Bab 11

0 0 0
                                    

"Ken sebenarnya kamu kemana sih? Gak biasanya kamu gaada kabar kaya gini, kalau ada apa-apa tolong ceritain, supaya aku gak khawatir kaya gini, Ken kamu hari ini akan ke Rumah Sakit, Kan? Mamah kamu berharap sangat kamu ke RS hari ini, tidak hanya Mamah kamu yang butuh kamu Ken, aku pun sangat membutuhkan kamu. Ken, aku mohon kalau kamu udah bisa buka pesan ini, aku sangat menunggu balasan kamu, aku benar-benar nunggu kamu kasih kabar, kalau memang kamu tidak bisa kasih kabar ke aku, minimal kamu tidak menghawatirkan Mamah kamu, aku bingung jawab kalau Mamah kamu tanya kami dimana, aku gak bisa jawab apa-apa Ken, jangankan untuk menjawab pertanyaan Mamah kamu, aku sendiri aja penuh dengan tanda tanya dimana kamu sebenarnya," pesan terkirim.
Sama seperti kemarin, Kenzo tidak lagi ada kabar, pesan yang sudah terkirim tidak Ken balas, padahal hari ini akan menjadi hari bahagianya, dimana Mamahnya sudah bisa kumpul bersamanya.
Tanpa menunggu Ken menjemput atau bahkan membalas, Raina bergegas pergi ke Rumah Sakit sendiri. Setelah sampainya Raina di Rumah Sakit yang pertama ditanyakan Tante adalah keberadaan dan kabar Kenzo.
"Rain, Ken masih belum bisa dihubungi?" tanya Tante.
"Iya Tan, jangankan membalas pesan tadi siang, pesan kemarin aja belum Ken balas," ujar Raina.
"Sesibuk apa sih dia sampai gak bisa dihubungi gitu," ujar Tante dengan nada sedikit kecewa.
"Iya Tan mau gimana lagi, nanti pulang aku anter aja Tan," ujar Raina sambil mengemas barang-barang.
"Iya Rain, makasih ya," ujar Tante.
"Iya Tan, eh nanti kita pulang kemana Tan? Mau cari kontrakan atau mau pulang ke rumah Tante?" tanya Raina.
"Kita pulang ke rumah Ayah Tante aja Rain," ujar Tante.
"Oke siap Tan," ujar Raina.
Tok... Tok... Tok...
"Permisi," ujar Perawat.
"Silahkan masuk," ujar Raina.
"Mbak, ini untuk surat kontrol seminggu sesusah pulang dari sini," ujar Perawat.
"Baik, terimakasih ya," ujar Tante.
"Kita udah bisa langsung pulang sekarang Sus?" tanya Raina.
"Boleh, nanti kami yang antar pakai mobil Rumah Sakit ya," ujar Perawat.
"Terimakasih ya Sus," ujar Raina.
"Iya sama-sama Mbak," ujar Perawat.

***

Raina dan Tante sedang di perjalanan pulang, Tante sangat berharap Kenzo ada di rumah dan bahagia setelah kepulangannya dari Rumah Sakit.
"Rain kebayang ya nanti ketika tiba di rumah Ken sama Kakeknya terkejut dan bahagia Tante pulang," ujar Tante.
"Iya ya Tan, kebayang ya kalau nanti ketika Tante pulang," ujar Raina sambil menghayal bersama Tante.
"Mobil Rumah Sakit ya itu, kenapa datang kesini ya?" tanya Ken dengan heran.
"Iya Ken, coba kita lihat keluar siapa yang datang, mobil Rumah sakit mengantarkan siapa kesini," ujar Kakek.
"Rain," seketika Ken mengucapkan kata Raina setelah keluar rumah.
"Ah anak kampungan itu," ujar Kakek.
"Kek, Raina udah jaga Mamah dengan baik, kalau bukan Raina siapa lagi," ujar Ken.
"Lah Ken, liat itu Mamah kamu bukan?" tanya Kakek setelah melihat wanita yang turun dari mobil.
"Oh iya Kek, itu Mamah ya. Mamah pulang Kek," ujar Kenzo bergegas menghampiri mobil.
"Ken, Ken kemana aja kamu, Mamah kangen sama kamu, dari kemarin-kemarin kamu gak bisa Raina hubungi, sesibuk apa sih anak Mamah ini," ujar Mamah sambil memeluk Kenzo.
Tangis bahagia pecah setelah kepulangan Tante ke rumah.

***

Raina dan Tante saling tertawa dan saling berharap khayalannya menjadi nyata setelah tiba di rumah.
Setelah tiba di rumah Raina dan Tante dikagetkan dengan acara pesta. Pesta? Pesta penyambutan? Pesta ulah tahun? Atau pesta pernikahan? Tanda tanya besar muncul di benak Raina dan Tante.
"Ada acara apa ya Rain di dalam?" tanya Tante dengan penasaran.
"Aku juga gak tau Tan," ujar Raina penuh tanda tanya.
"Kamu udah kasih tau gak sih Rain kalau hari ini Tante pulang?" tanya Tante yang semakin penasaran.
"Enggak kok Tan, aku belum bilang ke Ken kalau hari ini Tante pulang," ujar Raina.
"Atau mungkin Ken udah dikasih tau sama pihak Rumah Sakit dan mereka siapin ini buat Tante ya," ujar Tante penuh harap.
"Semoga seperti itu aja Tan, mereka siapin kejutan buat Tante," ujar Raina.
"Tapi Rain, kok mereka gaada yang nyambut Tante diluar ya," ujar Tante dengan heran.
"Mungkin mereka kasih kejutannya di dalam Tan," ujar Raina.
"Iya kali ya, kita langsung masuk aja yuk Rain, Tante penasaran nih," ujar Tante yang bergegas turun dan mengajak Raina untuk masuk.
Setelah masuk ke dalam rumah Tante dan Raina dikejutkan dengan kehadiran banyak orang. Tante dan Raina mencoba mencari tahu apa yang dirayakan sebenarnya. Tante dan Raina mencoba menerobos orang-orang yang ada di sana untuk mencari tau ada acara apa sebenarnya.
"Ini kaya acara nikahan ya Rain?" tanya Tante dengan berteriak karena suara di dalam sangat kencang.
Raina hanya mengangguk penasaran sekaligus merespon pertanyaan Tante.
"Ken?" sontak Raina melihat Kenzo berpakaian sangat rapi.
"Rain, itu Kenzo, kan?" sontak teriak Tante saat melihat Kenzo dari arah kanan.
Setelah melirik ke arah kiri, Raina dan Tante dikagetkan dengan kedatangan Laras dengan pakaian pengantin yang cantik nan anggun.
"Laras?" sontak Raina sangat terkejut.
"Hah? Ada apa sebenarnya ini?" ujar Tante penuh tanda tanya.
Tanpa mengucapkan apapun yang Raina keluar dari Raina hanyalah air mata.
"APA-APAAN ini," teriak Tante menghentikan pesta pernikahan.
Semua perhatian mengarah ke Mamah Ken.
"Mamah," ujar Ken yang langsung menghampiri.
"Apa maksudnya ini Ken?" ujar Tante sambil menangis.
"Mamah kesini sama Raina? Mana Raina Mah?" tanya Ken yang kaget atas kehadiran Mamahnya.
"Apa Mamah belum terlambat? Apa kalian belum melangsungkan pernikahan Ken?" tanya Mamah sambil menangis.
"Kami sudah menikah Mah. Raina mana?" tanya Ken.
"Buat apa kamu tanya Raina kalau sekarang kamu sudah menikahi wanita itu," ujar Mamah dengan nada emosi dan terus menangis.
Suasana pernikahan yang hidmat seketika berubah menjadi tegang.
"Ayah, Ayah kenapa terus memaksa Ken untuk menikahi wanita itu? Kenapa sih Ayah bersikeras menghalangi kebahagiaan anak sama cucu Ayah, apa Ayah belum puas memaksa aku untuk menikah dengan orang pilihan Ayah. Aku adalah ibu Ken, yang berhak sepenuhnya atas anakku adalah aku, lantas kenapa Ayah melangkahi aku, jangankan untuk memberikan hak sebagai seorang ibu, memberitahu saja tidak. Apa Ayah tidak merasakan betapa hancurnya seorang ibu melihat anaknya melangsungkan pernikahan tanpa sepengetahuannya, apa Ayah tidak tau bagaimana rasanya melahirkan tanpa dihargai keberadaannya," ujar Mamah Ken yang menangis tanpa henti.
Raina terkejut dan tidak menyangka sebelumnya, orang yang Raina sayang dan orang yang selama ini ia percaya sekarang mengkhianati di hadapannya. Raina hanya terdiam melihat apa yang terjadi dan yang Raina lakukan hanyalah melamun dengan tatapan kosong bahkan perasaannya melayang seperti terhempas angin yang berhembus kencang tanpa arah dan tujuan.
"Kamu sudah terlambat, anak kamu sudah menikah dengan Laras, kamu gak bisa hilang mereka," ujar Kakek.
"Terlambat apa? Acara ini masih bisa aku hentikan," ujar Tante.
"Kamu gak akan bisa, karena mereka sudah melangsungkan akad pernikahan," ujar Kakek dengan sinis dan merasa bahwa dirinya sudah berhasil membuat Laras dan Ken menikah.
"Kamu bisa ceraikan dia kan Ken?" tanya Mamah dengan penuh harap.
"Gak bisa, Laras sedang mengandung anak Ken," ujar Kakek.
Mendengar apa yang Kakek ucapkan Raina tidak berkomentar apapun dan langsung bergegas pergi meninggalkan rumah Ken. Kenzo seketika melihat Raina berlari sehingga Ken langsung mengejarnya keluar Rumah untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Raina terus berlari tanpa menghiraukan kejaran Ken yang terus memanggil namanya, Raina hanya meninggalkan Kenzo masuk ke dalam mobil dan tidak menghiraukan panggilannya yang terus memaksa Raina untuk berhenti berlari dan meninggalkan Kenzo. Tangisan yang menemani Raina saat perjalanan pulang, perasaan yang tidak karuan menghantuinya. Raina masih tidak percaya kalau Ken tega mengkhianatinya, semua yang Raina harapkan sudah menjadi kehancuran dalam kehidupannya, mengubah harapan manis dengan kenyataan yang amat pahit dalam hidupnya.
Setelah sampainya Raina di Rumah semua orang menanyakan apa yang membuatnya menangis.
"Nak kamu kenapa?" tanya Ayah.
"Kamu kenapa de?" tanya Abang.
"Kamu kenapa Rain? tanya Ibu.
Semua pertanyaan itu membuat Raina sangat terpukul dan menangis histeris, kemudian membuatnya tidak sadarkan diri. Ayah dan Abang langsung membawanya ke kamar, Ibu Raina sangat khawatir atas apa yang terjadi pada anaknya, Ibu Raina hanya menangis melihat anaknya terbaring lemas tak sadarkan diri.
"Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu nak?" tanya Ibu dengan menangis tersedu-sedu.
"Kalau terjadi apa-apa dengan Raina tidak akan aku biarkan Bu orang yang sudah membuat Raina seperti ini," ujar Abang penuh amarah.
"Bang jangan emosi dulu, kita tunggu Raina sadar dulu nanti kita tanyakan apa yang sebenarnya terjadi ya," ujar Ayah meredakan emosi Abang.
"Tapi Yah," ujar Abang menepis ucapan Ayah.
"Sudahlah Nak, benar kata Ayah. Kita jangan dulu emosi sebelum tau apa yang sebenarnya terjadi," ujar Ibu.
"Iya," ujar Abang.
Raina terbangun dari pingsannya dan menumbuhkan teka-teki, bahkan tanda tanya besar dari semua anggota keluarganya.
"Kamu sebenarnya kenapa Nak?" tanya Ibu sambil menangis karena tidak tega melihat keadaan anaknya.
"Ken Bu," ujar Raina dengan tangisan.
"Ken? Ada apa dengan dia?" tanya Ayah seketika terkejut Raina memanggil nama Ken.
"Iya kenapa sama laki-laki itu?" tanya Abang penuh amarah.
"Ken menikah dengan wanita lain," ujar Raina sambil menangis histeris.
"Apa? Kenapa bisa?" tanya Ayah semakin terkejut dengan apa yang Raina katakan.
"Benar-benar ya itu anak," ujar Abang sambil mengepal tangan dengan penuh amarah.
"Kenapa bisa gitu Rain?" tanya Ibu dengan lembut tanpa ingin menambah Raina tertekan.
"Aku gak tau Bu," ujar Raina yang tidak berhenti menangis histeris.
"Udahlah Bu, aku susul aja ya ke sana, harus dikasih pelajaran itu anak, bisa-bisanya nyakitin adik aku," ujar Abang dengan penuh amarah.
"Jangan Bang, percuma juga kok Abang ke sana," ujar Raina.
"Kenapa percuma?" tanya Abang dengan heran "Cukup ya kamu itu jangan terlalu bucin sama dia, kamu udah disakiti seperti ini apa yang kamu harapkan lagi Rain?" ujar Abang yang semakin emosi.
"Mereka udah menikah Bang, tadi juga aku dengar Kakek Ken bilang kalau Laras sedang hamil anak Ken," ujar Raina yang semakin histeris nangisnya.
"Apa? Kan Ken udah janji sama Ayah buat jagain kamu, tapi ini apa malah kami yang dia sakiti. Dari awal emang Ayah tidak yakin kamu punya hubungan sama anak orang kaya itu Rain," ujar Ayah terbawa emosi.
"Gila ya, mereka pikir orang seperti kita pantas disakiti, udah Yah aku kasih peringatan dia aja," ujar Abang.
"Assalamu'alaikum," ujar Aisyah masuk ke dalam Rumah yang keadaannya sedang tegang.
"Wa'alaikumsalam," ujar seisi rumah kompak menjawab salam Aisyah.
"Rain? Kamu kenapa?" tanta Aisyah terkejut melihat Raina menangis.
"Kak Aisyah," Raina memanggil Aisyah dan kembali menangis histeris.
"

Kenapa Rain?" tanya Aisyah penuh tanda tanya.
"Itu si Ken nikah sama wanita lain," ujar Abang menjawab pertanyaan Aisyah dengan nada emosi.
"Hah? Masa iya? Kok bisa?" tanya Aisyah terkejut mendengar jawaban Abang.
"Aku juga gak tau Kak, tadi Ken sempat ngejar aku tapi aku terus berlari dan meninggalkan Ken di sana," ujar Raina.
"Di sana dimana? Kamu lihat langsung pernikahan mereka?" tanya Aisyah dengan terkejut.
"Tadi pagi aku ke Rumah Sakit buat jemput Mamahnya Ken pulang dari Rumah Sakit, saat aku sama Mamah Ken tiba di Rumah Kakeknya ada pesta pernikahan yang sedang digelar di sana, saat aku sama Mamah Ken masuk ternyata yang menikah itu Ken sama Laras, terus Kakek bilang kalau Laras sedang mengandung anak Ken, setelah mendengar penjelasan itu aku langsung pergi dari sana, meskipun aku tau Ken mengejar tapi aku tetap pergi aja dari sana karena hati aku udah terlanjur sakit mendengar apa yang udah Kakek Ken ucapkan," ujar Raina.
"Tuh lihat Bu, Raina udah jagain Mamahnya, eh malah ditinggal nikah sama wanita lain, aku harus kasih pelajaran sama dia," ujar Abang yang semakin emosi mendengar ucapan Raina.
"Udah Ken, kamu ke sana juga gak akan mengubah keadaan, Ken akan tetap menjadi suami wanita dan kamu akan dipenuhi emosi saja," ujar Ibu menenangkan Abang.
"Tapi Bu," ujar Abang.
"Bang," ujar Aisyah menahan Abang.
Abang hanya menghela nafas setelah ditahan Ibu dan Aisyah.
"Tapi Rain, gimana kalau Laras itu tidak hamil, bisa jadi kan itu akal-akalan Kakeknya aja supaya Ken sama Laras menikah," ujar Ibu.
"Iya nah bisa jadi," ujar Aisyah mengiyakan ucapan Ibu.
"Iya benar ya, kok Abang gak kepikiran," ujar Abang.
"Iya makanya jangan dulu emosi," ujar Aisyah.
"Ah mau iya atau enggak juga Ken sama Laras udah nikah," ujar Raina dengan menunduk.
"Iya gak papa Rain, kamu ikhlasin Ken ya, masih banyak kok laki-laki yang lebih baik dari Ken, mungkin ini kalau Ken itu bukan laki-laki yang baik buat kamu. Yakinlah Nak, Allah sedang mempersiapkan laki-laki yang hebat untuk wanita yang seperti kamu," ujar Ibu menenangkan Raina.
"Iya Bu," ujar Raina sambil memeluk Ibu dan Aisyah.

Air Mata atau Bahagia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang