Siang ini terasa sangat panas. Matahari tanpa malu menunjukkan sinarnya. Warna biru membentang di langit, tanpa awan putih yang menghiasi. Cuaca sangat cerah, seperti menandakan semuanya akan baik-baik saja.
Namun, dalam hitungan detik. Langit yang tadinya cerah. Kini berubah menjadi kelabu. Sinar matahari pun sudah tak nampak lagi, ditutupi oleh awan hitam. Angin bahkan berembus dengan kencang, seolah akan menerbangkan apa saja yang dilaluinya.
Suara petir mulai terdengar nyaring, seakan bisa menghancurkan gendang telinga siapa saja yang mendengarnya. Kilatan menyambar-nyambar di atas sana. Menandakan datangnya hujan atau mungkin__badai.
Seolah semesta ingin menyampaikan, sesuatu yang buruk...akan terjadi.
****
Abdul berlari sangat cepat menuju lapangan voli indoor. Dengan cepat kedua tangannya menjulur ke depan untuk membuka pintu lalu segera menutupnya disertai bantingan yang keras, kemudian langsung mengunci pintu itu.
Abdul menyenderkan tubuhnya ke pintu sambil menetralkan napasnya yang masih terengah-engah. Tangan kanannya memegang dadanya dengan erat, sedikit sesak karena jantungnya berdetak kencang.
"Abdul!" panggilan dari Zevan membuat Abdul langsung menengok, lalu dengan langkah cepat menghampiri Zevan dan teman satu ekskul voli yang lainnya.
"Kenapa lo? Kayak abis dikejar hantu aja." celetuk Darren, salah satu teman sekelasnya yang juga mengikuti ekskul voli.
Abdul memegang kedua lututnya sambil mendongakkan kepalanya untuk menatap satu persatu teman-temannya. "Gilaaa! Bukan hantu lagi, tapi...zombie!"
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
"Hahahaha!" Zevan dan yang lainnya langsung tertawa terbahak karena perkataan Abdul barusan. Mereka tentunya tidak percaya tentang apa yang diucapkan oleh Abdul, apalagi sifat Abdul yang suka melawak sudah mereka hafal.
Abdul langsung berdiri tegak saat melihat teman-temannya hanya tertawa, mereka pikir dirinya sedang bercanda.
"Gue serius!" dengan segera Abdul mengeluarkan ponsel dari tasnya. Lalu jari-jarinya sibuk mengotak-atik layar ponselnya. Setelah menemukan apa yang dia cari, Abdul langsung menghadapkan ponselnya ke depan. Agar Zevan dan yang lainnya melihat.
Zevan langsung merebut ponsel Abdul dari tangan laki-laki itu. Matanya membulat saat melihat video yang menampilkan adegan berdarah.
"Ini...ini beneran?!" tanya Zevan yang masih syok setelah melihat video para murid di sekolahnya menjadi zombie.
"Beneran! Lo kira mereka pada cosplay jadi zombie!"
"Gue masih nggak percaya! Gue kira zombie cuma ada di film-film doang!" pekik Darren.
"Cepet telpon polisi!"
"Kita harus cepet-cepet keluar dari sini!"
Seketika suasana yang mulanya tenang, berubah menjadi tegang. Mereka semua dilanda ketakutan dan kengerian. Tak ada yang berani keluar untuk melihat situasi.
Zevan memegang pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut sakit. Otaknya seketika menjadi nge-blank, tak bisa digunakan untuk berpikir jernih.
Semuanya... kacau!
"Btw, awal mula kejadian itu. Dari mana?" tanya Zey, yang juga teman dari Zevan dan Abdul.
Semua mata langsung menatap Abdul. Menunggu laki-laki itu untuk menjawab pertanyaan dari Zey.
Abdul terdiam cukup lama, lalu matanya melirik ke arah Zevan. "Deket kelas kita." ucapnya dengan nada lirih.
Jantung Zevan seketika langsung berdetak kencang. Otaknya langsung memikirkan satu orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold On Till the End!
FantasíaTidak pernah terpikirkan oleh seorang Violet Atmaja, jika suatu hari nanti film yang sering ditontonnya akan menjadi sebuah kenyataan. Kehidupan yang tadinya damai dan mungkin terkesan monoton, sekarang berubah drastis. Setiap langkah yang diambiln...