07

38 5 0
                                    

Well, setelah perjalanan yang cukup singkat itu, kini mereka bertiga telah sampai di Mumbai. Yep! Selepas perdebatan didalam kamar, Fauzi pun memutuskan untuk kembali ke Mumbai. Membantu serta mencari tau tentang informasi yang berhubungan dengan masalalu adik angkatnya. Frans.

Frans tersenyum lebar ketika kakinya menapaki negara asalnya yang penuh kenangan bersama dia. "I'm here again dad, where are you?" Ucap Frans didalam hati, memasuki EK Mansion dan langsung menuju kamarnya menyisakan Erland serta Faunzi yang masih menurunkan koper milik masing-masing dari bagasi mobil.

.
"Frans! Apakah kau sudah selesai mengemas barang-barangmu?" Panggil seseorang yang main masuk saja kedalam kamar tanpa meminta izin pada pemiliknya, terdiam dan hanya menatapi nya dengan sendu. "Aku sudah selesai, ada apa ge?"

Sebentar lagi kau akan pergi meninggalkanku huh? - batin Fauzi.

"Gege? Aku sudah selesai mengemas barang-barangku, ada apa?" Tanya Frans sekali lagi dengan memegang pundaknya, sedangkan Fauzi sedikit tersentak karna kaget.

"A-ah iya? Oh! Itu..em.. Ekhem!" Fauzi mengatur pernafasannya sebelum melanjutkan kalimatnya. "Tadi aku kesini untuk memanggilmu untuk makan malam, segeralah turun, kami menunggumu" Memilih tuk keluar dengan terburu-buru supaya menghibau air matanya yang tiba-tiba menetes tanpa seizin darinya.

Frans yang melihat gege nya pergi pun hanya terdiam, memberikan ruang gege nya untuk menangis tanpa ada yang melihat, menghela nafasnya lalu berucap. "Aku tau kau sangat ingin mengungkapkan sesuatu padaku, sangat terlihat jelas di matamu ge. Namun aku memilih tuk bersabar, membiarkanmu untuk menjelaskannya terlebih dahulu padaku tanpa adanya paksaan apapun itu" Ucapnya pada angin, ikut menghapus air matanya lalu segera menyusul kedua gege mya diruang makan.

.
Acara makan malam kali ini sangatlah berbeda. Yang biasanya penuh canda tawa serta beberapa pertanyaan dan jawaban yang super random, kini senyap.

Tidak ada yang memulai maupun menghidupkan suasana, hanya detingan garpu serta sendoklah yang menjadi backsound di ruang makan itu. Bahkan Erland yang notabenya cinta kesunyian pun kini mulai tak nyaman, melirik kedua pemuda manisnya bergantian lalu berdehem sangat keras.

"Apa kalian baik-baik saja?" Tanya sang kepala keluarga, mereka berdua saling bertatapan. "Kalau kalian memang butuh bicara hal yang penting, setidaknya habiskan makanan kalian, baru bicara. Jangan berdiaman seperti ini, ingat itu ok?" Lanjutnya, menghabiskan makanannya terlebih dahulu lalu beranjak keruang tengah. Tak lupa memberikan ciuman kening dan pipi keduanya secara bergantian.

Fauzi menatap Frans sekilas, menghela nafasnya dan memakan makanannya yang tersisa, meminum air putihnya. "Selesaikan makananmu, jangan buru-buru dan tunggulah aku dihalaman belakang" Ujar Fauzi, Frans mengangguk patuh.

Halaman belakang.

Fauzi menghela nafasnya pelan, memberikan jus pada Frans lalu duduk disampingnya. Menatapi langit dengan lekat lalu berucap. "Frans, bolehkah aku berkata jujur padamu?" Frans mengangguk mempersilahkan. "Maafkan aku, tapi..."
"Apa kau tau? Sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini. Berpura-pura untuk menjadi saudaramu, membawamu pergi jauh dari Mumbai dan berakhir kita kembali pada negara imi" Fauzi melirik Frans sekilas, memainkan kedua jarinya.

"Tetapi perlu kau ketahui, bahwa rasa sayangku padamu sebagai seorang kakak itu takkan pernah hilang sampai kapanpun. Walaupun dulunya hanua berpura-pura" Mendongakkan kepalanya untuk menghibau air matanya yang hendak menetes.

"Mian.."
"Sudahlah, itu sudah berlalu. Bagaimana jika kita berjalan-jalan ketaman bermain?" Tawar Fauzi, Frans mengangguk semangat, menghabiskan jus nya hingga tandas.

Lut GayeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang