Bab 15

0 0 0
                                    

Ponsel berbunyi notif panggilan masuk dari Ayah.
"Assalamu'alaikum,Yah?" ujar Raina saat mengangkat telpon
"Wa'alaikumsalam Rain, apa kamu masih memiliki hubungan dengan Niko?" tanya Ayah.
"Iya Yah, aku gak mungkin tinggalin Niko Yah, karena aku pernah ngerasain gimana ditinggalkan sama orang yang kita sayang," ujar Raina.
"Kalau Niko sudah menjadi mualaf Ayah tidak akan melarang kamu berhubungan dengan Niko," ujar Ayah.
"Tapi Yah itu tidak mungkin," ujar Raina.
"Kalau memang sudah tidak akan bisa untuk apa dipaksakan Raina, kalian tidak akan pernah bersama kalau salah satu dari kalian tidak mau mengalah," ujar Ayah.
"Tapi Yah, izinkan aku menikmati dulu kebersamaan dengan Niko, kalau memang ujungnya kita tidak akan bersama kita akan saling mengikhlaskan," ujar Raina.
"Kenapa harus nanti? Sekarang aja, kalau nanti pasti rasa diantara kalian akan semakin besar, pasti kalian akan berat untuk saling melupakan Rain," ujar Ayah.
"Tapi Yah," ujar Raina terpotong.
"Kalau memang kamu tidak akan putus hari ini Ayah akan jodohkan kamu Rain," ujar Ayah.
"Kok dijodohin? Ayah sebelumnya gak pernah ya bilang jodoh," ujar Raina.
"Iya memang dulu Ayah tidak pernah ada niat untuk menjodohkan kamu, tapi sekarang sejak kamu berhubungan dengan beda agama tidak akan Ayah biarkan begitu saja, kamu itu masih tanggung jawab Ayah, kalau anak Ayah terjerumus ke hal yang salah Ayah akan dosa," ujar Ayah.
"Iya tapi jangan dijodohkan juga dong Yah, masa iya aku dijodohkan kaya perempuan yang gak laku aja," ujar Raina.
"Ayah itu ingin menggendong cucu Rain, Ayah sudah berharap menggendong cucu dari Abang kamu, tapi sekarang Abang kamu sudah tidak ada yang Ayah harapkan menggendong cucu dari kamu," ujar Ayah.
"Yaudah Yah telponnya udah dulu ya," ujar Raina.
"Iya kamu pikir-pikir dulu ya, Ayah gak main-main loh sama perjodohan itu, Ayah punya kenalan pasti dia akan bertanggung jawab sama kamu," ujar Ayah.
"Aduh Yah," ujar Raina.
"Udah pikir-pikir dulu aja," ujar Ayah.
"Yaudah aku tutup ya telponnya. Assalamu'alaikum," ujar Raina.
"Iya, wa'alaikumsalam," ujar Ayah sambil menutup telpon.
"Siapa yang telpon Rain?" tanya Pak Niko yang tiba-tiba mengagetkan Raina.
"Ih kamu sejak kapan ada di sini?" tanya Raina balik.
"Dari tadi pagi," ujar Pak Niko.
"Eh maksudnya kamu di belakang aku sejak kapan?" tanya Raina.
"Oh, aku dengar semua kok," ujar Pak Niko.
"Eh sini dulu deh," ujar Raina sambil menarik Pak Niko untuk berbicara.
"Ada apa? Kamu mau dijodohin ya?" tanya Pak Niko.
"Kamu jangan salah paham dulu Ken," ujar Raina.
"Kamu gak perlu jelasin, aku juga mau kasih ini ke kamu," ujar Pak Niko sambil memberikan surat undangan pernikahan ke Raina.
"Ini apa?" tanya Raina.
"Ternyata memang kita gak akan bisa bersama Rain. Benar kata Ayah kamu kalau salah satu diantara kita tidak ada yang mengalah pasti tidak akan ada jalan keluar. Surat undangan ini bukan pertanda aku tidak lagi sayang kamu Rain, melainkan aku mengalah agar kamu bisa mencari kehidupan kamu yang sebenarnya," ujar Pak Niko.
"Tapi aku mau dijodohin loh Nik," ujar Pak Niko.
"Iya terima aja kalau emang orang itu seiman sama kamu," ujar Pak Niko.
"Kok kamu gampang sih kamu ngomong  gitu," ujar Raina.
"Aku sudah mengambil keputusan untuk menikahi orang yang ada di undangan ini, jadi biarkan aku untuk bertanggung jawab atas keputusan aku," ujar Pak Niko.
"Kamu gak pernah loh ngomong tentang pernikahan untuk hubungan kita, tapu segampang itu kamu bilang tanggung jawab, mana tanggung jawab kamu terkait hati aku Nik? Aku kasih loh cinta yang tulus buat kamu, apa ini tanggung jawab seorang laki-laki yang sebenarnya hah? Memberikan harapan dan menikahi wanita lain," ujar Raina.
"Bukan gitu Rain, kalau saja kamu mau pindah agama pasti akan aku nikahi kamu, tapi itu hal yang tidak mungkin, kita sama-sama tidak ingin mengalah untuk itu, jadi silahkan menikahlah dengan orang yang seiman dengan kita, mungkin itu cara mengalah kita satu sama lain," ujar Pak Niko.
"Oke, aku pamit ya," ujar Raina meninggalkan Pak Niko.
"Jangan lupa datang ya!" ujar Pak Niko saat Raina pergi.
"Ayah, perjodohannya akan dilaksanakan kapan?" tanya Rain mengirim pesan setelah ia meninggalkan Pak Niko.
"Kamu pulang aja dulu ke Bandung nanti Ayah sama Ibu siapkan makan malam untuk menjamu calon imam kamu," pesan masuk dari Ayah.
Raina bergegas pulang ke Bandung untuk menerima perjodohan, Pikirnya mungkin jika menerima pilihan orang tuanya dia tidak akan lagi ditinggalkan nikah. Raina merasa orang yang dia pilih selalu salah karena selalu meninggalkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Air Mata atau Bahagia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang