Bab 14

0 0 0
                                    

Satu Tahun kemudian ...
Tidak terasa sudah satu tahun Raina kini menjalani aktivitas baru, tidak lagi serumah dengan Ibu kini Raina harus memaksakan bangun pagi tanpa harus mendengar teriakan Ibu terlebih dahulu. Satu tahun ke belakang banyak kehidupan baru yang sudah Raina jalani, hingga pada satu tahun itu Raina menjalankan hubungan dengan Direktur Utama, pengusaha muda yang lagi-lagi Raina memiliki hubungan dengan pemilik perusahaan. Kini bukan cucu dari pemilik perusahaan melainkan pacarnya itu pemilik perusahaan. Tidak disangka pengusaha sukses, muda, tampan dan dambaan banyak orang menaruh hatinya pada seorang Raina. Tanpa berpikir panjang Raina memiliki hubungan dengan Pak Niko direktur utama perusahaan. Pak Niko bukan menjadi pelampiasan, melainkan memang Raina berusaha membuka hati tanpa ada kata trauma meskipun ia sudah ditinggalkan menikah. Hubungan dengan Pak Niko tidak mulus begitu saja, banyak rintangan pasti, bahkan orang tua Rain dan Abang tidak menyetujuinya karena Pak Niko berbeda agama dengannya, tidak hanya itu Ibu dan Ayah khawatir jika Rain memiliki hubungan dengan orang kaya Raina akan mengulang rasa sakit yang pernah dia rasakan sebelumnya.
Raina sering berselisih tentang beda agama keduanya, bukan tidak mau keduanya sama-sama tidak mampu untuk meninggalkan agama yang sudah dianut sampai besar. Selisih itu tidak membuat keduanya berpisah, tapi lebih untuk menikmatinya dulu. Raina dan Niko bukan tidak mau melanjutkan ke jenjang tang lebih serius melainkan mereka terhalang restu jika mereka menikah berbeda agama, keluarga Raina akan merestui jika Niko berpindah agama, begitu pula sebaliknya keluarga Niko akan merestui jika Raina mengikuti agama yang dianut keluarga Niko, sama-sama kuat dan tidak mungkin untuk berpindah agama, mereka saling sayang tapi terhalang tembok besar untuk mengikat janji pernikahan.
Terlepas dari hubungan mereka yang masih diambang restu dan belum ada solusi, pada suatu hari dimana ada pergantian manager baru, saat itu akan ada kedatangan manager baru mengantikan manager lama.
"Rain, nanti kamu bawakan berkas ini ke manager baru setelah dia datang ya," ujar Pak Niko.
"Baik Pak, pukul berapa kira-kira manager baru akan datang?" tanya Raina.
"Nanti siang, sekarang ruangannya sedang disiapkan sama OB," ujar Pak Niko.
"Iya baik Pak," ujar Raina.
"Kamu kontrol terus ya, jangan sampai saat manager baru sudah datang tapi ruangannya belum siap," ujar Pak Niko.
"Siap Pak, akan saya usahakan pada saat manager baru datang ruangannya akan sudah siap," ujar Raina.
"Saya serahkan tugas ini sama kamu dan saya percaya kamu akan menyelesaikannya," ujar Pak Niko.
Raina melaksanakan perintah Pak Niko untuk selalu kontrol ruangan manager baru agar tidak ada satu pun yang terlewat untuk dibereskan.
"Pak, bagaimana sekarang sudah siap ruangannya?" tanya Raina kepada OB.
"Sudah Bu, semua sudah saya bereskan," ujar OB.
"Sip, terimakasih ya Pak," ujar Raina.
"Ibu bilang terimakasih segala, kan ini tugas saya Bu," ujar OB sambil bercanda.
"Iya gak papa kali Pak saya bilang terimakasih juga," ujar Raina.
"Iya Bu iya. Eh Bu kenapa ya managernya diganti?" tanya OB sedikit gosip.
