9. 30 AM
Joanna sedang mendekam di kamar. Setelah sekitar satu jam dimarahi Rendy dan Liana. Sebab Jeffrey dan kedua orang tuanya baru saja datang. Apalagi kalau bukan untuk melamar dirinya. Seperti apa yang telah pria itu ucapkan semalam.
"Ibu tidak mau tahu! Kamu harus berhenti kerja di sana secepatnya!"
Joanna tidak menjawab. Dia diam saja. Sembari memeluk guling dan menatap tembok kamar. Sedangkan Aruna, dia duduk di tepi ranjang sembari memakan es krim yang semalam Jeffrey belikan.
"Jawab! Iya atau tidak!"
"Aku belum ada satu tahun kerja di sana! Nanti aku pikirkan! Lagi pula, tadi sudah Ibu dan Bapak tolak, kan? Seharusnya tidak apa-apa."
"Tidak apa-apa katamu? Orang-orang desa pasti sudah tahu! Di tempat kerja pasti akan ada banyak orang yang membicarakanmu! Lagi pula, memangnya kamu tidak malu!?"
Joanna menarik nafas berat. Lalu mendudukkan badan. Menatap ibunya yang wajahnya masih merah padam.
"Kenapa harus malu? Aku tidak melakukan kesalahan apapun. Menolak lamaran bukan suatu kesalahan, kan? Bukan dosa dan tindakan kriminal juga. Tunggu sampai satu tahun, aku janji akan resign setelah itu."
Joanna langsung keluar kamar. Sebab dia sudah lapar. Karena dia sekeluarga memang telah melewatkan sarapan.
Apalagi kalau bukan karena Jeffrey sekeluarga yang datang pada jam tujuh tepat. Seperti akan sekolah saja. Padahal, ini hari minggu yang seharusnya dipakai untuk beristirahat.
Joanna sarapan ditemani Aruna. Kemudian disusul ibunya. Sebab ayahnya sudah pergi entah ke mana.
Mungkin ke rumah Pak Kades guna mengatur rencana. Sebab keluarga mereka pasti sudah mendengar jika Jeffrey baru saja melamarnya. Dengan membawa banyak hantaran yang tentu saja tidak mau Rendy dan Liana terima. Sebab sejak tadi Joanna tidak diizinkan keluar kamar untuk menentukan pilihan.
"Kenapa tiba-tiba Jeffrey melamarmu? Tidak mungkin dia tiba-tiba seperti itu! Ngaku! Kalian pasti diam-diam berhubungan, kan?"
"Demi Tuhan, tidak! Aku pasti bilang kalau punya pacar!"
Aruna yang kesal melihat ibu dan kakaknya berdebat mulai buka suara. Membeberkan jika kemarin mereka ke pantai cukup lama. Hingga akhirnya Joanna kembali kena marah dan diminta cepat-cepat resign saja.
Setelah sarapan, Joanna menonton youtube di kamar. Bersama Aruna tentu saja. Sembari memakan es krim yang masih tersisa di dalam kulkas.
"Mulai sekarang jangan ikut-ikut aku! Dasar cepu!"
"Memangnya kenapa? Cepu itu apa?"
"Cepu itu tukang ngadu! Seperti kamu! Dasar anak nakal! Minggir! Aku mau tidur siang!"
Joanna menendang pantat Aruna. Membuat si adik jatuh dari kasur begitu saja. Lalu menangis kencang dan keluar kamar. Bukan karena kesakitan, namun takut jika Joanna sungguhan marah padanya dan itu akan berimbas pada berkurangnya uang jajan.
3. 10 PM
Joanna baru saja bangun. Dia melihat adiknya yang baru saja memakai parfum yang ada di meja rias. Sebab dia akan mengaji sore seperti biasa.
"HAYOOO!!!"
"HEHEHE!!!"
Aruna langsung lari keluar kamar. Tanpa menutup lagi parfum yang baru saja disemprotkan. Membuat Joanna langsung bangun dari ranjang dan merapikan meja rias yang agak berantakan. Sebab adiknya pasti tidak hanya memakai parfum saja. Namun bedak padat dan lip balm juga.