Axel segera masuk ke dalam kamarnya. Suasananya masih sama, tidak ada yang berubah. Dingin, kosong dan sepi, seperti itulah keadaan rumah axel, setelah di tinggalkan kedua orang tuanya.
Saat axel masih duduk di bangku sd orang tuanya sudah berhubungan tidak baik. Bahkan axel merasa seperti beban di keluarganya.
"Ma, pah, ada acara pertemuan orang tua siswa, siapa yang mau dateng?"
"Axel, kamu itu sudah besar, kamu bisa kan mengurus itu sendiri, liat papa dan mamamu ini sedang sibuk bekerja untuk apa? Untuk membiayai kamu bersekolah" ucap papanya.
"Lagi pula pasti bukan acara penting, papah akan mengurus proyek baru, sementara mamamu juga harus bekerja, bilang saja sama gurumu kalo kita tidak bisa dateng" imbuh mamanya.
Axel hanya termenung mendengar jawaban orang tuanya.
"Selalu pak damar yang menjadi wali axel"
Dan itu berlanjut ketika axel berada di bangku smp, masih pak damar yang menjadi wali siswa untuk axel.
Sampai pada malam itu, rasanya tidak perlu untuk diingat lagi, tapi ini harus kalian tau. Di meja makan itu suasananya sangat berbeda, tak ada suara sapaan satu sama lain, hanya dentingan sendok yang terbentur dengar piring.
"Apa kalian masih tidak mau hadir di acara sekolah?"
"Papa sibuk! Berapa usiamu? Harusnya kamu bisa menangani hal sepele seperti itu"
"Sayang, bilang saja kita tidak bisa datang"
"Sampai sekarang? Kapan kalian datang ke acara sekolah? Bahkan sampai axel sebesar ini masih pak damar yang menjadi wali siswa axel"
Axel menghela nafas lalu menaruh garpu dan sendoknya.
"Axel cuma mau kalian sedikit memperhatikan axel, hanya sedikit nggak lebih, tapi yang dipikirkan kalian berdua hanyalah pekerjaan"
Plakk.
Satu tamparan mendarat tepat di pipi axel, membuatnya merah dan sedikit perih.
"Dasar anak tidak tau diuntung"
Axel tersungkur di lantai, menerima kekerasan dari papanya. Sementara mamanya, rengganis yang melihat langsung menghentikan wijaya.
"Sayang sudah, sudah, kasian axel"
"SEORANG PRIA TIDAK BOLEH LEMAH, AXEL BERDIRI!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AXEL || ON GOING
Ficção Adolescente"Selain lo dingin irit bicara dan nggak suka ngomong ternyata lo gila juga ya? Otak pinter tapi mulut lo nggak bisa nganga" "Terus kenapa? Lagian gue manusia bukan mesin kata, mulut gue terlalu berharga buat ngeluarin satu patah kata" Seseorang deng...