Bab 10

0 0 0
                                    

Hari sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB, tidak ada pesan yang masuk ke ponsel Raina dari Kenzo untuk mengantarkannya ke Rumah Sakit.
"Ken, kemana ya sudah oukul segini belum datang atau mengirim pesan," ujar Raina dalam hati "Aku langsung berangkat sendiri aja, takutnya Tante nungu," sambungnya dalam hati.
Di sepanjang perjalanan yang Raina lihat adalah ponsel, berharap Kenzo mengirim pesan untuk membalas pesan. Raina berharap tidak ada sesuatu yang terjadi pada Ken.
"Ken, kenaoa kamu gak jemput aku? Kamu lagi sibuk, kenapa kamu gak ngabarin?" pesan yang terkirim ditatap oleh Raina dengan harpan dapat balasan.
Sesampainya di Rumah sakit Raina menceritakan menghilangnya Ken tanpa ada kabar kepada Tante.
"Tan, Ken kemana ya kok dia gak biasanya menghilang tanpa kabar gini," ujar Rain.
"Sejak kapan Ken mneghilang?" tanya Tante.
"Terakhir aku bareng Ken kemarin sore saat pulang dari sini," ujar Rain.
"Udah lama gak ada kabar dong kalau dari kemarin," ujar Tante.
"Iya Tan," ujar Raina penuh keresahan.
"Memangnya kamu gak coba hubungia dia Rain?" tanya Tante.
"Kemarin aku cuman nungguin Ken kirim pesan aja, takutnya kalau aku yang kirim pesan duluan takutnya Ken sedang sibuk," ujar Raina.
"Iya kayanya Ken sibuk Rain," ujar Tante.
"Iya Tan," ujar Raina.
"Kamu tenang aja, kayanya Ken bekum sempat ngabarin kamu, nanti juga dia akan menghubunhi kamu kalau dia sudah tidak sibuk," ujar Tante menenangkan.
"Iya Tan aku harap gitu," ujar Raina.
"Eh Rain, kamu ceritain apa yang Tante bilang kemarin?" tanya Tante.
"Oh iya aku udah cerita semuanya ke Ken, aku juga udah bilang kalau besok Ken harus ke sini," ujar Raina.
"Tapi kamu bekum tau Ken kalau besok Tante akan pulang kan?" tanya Tante.
"Gak dong Tan, kan kejutan," ujar Raina.
"Oke Rain, semoga aja ya Ken bisa dateng jemout Tante ya Rain. Tante mau orang yang akan membawa Tante dari sini adalah anak Tante sendiri," ujar Tante dengan penuh harap.
"Iya Tan semoga nanti Keknbisa dihubungi ya," ujar Rain.
"Iya Rain, tapi reaksi Ken gimana setelah mendengar cerita itu?" tanya Ken.
"Setelah aku cerita Ken bilang gini Tan," ujar Raina dan menceritakan obrolannya kemarin dengan Ken kepada Tante.
"Benar-benar ya Kakek, aku gak akan biarin Kakek terus memperlakukan Mamah seperti itu," ujar Ken.
"Jangan Ken, Mamah kamu berpesan untuk tidak mengadu hal ini ketika kamu tau yang sebenarnya," ujar Rain.
"Tapi kalau dibiarkan juga kasian Mamah pasti diperlakukan seperti itu oleh Kakek," ujar Ken.
"Tapi Ken, kalau kamu ngadu juga tetap kasian Mamah kamu nanti Mamah kamu juga yang akan lebih menderita," ujar Rain.
"Jadi kita harus gimana Rain? Membiarkan Kakek terus seenaknya ke Mamah," ujar Ken.
"Kita tahan dulu aja Ken, nanti kalau Mamah udah bisa keluar dari Rumah Sakit Kita bawa Mamah pergi ke tempat yang baru, jangan pulang lagi ke rumah Kakek," ujar Rain.
"Kenapa nanti? Kit bawa Mamah sekarang aja Rain," ujar Ken.
"Kalau kamu bawa Mamah sekarang kita belum cari rumah Ken, lagi pula kalau kamu pergi dari rumah Kakek kamu juga itu akan tidak disetujui dan kamu tidak akan punya uang untuk membeli rumah dan kehidupan nanti," ujar Rain.
"Jadi aku harus gimana?" tanya Ken.
"Kamu kerja dulu di perusahan Kakek kamu sampai kamu mendapatkan uang yang cukup untuk membeli uang dan untuk bekal saat mencari pekerjaan yang baru," ujar Rain.
"Kamu benar Rain, untuk rumah sebenarnya sudah ada tapi untuk bekal kaya gak akan cukup, apalagi mencari pekerjaan saat ini susah, makasih ya Rain selalu mendukung dan menjadi tempat curhat untuk Mamah," ujar Ken.
"Iya sama-sama Ken," ujar Rain "Nah gitu Tan jawaban Ken," sambung Rain.
"Nah kan kalau Tante dulu gak pura-pura pasti Ken akan lebih terpukul, Ken sama Kakeknya juga tidak akan baik-baik aja. Dulu Tante udah bingung Rain, kalau Ken tidak dibesarkan oleh Kakeknya sama siapa lagi, meskipun ujungnya nasib Ken sama seperti Mamahnya," ujar Tante.
"Tante jangan bicara seperti itu, Tante ibu yang hebat selalu mementingkan kebahagiaan anaknya walaoun harus mengirbankan kebahagiaannya," ujar Rain.
"Semua Ibi pasti sama seperti itu Rain, seorang ibu pasti akan mementingkan kebahagiaan anaknya," ujar Tante.
"Iya Tan," ujar Rain.
"Sekarang Kakek Ken masih bersikap seperti sama gak Rain? Atau sudah ada titik terang untuk merestui kalian?" tanya Tante.
"Oh iya kemarin Ken becerita tentang Kakek yang tiba-tiba menyuruhnya ke ruangan Kakek," unar Rain.
"Oh iya, apa katanya?" tanya Tante.
Rain langsung menceritakan obrolan Ken dengan Kakek.
"Rain, tadi di Kantor aku sedikit berselisih dengan Kakek," ujar Ken setelah menemui Raina di Rumah Sakit Jiwa.
"Kalian berselisih tentang apa?" tanya Raina.
"Jadi begini," ujar Kenzo memulai menceritakan percakapannya tadi dengan Kakek.
"Ken, kamu bisa ke ruangan Kakek sebentar?" ujar Kakek.
"Aku segera ke sana," ujar Kenzo dsn langsung melangkahkan kakinya menuju ruangan Kakek.
"Ada apa Kek?" tanya Ken setelah sampai di ruangan Kakek.
"Kakek mau kamu tinggalin si anak tukang ayam itu," ujar Kakek.
"Anak tukang ayam? Kakek tau darimana Raina anak dari tukang ayam?" tanya Ken dengan heran.
"Kamu gak usah tau Kakek tau darimana, yang jelas Kakek mau kamu tinggalkan dia," ujar Kakek.
"Kek, kenapa sih Kakek terus memaksa aku untuk tinggalkan dia? Apa Kakek tidak pernah merasakan jatuh cinta?" ujar Ken.
"Cinta? Semua orang akan memiliki cinta Ken. Kamu mau cinta yang seperti apa? Cukup kamu menikahi Laras pasti kamu akan mencintai dia dan dia pasti mencintai kamu," ujar Kakek.
"Memang benar semua orang mempunyai cinta, tapi tidak semua orang memiliki cinta yang tulus. Kakek pernah berpikir gak sih kalau aku menikahi Laras yang akan aku rasakan adalah keterpaksaan, semua itu tidak akan bahagia kalau harus dipaksakan. Kek, aku mohon sudah begitu jauh Kakek mengatur kehidupan aku yang dipaksa harus menjadi apa yang Kakek mau, kini aku udah dewasa tida ingin lagi Kakek ikut campur apalagi tentang perasaan aku. Aku mau bahagia dengan wanita pilihan aku Kek," ujar Kenzo.
"Bahagia? Kamu akan bahagia dengan Laras, setiap pernikahan akan menikmati kebahagian. Kakek dengan Nenek juga dulu meskipun dijodohkan tapi kami bahagia, kami hidup dengan penuh rasa cinta dan banyak harta, itu kan namanya hidup bahagia?" ujar Kakek.
"Oh, jadi ini alasan Kakek terus memaksa aku untuk menikahi Laras. Jadi Kakek mau apa yang Kakek rasakan selama ini dirasakan sama aku? Kek dalam hidup ini samua orang memiliki takdir yang berbeda, tidak semua orang dipaksa dan terbiasa. Kakek lihat Mamah, dia seperti itu karena dia memiliki cinta yang tulus sama Papah dan kepergian Papah mengubah kehidupannya menjadi sangat menderita, kalau Mamah bisa menerima keadaan pasti Mamah akan mencari kehidupan baru dengan lelaki lain, banyak laki-laki yang akan bisa menggantikan posisi Papah dalam hidup Mamah, tapi karena Papah adalah satu-satunya orang dalama kehidupan Mamah maka Mamah begitu terpukul setelah kepergian Papah. Jadi Kek, aku mohon jangan terus memaksa aku untuk mencintai wanita lain, karena tidak semua orang akan bisa menggantikan posisi pasangan yang kita pilih," ujar Ken.
"Ken, itu Mamah kamu aja yang lebay. Kita semua tau kalau kehidupan itu tidak akan abadi, mau kita memaksa pasnagan kita untuk hidup lagi itu mustahil terjadi. Kita memang harus memilih pasangan yang tulus dan mencinta kita, tapi asal kamu tau Ken semua itu tidak akan cukup untuk menjalankan suatu kehidupan yang baru, tidak cukup mengandalkan cinta dan ketulusan, semua orang pasti membutuhkan kehidupan yang layak," ujar Kakek.
"Kakek pikir kehidupan aku gak bakal layak kalau aku menikahi Riana? Kakek salah, kehidupan layak atau tidak itu tergantung kita melayakannya, kalau kita bekerja keras pasti kehidupan kota dengan siapapun pasti akan layak. Jadi, dalam kehidupan ini jangan hanya mengandalkan harta dulu, tetapi carilah yang tulus terlebih dahulu, soal harta banyak atau tidak tergantung kita yang mencarinya," ujar Kenzo dengan penuh kesal.
"Ken, kenapa sih kamu itu keras kepala. Kakek tau siapa yang terbaik untuk kamu. Kakek percaya Laras akan membahagiakan kamu," ujar Kakek.
"Kalau aku gak mau Kakek mau apa?" tanya Ken.
"Kakek tidak akan memberikan harta warisan Kakek sama kamu," ujar Kakek.
"Memang benar ya, yang Kakek pikirkan adalah harta. Kek apakah dulu Kakek juga diancam itu oleh orang tua Kakek yang menjadikan Kakek mau dijodohkan dengan wanita pilihan orang tua Kakek?" ujar Ken.
"Iya memang Kakek dulu terpaksa menikahi Nenek kamu, tapi karena Kakek tau pilihan orang tua Kakek adalah yang terbaik, jadi Kakek memilih untuk menikahi pilihan orang tua Kakek dan memang benar Kakek bahagia," ujar Kakek.
"Kakek juga awalnya terpaksa, kan? Tidak usah naif Kek, semua orang tidak akan pernah lapang dada meninggalkan wanita pilihan kita, Kakek percaya sama orang tua Kakek karena mereka memaksa Kakek dan mengancam Kakek mencabut hak warisan Kakek. Secara tidak langsung Kakek memilih untuk kehilangan pasangan yang Kakek pilih daripada kehilangan warisan Kakek. Kek, Kakek tidak memiliki cinta yang tulus, Kakek lebih memilih harta daripada pasangan Kakek. Apa Kakek tidak pernah berpikir betapa sakitnya wanita Kakek dulu setelah tau yang Kakek pilih itu bukan wanita tulus tapi harta dan Kakek memilih kehidupan yang terpaksa Kakek pilih ketimbang wanita yang menemani Kakek sebelum Kakek tidak tau apa itu harta," ujar Ken.

"Terus keputusan apa yang akan kamu ambil Ken?" tanya Raina setelah mendengar cerita Ken.
"Aku pasti memilih kamu Rain, aku lebih memilih hidup bahagia dengan orang yang aku cintai daripada harta yang belum tentu membuat aku bahagia," ujar Kenzo.
"Terus apa reaksi Kakek kamu?" tanya Ken.
"Tadi Kakek juga sempat mengancam aku dengan warisan dan dia bilang," ujar Kenzo yang kemudian mengulang kembali apa yang Kakek ucapkan.
"Sekeras apapun kamu menolak Kakek, tidak akan mengubah keputusan Kakek untuk menjodohkan kamu dengan Laras," ujar Kakek.
"Kalau aku gak mau apa yang akan Kakek lakukan?" tanya Ken.
"Kakek tidak akan kasih kamu warisan," ujar Kakek.
"Sudah aku duga. Ambilah Kek, ambil saja warisan yang sudah Kakek siapkan untuk aku, aku gak butuh warisan Kakek," ujar Kenzo.
"Jadi apa keputusan kamu?" tanya Kakek.
"Aku akan tetap memilih Raina daripada warisan dari Kakek.
"Oh berani ya kamu melawan Kakek. Sekarang kamu pergi dari ruangan Kakek!" ujar Kakek dengan penuh amarah.
"Ken, apa kamu yakin dengan keputusan kamu?" tanya Raina.
"Rain, aku sudah yakin dengan keputusan aku, kalau kamu adalah yang terbaik untuk aku. Aku mohon Rain tetaplah denganku, jangan sampai perkataan Kakek menjadi penghalangnya hubungan kita. Sekeras apapun Kakek memaksa aku akan tetap memilih kamu. Rain, mungkin saja Kakek tidak akan pernah lelah untuk menjodohkan aku dengan Laras, tapi aku juga tidak akan lelah untuk terus memperjuangkan hubungan kita. Rain, Kakek itu tidak memiliki hak penuh dalam merestui kita, kita cukup meminta restu orang tuamu, dan orang tua aku. Kamu tau sendiri orang tua kamu sudah memberikan restu dan begitu juga dengan Mamah. Kamu sudah berhasil memulihkan Mamah dan aku juga yakin kamu akan tulus mencintai aku dan juga Mamah kelaknya. Aku mohon sama kamu Rain jangan pernah kamu pergi, aku butuh kamu untuk memperjuangkan ini semua, kita berjuang sama-sama ya. Kita jangan kalah dengan Laras yang memiliki harta yang berlimpah," ujar Ken.
"Iya Ken, semua yang kamu katakan itu benar, tetapi aku takut suatu saat nanti apa yang kamu bilang dan apa yang kita perjuangkan tidak membuahkan hasil apa-apa, kamu tetap terpaksa menikahi Laras dan meninggalkan aku," ujar Raina.
"Enggak Rain, maka dari itu aku butuh bantuan kamu untuk menguatkan aku, bantu menguatkan ya Rain, kita sama-sama berjuang. Kita hanya bisa berencana, tetapi Allah punya segalanya. Jadi, kita maksimalkan saja perjuangan kita, keputusan apapun yang Allah berikan itu adalah yang terbaik untuk kita," ujar Kenzo.
"Iya," ujar Raina.
"Nah gitu Tan ceritanya," ujar Raina.
"Kisah kalian sama banget kaya Tante, tugas kalian saling menguatkan saja Rain, tidak bisa hanya salah satu dari kalian yang berjuang, semangat ya. Mamah yakin kalian berdua akan mendapatkan kebahagian yang sesungguhnya," ujar Kenzo.
"Iya Tan, makasih ya Tante sering menguatkan kita, makasih juga udah menjadi penyemabgat kita untuk terus berjuan," ujar Rain.
"Iya sama-sama Rain," ujar Tante.
"Besok aku ke sini seperti biasa ya Tan, kalau Ken udah bisa dihubungi nanti akua bareng ke sini sama Ken," ujar Raina.
"Iya Rain, kalau Ken masih gak bisa dihubungi kamu ke sini aja ya, Tante butuh bantuan untuk persiapan pulang," ujar Tante.
"Siap Tan," ujar Raina.
"Yaudah kalau gitu kamu pulang dulu aja, beosk kamu ke sini lahi, lagi pula ini sudah sore," ujar Tante.
"Iya, aku pamit dulu ya Tan," ujar Raina sambil mencium tangan Tante.

Air Mata atau Bahagia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang