Bab 8

0 0 0
                                    

"Ken, bisa ke ruangan Kakek sebentar," ujar Kakek memerintahkan Kenzo yang baru saja tiba di Kantor untuk ke ruangannya.

"Baik Kek," ujar Kenzo bergegas berjalan menuju ruangan Kakek.

"Ken, apa sih yang kamu harapkan dari si Raina itu?" ujar Kakek dengan nada tinggi.

"Aku mengharap cinta yang tulus, apa lagi yang harus aku harapkan Kek selain ketulusan. Terus maksud dari perkataan Kakek apa?" tanya Kenzo.

"Ah di dunia ini kita harus realistis dalam hidup, ketulusan itu tidak menjamin hidup bahagia, sekarang kamu terima tawaran Kakek untuk menikah dengan Laras nanti juga Laras akan memberikan kamu cinta," ujar Kakek.

"Cinta? Cinta seperti apa Kek? Cinta yang terpaksa aku terima? Aku mohon Kek, tolong Kakek jangan pernah ikut campur dalam perasaan aku, aku tidak mau larut dalam cinta yang tidak aku harapkan. Kek, bahagia menurut Kakek itu seperti apa? Memiliki wanita yang berharta, bertahta, atau keturunan konglomerat? Dalam cinta tidak membutuhkan hal seperti itu Kek, tahta, harta atau apapun itu akan kita dapat dari hasil kita bekerja keras, akan kita raih ketika kita berusaha, tapi asal Kakek tau akan susah kita mendapatkan wanita yang tulus mencintai kita. Kakek lihat diluar sana banyak yang hidupnya serba kekurangan tapi mereka bahagia, karena mereka menikmatinya, mereka mendapatkan orang yang tulus, mereka mendapatkan orang yang menerima apa adanya. Lantas sekarang apa Kek yang Kakek harapkan pada cucu menantu Kakek, kekayaan atau ketulusan mencintai cucu Kakek?" ujar Kenzo.

"Ken, namanya cinta semua orang punya, kalau nanti kamu terima Laras pasti kamu akan mencintainya, bahkan akan melebihi cinta kamu ke anak tukang ayam itu," ujar Kakek dengan nada kesal.

"Anak tukang ayam?" tanya Ken dengan terkejut. "Kakek tau dari mana Raina anak dari orang tua penjual ayam?" sambung Ken dengan heran.

"Kamu tidak perlu tau soal itu, yang penting Kakek tidak akan pernah setuju kamu punya hubungan dengan Laras," ucap Kakek dengan tegas.

"Soal ucapan Kakek yang semua orang punya cinta iya memang benar, semua orang juga pasti punya hati, tapi tidak semua orang punya perasaan, contohnya Kakek," ujar Kenzo.

"Kakek?" ujar Kakek dengan terkejut. "Apa maksud kamu, Kakek tidak punya perasaan?" sambung Kakek.

"Memang benar kan Kakek tidak punya perasaan, kalau Kakek punya perasaan asti Kakek tidak akan memaksa aku untuk menikahi Laras," ujar Kenzo.

"Ken, Kakek tau siapa yang terbaik untuk kamu, Kakek juga tau orang seperti apa yang berhak mendampingi kamu," ujar Kakek.

"Kek, coba aku tanya Nenek itu pilihan Kakek atau orang yang dijodohkan dengan Kakek?" tanya Kenzo.

"Nah Nenek kamu adalah wanita yang dijodohkan dengan Kakek, tapi Kakek penurut jadi Kakek memilih untuk meninggalkan pacar Kakek dulu," ujar Kakek.

"Apa Kakek terpaksa menikahi orang yang dijodohkan dengan Kakek?" tanya Kenzo.

"Awalnya memang Kakek terpaksa, tapi lama kelamaan Kakek merasa nyaman dan tumbuh perasaan cinta. Kakek juga percaya kalau kamu menikahi Laras akan memiliki perasaan yang sama seperti Kakek mencintai Nenek kamu," ujar Kakek.

"Kakek lebih mementingkan orang tua Kakek daripada perasaan Kakek sendiri? Kakek memilih wanita uang daripada wanita menjadi pacar Kakek, dimana wanita itu sudah menjadi pertimbangan yang Kakek ambil untuk menjadikannya pasangan, tapi aku juga yakin Kakek meninggalkan wanita pilihan Kakek dengan rasa sakit hati. Kek, jangan pernah samakan perasaan Kakek dengan perasaan aku. Mungkin memang Kakek bisa terima dan cinta seiring berjalannya pernikahan Kakek dan Nenek, tapi Kek aku tau awal pernikahan Kakek dan Nenek penuh dengan keterpaksaan, meskipun aku tau semua orang akan terbiasa dengan keterpaksaan, tapi aku mohon Kek aku gak mau dipaksa," ujar Kenzo.

Air Mata atau Bahagia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang