Bab 12

0 0 0
                                    

Malam hari, waktu dimana menunjukkan bahwa hari akan segera berganti. Raina kini merasakan kesepian karena malam hari semua orang sedang beristirahat di kamarnya masing-masing, tak ada lagi kekuatan yang menahan air matanya kembali keluar. Sunyi menunjukkan hari sudah waktu malam tiba, kini sunyi menggambarkan isi hatinya pula. Pikiran yang semakin tidak karuan saat Raina kembali membayangkan betapa hancur perasaannya tadi siang dan yang terlintas dipikirannya serta yang dikatakan isi hatinya ialah.

Kenzo, apa yang sebenarnya terjadi saat ini, kenapa aku menolak takdir kalau kamu itu sekarang sudah menjadi bagian hidup orang lain. Dimana kamu yang selalu menguatkan aku? Dimana kamu yang selalu meyakinkan aku? Aku sangat hancur Ken saat ini, tanda tanya besar sejak kamu tidak dapat dihubungi, aku masih saja menunggu dan berharap ada kabar darimu, menguatkan diri kalau kamu sedang sibuk. Terus sekarang, sekarang aku harus apa Ken? Apa aku masih harus menunggu dan berharap meskipun sekarang kamu sudah menjadi suami orang lain, bahkan sekarang kamu akan menjadi calon ayah. Ken? Apa aku salah menolak takdir ini? Atau aku harus terima takdir yang sangat menyakitkan ini? Aku gak tau lagi harus bagaimana Ken. Keputusan aku saat ini adalah mencari pekerjaan, mungkin untuk mengikhlaskan kamu saat ini lebih baik dan akan aku usahakan, tapi kalau untuk melihatmu bersama Laras itu akan mengulang kehancuran dalam hidupku, salah satu jalan keluarnya ialah keluar kerja. Iya, aku harus keluar kerja.

Ketika sedang melamun Raina tiba-tiba mendengar suara lagu yang kemungkinan tetangganya yang memutarnya, lirik dari lagu yang diputar yaitu berisi.

🎶🎶

Kalau harus ku mengingatmu lagi
Aku takkan sanggup dengan yang terjadi pada kita
Jika melupakanmu hal yang mudah
Ini takkan berat, takkan membuat hatiku lelah

Kalah, kuakui aku kalah
Cinta ini pahit dan tak harus memiliki

Jika aku bisa, ku akan kembali
Ku akan merubah takdir cinta yang kupilih
Meskipun tak mungkin, walaupun ku mau
Membawa kamu lewat mesin waktu

Jika melupakanmu hal yang mudah
Ini takkan berat, takkan membuat hatiku lelah
Panjang perjalanan yang harus kulalui
Merelakanmu

Jika aku bisa, ku akan kembali
Ku akan merubah takdir cinta yang kupilih
Meskipun tak mungkin, walaupun ku mau
Membawa kamu lewat mesin waktu, ho-uh-oh
Wo-uh-oh

Jika aku bisa, ku akan kembali
Ku akan merubah takdir cinta yang kupilih
Meskipun tak mungkin, walaupun ku mau
Membawa kamu, oh-oh

Jika aku bisa, ku akan kembali
Ku akan merubah takdir cinta yang kupilih
Meskipun tak mungkin, walaupun ku mau
Membawa kamu lewat mesin waktu

🎶🎶

Terdengar jelas isi lirik dari lagu yang tidak sengaja diputar oleh tetangganya sangat mencerminkan isi hatinya Rain, Entah kebetulan atau apa yang jelas jika seseorang sedang galau semua yang terjadi di sekitar kita ada kaitannya dengan apa yang terjadi pada kita. Setelah lagu yang diputar sudah habis, Raina kepikiran untuk mendownload lagu yang tidak sengaja ia dengar, tanpa tahu judulnya apa Raina hanya mengetik pada kolom pencarian berisi lirik lagu yang dia ingat pada lagu yang sudah selesai diputar tetangganya. Setelah berhasil mendapatkan lagu Raina memutarnya kembali sampai tertidur pulas.
Raina terbangun di pagi hari langsung bergegas siap-siap berangkat ke Kantor untuk mengajukan surat pengunduran diri. Raina sudah memikirkannya matang-matang tanpa harus berdiskusi terlebih dahulu dengan keluarganya. Raina keluar dari kamar dengan menggunakan pakaian rapi.
"Kamu mau kemana, Nak?" tanya Ibu seketika melihat anaknya sudah berpakaian rapi.
"Kamu jangan dulu kemana-mana Nak, Ayah masih khawatir dengan keadaan kanu," ujar Ayah.
"Aku mau mengundurkan diri dari Kantor," ujar Raina.
"Abang anterin aja ya," tawaran Abang yang khawatir adiknya kenapa-kenapa lagi.
"Gak papa Bang, Abang bantuin Ibu sama Ayah aja di sini," ujar Raina.
"Assalamu'alaikum," terdengar suara Dina berkunjung ke rumah.
"Waalaikumsalam," serentak Ayah, Ibu, Abang dan Raina menjawab salam.
"Rain mau kerja?" tanya Dina seketika melihat Riana sudah menggunakan pakaian rapi.
"Ah aku berangkat sama Dina aja, Din kamu bisa anterin aku kan?" tanya Riana mengajak Dina untuk mengantarnya ke Kantor.
"Boleh, ayo aku anterin aja, kamu mau kerja, kan?" tanya Dina.
"Dina belum tau tentang yang kemarin Rain?" tanya Ayah yang heran dengan kepolosan Dina yang tidak tahu kejadian kemarin, karena Dina termasuk orang yang tidak pernah terlewat informasi apalagi tentang Raina.
"Tentang apa Yah?" tanya Dina penasaran.
"Tumben Dina belum tau Rain, biasanya Dina orang pertama yang kamu kasih tau," ujar Ibu.
"Iya benar," ujar Abang.
"Ih ada apa sih ini? Rain, kok kamu gak kasih tau aku, biasanya kamu langsung kasih tau sebelum aku kepo seperti ini," ujar Dina yang semakin penasaran.
"Iya nanti aku ceritain di jalan, kamu bawa mobil kan?" tanya Raina sambil menarik Dina pergi, tidak pula untuk mencium tangan Ayah, Ibu, dan Abang.
"Tapi kamu mau kerja atau kemana ini?" tanya Dina masih penasaran.
"Nanti aku jelasin di jalan, bawel banget sih ini anak," ujar Raina yang terus menarik Dina untuk berangkat.
"Yaudah iya, aku sama Raina pamit dulu ya," ujar Dina sambil mencium tangan Ayah dan Ibu.
"Gak usah cium tangan Abang," ujar Raina seketika melihat Dina bercanda mengulurkan tangan untu cium tangan Abang.
"Tau aja kamu Rain," ujar Dina sambil tertawa.
"Jangan genit, kan udah ada si Arya," ujar Raina.
"Iya iya ih becanda," ujar Dina sambil berpamitan pergi bersama Raina.
"Assalamu'alaikum," ujar Raina dan Dina meninggalkan rumah.
"Wa'alaikumsalam," jawab Ayah, Ibu dan Abang dengan kompak.
"Kamu mau kerja Rain? Gak biasanya kamu ngajak aku berangkat kerja Rain," ujar Dina setelah keduanya masuk ke dalam mobil.
"Kamu gak mau nganterin aku Din?" tanya Raina.
"Bukan, cuman nanya aja, gak seperti biasa gitu kamu kerja ajak aku," ujar Dina sambil menyetir.
"Aku mau resign, Din," ujar Raina.
"Resign? Kok tiba-tiba gini, ada apa? Kamu gak bakal ketemu Ken lagi dong di Kantor," ujar Dina sambil bercanda.
"Ken udah nikah," ujar Raina dengan singkat.
"Apaaa?" ujar Dina seketika menghentikan mobil dengan menginjak rem sangking terkejut.
"Dina, gila ya kamu," ujar Raina.
"Sumpah kaget, ini beneran?" tanya Dina.
"Benet Din, kaget boleh tapi gak harus rem mendadak juga Dina, kamu yang kaget kita yang celaka," ujar Raina.
"Iya maaf maaf, serius Rain? Masa iya Ken ninggalin kamu?" ujar Dina dengan heran.
"Bener Din, jangankan kamu, aku juga masih gak percaya," ujar Raina.
"Coba deh Rain ceritain awalnya gimana, serius aku kaget banget," ujar Dina.
"Jadi gini Din, awalnya Ken gak bisa dihubungi, terus aku coba cari tau dengan menulis pesan..." ujar Raina menjelaskan apa yang terjadi kepada Dina.
"Ken sebenarnya kamu kemana sih? Gak biasanya kamu gaada kabar kaya gini, kalau ada apa-apa tolong ceritain, supaya aku gak khawatir kaya gini, Ken kamu hari ini akan ke Rumah Sakit, Kan? Mamah kamu berharap sangat kamu ke RS hari ini, tidak hanya Mamah kamu yang butuh kamu Ken, aku pun sangat membutuhkan kamu. Ken, aku mohon kalau kamu udah bisa buka pesan ini, aku sangat menunggu balasan kamu, aku benar-benar nunggu kamu kasih kabar, kalau memang kamu tidak bisa kasih kabar ke aku, minimal kamu tidak menghawatirkan Mamah kamu, aku bingung jawab kalau Mamah kamu tanya kami dimana, aku gak bisa jawab apa-apa Ken, jangankan untuk menjawab pertanyaan Mamah kamu, aku sendiri aja penuh dengan tanda tanya dimana kamu sebenarnya," pesan terkirim.
Sama seperti kemarin, Kenzo tidak lagi ada kabar, pesan yang sudah terkirim tidak Ken balas, padahal hari ini akan menjadi hari bahagianya, dimana Mamahnya sudah bisa kumpul bersamanya.
Tanpa menunggu Ken menjemput atau bahkan membalas, Raina bergegas pergi ke Rumah Sakit sendiri. Setelah sampainya Raina di Rumah Sakit yang pertama ditanyakan Tante adalah keberadaan dan kabar Kenzo.
"Rain, Ken masih belum bisa dihubungi?" tanya Tante.
"Iya Tan, jangankan membalas pesan tadi siang, pesan kemarin aja belum Ken balas," ujar Raina.
"Sesibuk apa sih dia sampai gak bisa dihubungi gitu," ujar Tante dengan nada sedikit kecewa.
"Iya Tan mau gimana lagi, nanti pulang aku anter aja Tan," ujar Raina sambil mengemas barang-barang.
"Iya Rain, makasih ya," ujar Tante.
"Iya Tan, eh nanti kita pulang kemana Tan? Mau cari kontrakan atau mau pulang ke rumah Tante?" tanya Raina.
"Kita pulang ke rumah Ayah Tante aja Rain," ujar Tante.
"Oke siap Tan," ujar Raina.
Tok... Tok... Tok...
"Permisi," ujar Perawat.
"Silahkan masuk," ujar Raina.
"Mbak, ini untuk surat kontrol seminggu sesusah pulang dari sini," ujar Perawat.
"Baik, terimakasih ya," ujar Tante.
"Kita udah bisa langsung pulang sekarang Sus?" tanya Raina.
"Boleh, nanti kami yang antar pakai mobil Rumah Sakit ya," ujar Perawat.
"Terimakasih ya Sus," ujar Raina.
"Iya sama-sama Mbak," ujar Perawat.

Air Mata atau Bahagia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang