Kini Violet dan yang lainnya duduk bersila melingkar di lantai. Mereka bungkam karena menunggu sang kapten memberi tahu mereka tentang rencana. Ya, rencana yang menentukan keberhasilan mereka untuk keluar dalam keadaan hidup dari sekolahan ini yang telah dipenuhi oleh zombie mengerikan.
"Jadi__apa rencana lo kapten?" tanya Najendra memecah kesunyian yang amat sangat menyiksa. Violet menatap datar Najendra, lalu matanya memindai teman-teman sekolahnya.
"Yang jelas, rencana pertama gue__" Violet menggantung kalimatnya, membuat yang lainnya penasaran bukan main.
1 menit
2 menit
3 menit
__
Semuanya bungkam dengan mata melotot lebar ke arah Violet, karena gadis itu sangat lama untuk memberi tahu mereka rencana ke depannya bagaimana. Mereka tidak sabar, tapi mereka bisa apa. Di sini ada Najendra si raja pukul yang mungkin sangat menyukai keberadaan Violet. Jika mereka menekan Violet untuk lekas memberitahukan rencananya, bisa-bisa mereka semua menjadi samsak hidup Najendra.
"Hmm, yang jelas kita harus buat senjata terlebih dahulu buat pertahanan diri melawan zombie itu." ucapan tenang dari Violet langsung disambut antusias oleh yang lainnya. Ah, karena sangking ketakutan, mereka bahkan lupa caranya untuk membuat senjata pertahanan.
"Tt-ttapi, kita buat senjatanya dari apa?" tanya seorang cowok berkulit putih pucat yang memakai kacamata.
Violet menyunggingkan senyumnya, "Kita manfaatin benda-benda yang ada di ruangan ini." mendengar jawaban dari Violet, semua mata langsung memindai sekeliling ruang kelas.
Banyak benda yang ada di ruang kelas tidak terpakai ini, mungkin kelas kosong ini akan diubah menjadi sebuah gudang.
Tongkat bisbol
Golok
Cangkul
Gergaji
Gergaji mesin
Pemotong rumput
Penggaris besi
Dan masih banyak lagi benda-benda tajam dan tumpul yang ada di ruangan ini. Ya, jika ditanya kenapa ada benda-benda tajam di ruangan ini, jawabannya karena satu minggu lalu Medley High School baru selesai direnovasi. Alhasil, masih ada sisa-sisa peralatan renovasi yang disimpan di sekolah.
Violet menyeringai, "kita mulai buat senjata!"
Zevan, Najendra, Vanya dan yang lainnya berdiri dan menyebar ke seluruh ruangan kelas untuk mengambil benda yang sekiranya bisa mereka ubah menjadi alat tempur.
Mereka semua fokus pada kegiatan masing-masing, namun tidak dengan Violet yang kini tengah duduk di tumpukan meja. Sehingga posisinya kini lebih tinggi, memudahkannya untuk menatap teman-temannya. Najendra menghampiri Violet, lalu mendongak untuk menatap wajah Violet yang bisa terbilang good looking.
"Ay ay captain!" Violet hanya melirik sekilas Najendra yang menampilkan cengiran lebar. Hm, kelewat lebar malah.
"Lo, nggak cari senjata?"tanya Najendra dengan penasaran sambil memiringkan kepalanya.
"Gue udah ada senjata."
"Mana?"
"Kepo."
"Cih!" Najendra berdecih sinis. Jika saja Violet tidak menyegarkan matanya, mungkin sudah dari dulu gadis itu tidak akan lepas dari kepalan tangannya. Bagi Najendra, cowok cewek sama saja, selagi masih bisa dipukul kenapa dirinya harus susah payah untuk pilah-pilih dan menahan amarah? Bukan dirinya sekali.
"Vi?"
Zevan datang menghampiri Violet, dengan membawa tongkat bisbol yang dipegangnya dan meletakkan ujung tongkat bisbol dibahunya.
"Lo ada senjata?" tanya Zevan sambil menatap Violet yang masih duduk anteng tanpa membawa senjata apapun.
"Ada, lo tenang aja."
"Mana?"
Violet mengangkat kedua tangannya yang sedari tadi dia sembunyikan dibelakang punggungnya. Lalu memperlihatkan cincin-cincin di kelima jarinya, lalu__
Sreng
Bagian atas cincin itu mengeluarkan senjata seperti pisau. Dengan lebar satu jari tangan dan panjang kurang lebih lima belas centi meter. Dengan sisi-sisi yang tajam. Layaknya seperti film action yang sering ditonton oleh Zevan maupun Najendra. Z-Men.
"Wahh." Zevan membuka mulutnya karena takjub melihat benda yang tersemat di setiap jari-jari lentik milik Violet.
"Lo...dapet yang kaya gitu dimana?" tanya Najendra penasaran. Binar matanya kini menatap Violet semakin cerah. Hm, sangat menyegarkan, batin Najendra penuh minat.
Violet mengedik acuh, lalu menyilangkan kakinya. Matanya menatap cincin yang tersemat dengan manis di jari-jarinya. "Gue dari kecil suka ngoleksi benda-benda yang 'unik' jadi, kemanapun gue pergi...gue selalu bawa benda unik ini."
****
Abimanyu berlari dengan cepat untuk menghindari kejaran para zombie. Dia pikir beberapa teman-temannya hanya berperilaku aneh seperti biasanya. Namun entah kenapa setelah beberapa lama, mereka menjadi kacau dan saling menyerang satu sama lain. Lalu semuanya berubah menjadi zombie.
Hanya beberapa temannya yang selamat, dan berhasil melarikan diri dari kepungan semua zombie itu.
Sial. Sial. Sial!
Abimanyu terus merutuk dalam hati karena para zombie itu terus mengejar di belakangnya. Jika terus-terusan begini, lama kelamaan energinya akan semakin melemah. Sial!
Mata Abimanyu melebar penuh sukacita, saat di depannya di dekat lorong yang menghubungkan dengan taman belakang sekolah, dia melihat sebuah mesin pemotong rumput. Lumayanlah, mesin itu bisa dia jadikan sebagai senjata untuk memutilasi para kawanan zombie yang terus mengejarnya itu.
Ha.ha.ha
Dengan kalap, Abimanyu langsung menambah kecepatan larinya menuju mesin pemotong rumput itu.
"Akhirnya..." gumam Abimanyu kegirangan setelah berhasil mengambil mesin pemotong rumput itu lalu mencangklongkan tas yang digunakan untuk menaruh mesin pemotong rumput itu agar lebih mudah digunakan.
Drengggg drengggg dreeengggggg
Suara bising mesin itu mulai terdengar. Membuat Abimanyu berjingkrak kesenangan.
"Mati lo zombie jelek!" desis Abimanyu penuh semangat sambil mengibaskan ujung runcing mesin pemotong rumput ke arah para zombie.
Darah hitam muncrat dimana-mana, potongan tubuh zombie itu tergeletak di sepanjang koridor. Abimanyu membabat habis para zombie yang tadi mengejarnya itu dengan membabi buta, seolah sedang memotong rumput liar seperti yang sering dilakukan oleh penjaga kebun.
"Mati. Mati. Mati lo semua!!!"
"Hahahah!"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold On Till the End!
FantasyTidak pernah terpikirkan oleh seorang Violet Atmaja, jika suatu hari nanti film yang sering ditontonnya akan menjadi sebuah kenyataan. Kehidupan yang tadinya damai dan mungkin terkesan monoton, sekarang berubah drastis. Setiap langkah yang diambiln...