"Bukan diganti Pak, karena manager yang lama itu akan pindah ke luar kota, jadi mau gak mau kita membutuhkan manager yang baru" ujar Raina.
"Oh gitu ya Bu, kira-kira manager kita yang baru galak gak ya bu," ujar OB dengan tertawa.
"Ah Bapak ini, udah ah Pak jangan ngegosip terus, nanti Pak Niko tiba-tiba ke sini kita dimarahi karena terus ngegosip," ujar Raina.
"Takut dimarahi karena Pak Niko cemburu Bu," ujar OB meledek Raina.
"Eh bilangin loh Pak ke Pak Niko ya," ujar Raina.
"Eh jangan Bu, saya masih butuh pekerjaan buat menghidupi anak istri saya," ujar OB sambil tertawa kecil.
"Yaudah karena tugas Bapak sudah selesai, Bapak boleh melanjutkan pekerjaan Bapak yang lain," ujar Raina.
"Siap Bu, saya tinggal dulu ya Bu," ujar OB sambil berjalan keluar ruangan.
"Eh Pak, nanti kalau manager baru udah datang tolong buatin minum ya," ujar Raina.
"Siap laksanakan Bu," ujar OB sambil meninggalkan ruangan.
Tok ... Tok ...
"Pak, nanti saja kalau manager barunya udah datang, baru juga keluar Bapa udah balik lagi aja," ujar Raina menjawab ketukan pintu.
"Permisi Bu, apakah ini ruangan saya?" suara laki-laki yang berdiri di depan pintu ruangan.
"Oh, manager baru ya," ujar Raina sambil menoleh ke arah pintu.
"Rain," sapaan Kenzo yang berada di depan pintu ruangan.
"Ken, ada keperluan apa kamu di sini? Jangan bilang manager baru itu kamu?" tanya Raina dengan terkejut karena yang Raina tunggu adalah Ken.
"Iya aku manager di sini Rain, ternyata kamu di sini Rain," ujar Kenzo.
"Iya, tapi kita pura-pura gak kenal aja ya," ujar Raina.
"Kenapa? Ada pacar kamu di sini?" tanya Kenzo.
"Aku gak mau keliatan akrab sama kamu, toh aku juga udah terlalu kaku jika harus saling sapa kaya dulu," ujar Raina.
"Oh baiklah," ujar Kenzo.
"Eh bro, gimana ruangannya? Suka gak?" tanya Pak Niko tampak akrab dengan Kenzo.
"Bagus, kayanya aku akan nyaman berada di sini," ujar Kenzo.
"Yaudah aku keluar dulu, mau ambil berkas yang sudah Pak Niko suruh untuk diberikan kepada manager baru," ujar Raina.
"Kalian gak kenalan dulu gitu," ujar Pak Niko.
"Gak usah, udah tau kok namanya," ujar Raina.
"Tau? Kalian udah saling kenal?" tanya Pak Niko.
"Enggak, kan tadi Bapak sudah menyebutkan namanya. Pak Ken, Kan?" ujar Raina.
"Oh iya, yaudah bawa berkas yang tadi ya," ujar Pak Niko.
"Baik Pak," ujar Raina.
"Cantik gak Ken?" ujar Pak Niko setelah Raina keluar ruangan.
"Cantik, naksir ya," ujar Kenzo.
"Siapa sih yang gak naksir sama dia Ken," ujar Pak Niko.
"Kamu naksir, apa kabar dengan dia?" tanya Kenzo.
"Ngeledek nih, dia pacar aku Ken," ujar Pak Niko.
"Serius?" tanya Kenzo.
"Gak percaya, tanya aja sendiri, tapi janji kamu jangan naksir ya," ujar Pak Niko.
"Tenang aja, masa iya aku tikung pacar temen aku aku sendiri. Udah lama Ko?" tanya Kenzo.
"Udah hampir satu tahun," ujar Pak Niko.
"Kenapa gak nikah aja?" tanya Kenzo.
"Maunya sih gitu, kamu tau kan kita beda iman," ujar Pak Niko.
"Oh iya," ujar Kenzo sambil mengangguk
"Yaudah aku tinggal dulu ya, nanti Raina ke sini kasih berkas kontrak kamu sebagai manager baru yang harus kamu tanda tangan," ujar Pak Niko.
"Oke, aku juga mau beresin barang-barang," ujar Kenzo.
"Mau dibantu sama OB gak? Nanti aku suruh OB ke ruangan kamu," ujar Pak Niko.
"Gak usah Ko, takut letaknya tidak sesuai sama tata letak aku," ujar Kenzo.
"Oh oke, aku tinggal dulu ya. Kalau ada apa-apa bilang ke Raina aja, nanti dia yang akan ngatur," ujar Pak Niko.
"Iya siap, Thanks ya Bro," ujar Kenzo
"Siap Bro," ujar Pak Niko sambil meninggalkan ruangan Kenzo.
"Permisi Pak, ini berkas yang harus Bapa tanda tangan," ujar Raina sambil mengetuk pintu dan membawa berkas.
"Iya, simpan saja di meja nanti saya tandatangani," ujar Kenzo.
"Baik Pak, saya permisi," ujar Raina sambil keluar pintu.
"Siap, terimakasih," ujar Kenzo.
"Iya sama-sam Pak," ujar Raina sambil meninggalkan ruangan.
Waktu sudah pukul 16.00 WIB menunjukkan waktu pulang kerja sudah tiba. Seperti Biasa Pak Niko direktur utama tidak pernah malu untuk menunggu salah satu karyawannya di depan pintu untuk ia antar pulang. Raina, iya siapa lagi kekasih Pak Niko. Raina segera membereskan tempat kerjanya dan bergegas menghampiri Pak Niko yang sudah menunggu.
"Ken, duluan ya," ujar Pak Niko.
"Siap Bro," ujar Kenzo sambil melambaikan tangan.
"Duluan ya Pak," ujar Raina sambil mengangguk.
"Pak, ada yang mau saya bicarakan," ujar Raina.
"Pak pak, ini diluar kantor," ujar Pak Niko.
"Eh iya lupa," ujar Raina.
"Apa yang mau kamu bicarakan?" tanya Kenzo.
"Abang aku sama Kak Aisyah satu bulan lagi akan menikah," ujar Raina.
"Bagus dong, jadi gimana?" tanya Pak Niko.
"Iya terus hubungan kita gimana?" tanya Raina.
"Rain, kan kita sering bahas ini, kamu tau kan jawabannya, aku gak mau ya kalau harus ribut soal ini," ujar Pak Niko.
"Tapi kan aku itu perempuan, butuh kepastian, apalagi umur kita yang mulai dewasa, Ayah juga bilang kalau misalnya kamu tidak akan membawa aku ke jenjang yang lebih serius lebih baik kita udahan, itu kata Ayah," ujar Raina.
"Terus kamu mau kita udahan? Kamu tau kan masalah sebenarnya itu apa? Apa ada solusi, kalau misalnya ad solusi kasih tau aku sekarang," ujar Pak Niko.
"Kamu jadi mualaf," ujar Raina.
"Enggak Rain, aku gak bisa kalau harus pindah iman," ujar Pak Niko.
"Terus gimana? Apa kita akan gini terus? Aku gak mau Nik, aku itu perempuan, harapan orang tua terhadap anak perempuannya itu berhasil dibawa sama laki-laki yang akan bertanggung jawab atas kehidupannya setelah dari Ayahnya," ujar Raina.
"Jadi mau kamu apa?" tanya Pak Niko.
"Kita udahan aja," ujar Raina.
"Kita udah sampai, silahkan keluar, jangan lupa istirahat dan makan, kalau besok kamu perlu aku jemput kirim pesan aja," ujar Pak Niko.
"Jangan marah," ujar Raina.
"Dulu aku menawarkan kamu jadi pacar aku tanpa paksaan, sekarang kalau memang kamu mau kita putus tidak akan aku paksa untuk bertahan atau aku paksa kamu untuk bertahan," ujar Pak Niko.
"Bukan gitu Nik, aku mau tau kalau aku bilang gitu kamu akan gimana," ujar Raina.
"Gak papa, kalau nanti kamu berubah pikiran dan mau kembali lagi sama aku, aku akan selalu ada buat kamu, pikirkan matang-matang dulu aja," ujar Pak Niko.
"Yaudah, makasih ya Nik," ujar Raina sambil keluar mobil dan meninggalkan Pak Niko masuk ke dalam Kos.
Telpon masuk dari Ayah, Ayah hanya menanyakan bagaiman hubungan Raina dan Niko itu sudah putus atau tidak, sebenarnya Raina tidak ingin durhaka kepada orang tuanya, tapi Raina juga tidak ingin jika harus putus dengan Niko, karena Raina tidak ingin lagi berpisah dengan hubungannya begitu saja, Raina tidak ingin meninggalkan Niko karena Raina merasakan bagaimana rasanya ditinggalkan, Raina juga tidak ingin tinggalkan karena Raina pernah merasakan betapa sakitnya ditinggalkan orang yang dia sayang.

***

Di pagi hari, saat Raina hendak melaksanakan shalat subuh, Raina mendapatkan banyak pesan dari Ayah dan Ibu, Raina juga mendapatkan panggilan tak terjawab dari Ayah dan Ibu. Perasaan Raina tidak enak saat melihat ponselnya begitu banyak panggilan dari Ayah dan Ibu, pesan dari Ayah salah satunya menyuruhnya pulang karena Abang sedang sakit. Membaca pesan itu Raina tidak memikirkan apa-apa kecuali pulang ke Bandung. Raina memberitahu Niko kalau hari ini ia tidak akan masuk kerja  dan memberitahu Niko bahwa ia akan pulang ke Bandung. Melihat pesan masuk dari Raina Niko bergegas ke kosan Raina untuk mengantarkannya ke Bandung. Raina terkejut melihat mobil Niko yang sudah terparkir di depan gerbang kos, setelah selesai bersiap-siap Raina bergegas ke depan kosan untuk menanyakan ada keperluan apa pagi-pagi Niko sudah ada di depan kos, padahal Raina sudah memberitahu kalau hari ini ia tidak akan masuk kerja.
"Kenapa kamu ada di sini Nik?" tanya Raina dengan heran.
"Gak boleh emang?" tanya Pak Niko.
"Bukan gak boleh, aku sekarang mau ke Bandung, Abang aku sakit, hari aku gak masuk kerja dulu," ujar Raina.
"Iya tau, yaudah masuk!" ujar Pak Niko memerintahkan Raina masuk mobil.
"Kan aku gak masuk kerja dulu," ujar Raina.
"Iya tau, cepat masuk!" ujar Pak Niko.
"Ih gimana sih?" tanya Raina dengan bingung.
"Aku mau anter kamu ke Bandung, boleh?" ujar Pak Niko.
"Lah jangan, kok gak bilang dulu," ujar Raina.
"Kalau bilang dulu pasti kamu jawab gak boleh. Ayo masuk aja aku juga mau ketemu sama keluarga kamu," ujar Pak Niko.
"Kamu tau keluarga aku gak setuju Nik, aku takut mereka marah," ujar Raina.
"Cepat masuk aja, kalau nanti gak boleh masuk rumah kamu aku tunggu di mobil aja," ujar Pak Niko.
"Dih ini anak, yaudah ayo!" ujar Raina.
"Benar, nanti aku tunggu di mobil?" tanya Pak Niko.
"Lihat nanti aja, sekarang kita berangkat aja dulu, aku udah gak sabar masu tau keadaan Abang," ujar Raina.
"Oke siap," ujar Pak Niko sambil mengendarai.
Tiba di Bandung Raina melihat banyak orang yang sedang berkumpul di Rumahnya, di sana juga terdapat bendera kuning, tanpa banyak tanya Raina bergegas masuk untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di rumahnya disusul dengan Pak Niko yang sama masuk ke dalam rumah.
"Assalamu'alaikum, Bu," ujar Raina sambil memanggil Ibu.
"Waalaikumsalam," serentak semua orang menjawab salam Raina.
"Ibu ada di sana Neng," ujar salah satu Ibu-ibu sambil menunjuk keberadaan Ibunya.
"Rain," panggilan Aisyah sambil menangis.
"Ada apa Kak ini? Kakak kenapa nangis?" tanya Raina penuh tanda tanya.
"Abang kamu Rain," ujar Aisyah terbata-bata.
"Kenapa Abang? Abang sakit Kak? Gimana keadaan Abang?" tanya Raina.
"Abang sudah meninggal Rain," ujar Aisyah sambil mengusap pundak Raina.
"Enggak, Kakak pasti bohong, Abang ini aku Bang, Abang gak kenapa-kenapa kan?" teriak Raina sambil mencari Abang.
"Nak, kamu harus tenang, Allah lebih sayang Abang, kita ikhlaskan saja ya," ujar Ibu sambil memeluk.
Tangis pecah Raina membuat Aisyah dan Ibu menenangkan, kehadiran Pak Niko tidak dihiraukan karena keadaan sedang genting. Sekejap Raina tidak sadarkan diri, ketika Raina sudah sadar Raina melihat Abangnya sudah dibungkus kain kafan.
"Abang," ujar Raina sambil menangis histeris.
"Sabar ya," ujar Aisyah menenangkan sambil menangis.
Setelah Raina sadarkan diri jenazah Abang segera dibawa ke mesjid untuk dishalatkan, setelah itu Abang di bumikan. Setelah semua selesai Raina beserta keluarga pulang ke rumah.
"Bu, sebenarnya Abang kenapa?" tanya Raina.
"Sebenarnya Abang mengidap penyakit jantung dan udah kronis Rain," ujar Ibu sambil menangis.
"Kenapa Ibu gak bilang sih, aku itu adiknya Abang Bu," ujar Raina sambil menangis.
"Abang yang titip Ibu untuk tidak memberi tau kamu Rain," ujar Ibu.
"Iya Rain, Abang tidak mau kalau kamu nanti kepikiran keadaan Abang," ujar Ayah.
"Kak Aisyah juga tau kalau Abang sakit?" tanya Raina.
"Kakak tau dua hari ke belakang saat Raka dirawat Rain," ujar Aisyah.
"Kenapa sih gak bilang Abang dirawat," ujar Raina.
"Takutnya kamu kepikiran Rain, tadinya memang hari ini Ibu nyuruh pulang karena Abang yang nyuruh Ibu buat hubungi kamu pulang," ujar Ibu.
"Abang ...," ujar Raina kembali nangis histeris.
"Udah Nak, kita ikhlaskan. Sekarang Abang gak akan sakit lagi, Abang sudah tenang di sana," ujar Ayah.
Dua bulan mendatang keluarga Raina sudah terbiasa ditinggalkan Abang pergi ke pangkuan Illahi, kini Abang akan menjadi sosok seorang anak, seorang Abang terkenang di hati keluarga. Sosok Abang yang selalu sigap menjaga adiknya kini sudah menjadi kenangan di hati Raina dan kini sosok Raka yang shaleh, selalu sigap membantu Ibu sama Ayahnya kini sudah menjadi kenangan. Tidak akan terlupakan meskipun Abang sudah tidak lagi bersama keluarga.

Air Mata atau Bahagia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang