Kivandra menjadi sangat sibuk, setelah sembuh dari luka ia segera menyusun jadwal lain untuk masuk pesta. Tak ada lagi suasana pengangguran dalam kamar.
Banyak yang berubah setelah pesta pertama terjadi. Kamar Kivandra pindah di kamar utama yang jauh lebih luas. Lalu Pangeran Ethan tak lagi bersikap penuh emosi jika berhadapan dengan Kivandra, walau sikapnya masih dingin.
"terima kasih atas kerja samanya, Nona Kivandra." seorang pria muda tersenyum sembari membenarkan posisi kacamatanya.
Deren, asisten terdekat Kaisar, pemuda tampan dengan rambut gondrong berwarna ungu mentah. Memang, warna rambutnya sangat aneh, Kivandra penasaran tetapi tak berani bertanya.
Ia telah menyelesaikan diskusi tentang jadwal-jadwal pesta untuk ke depan bersama si asisten. Kivandra mengangguk sembari membersihkan gaunnya lalu berpamit pergi keluar kantor. Kini ia memiliki waktu luang. Kaisar memberinya hak bebas untuk berkeliling Istana selain Istana utama.
Langkah Kivandra melantun sepanjang jalan hingga berakhir di taman luas. Taman indah dengan bunga warna-warni yang tertanam subur. Tatapannya menjadi penuh kilauan bersemangat. Setelah memasuki Istana, ia tak lagi pernah mengurus tentang bunga. Kivandra melangkah mendekati banyak bunga tertanam.
"...." Langkahnya berhenti. "Indahnya."
Sekarang Kivandra menjadi sadar seberapa lama ia sudah meninggalkan toko bunganya. Walau pangeran Usha berjanji akan mengutus orang untuk menjaga tokonya, ia masih sangat khawatir.
"Bagaimana keadaan kalian di sana, ya?" tanya gadis itu sambil berjongkok menatap para bunga yang bergerak-gerak mengikuti arus angin.
"Siapa kau?"
Tiba-tiba, dari belakang ada seorang pria bertubuh kekar menyeramkan. Kivandra, yang sudah menoleh, menjadi takut. Pria itu memakai pakaian sederhana bersama celemek yang kotor penuh tanah. Tubuhnya sangat besar, tinggi, dan wajahnya juga berkumis tebal. Di tangan kanannya ada sebuah cangkul menyeramkan.
Kivandra menelan ludahnya, ia tak bisa mundur karena ada para bunga di belakang. Gadis itu menatap si pria dengan wajah ketakutan. "Preman."
"Apa?" Pria kekar itu tampak terkejut. "Di mana?!"
"Hah?"
Mereka diam beberapa saat, Kivandra menghembuskan napasnya mencoba tenang. "Maaf, paman, anda ... siapa?"
"Saya? Saya tukang kebun Istana, nama saya Gonju." ucap si tukang kebun.
"Ah," Kivandra mengangguk dan tertawa. "Maaf karena saya sudah tidak sopan, Paman Gonju. Nama saya Kivandra, saya-"
Paman Gonju menyelat perkataannya, "Oh! Apakah anda nona pengganti sang putri?"
"Benar, Paman."
"Tak disangka anda begitu mirip dengan yang mulia putri."
"Sebuah kehormatan mendengarnya." Kivandra tersenyum. "Saya sangat tertarik dengan bunga."
"Benarkah?" Paman Gonju menjadi bersemangat. "Saya memang sudah mendengar bahwa nona pengganti adalah pemilik toko bunga!"
"Itu benar, Paman. Bunga-bunga di sini sangat sehat dan indah, saya begitu terpukau. Sungguh."
"Hoo, anda memang sangat menyukai bunga, ya. Apakah anda ingin membawa beberapa bunga untuk hiasan kamar?"
"Bolehkah?"
"Tentu, kenapa tidak."
Kivandra tersenyum lebar. "Bougenville."
Paman Gonju ikut tersenyum. "Mari, akan saya tunjukkan di mana tempat bunga Bougenville."
"Baik, Paman!"
Kivandra membuntuti Paman Gonju yang berjalan duluan. Mereka berjalan menikmati kebun yang ternyata sangat luas, di setiap sudut tidak ada bunga layu.
"Kebun seluas ini, dan paman Gonju merawatnya seorang diri?" tanya Kivandra sambil terus berjalan.
Paman Gonju tertawa. "Iya, Nona. Haha! Kunci agar kita bisa menikmati pekerjaan adalah mencintainya terlebih dahulu. Saya juga sangat menyukai bunga, jadi saya menikmati pekerjaan ini."
Kivandra kembali teringat suasana toko bunganya yang santai, ia begitu bahagia walau hidup seorang diri saja.
Rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Surrogate
FantasyPutus asa sporadis merapah, saat itu kereta berkilau datang menghampiri toko bunga Kivandra. Sang Pangeran mengajak Kivandra, yang tampak lelah, untuk menjadi keluarga kekaisaran. Kivandra seorang gadis miskin yang menjual bunga di pinggir jalanan...