Lut GayeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang