Matahari hampir kembali ke tempat peraduannya. Sinarnya yang berwarna merah jingga, menciptakan bayangan-bayangan panjang ketika saat lima orang prajurit bersenjata lengkap dan seorang laki-laki tegap berpakaian perwira, menghentikan laju kuda masing-masing di sekitar Lembah Bukit Setan. Dari lambang kerajaan yang dibawa, jelas kalau mereka berasal dari Kerajaan Lima Laras. Lantas, apa yang mereka lakukan di sini?
"Kita hampir sampai, Tuan Perwira Jaranta. Sebaiknya kita nyalakan obor!" cetus seorang prajurit, pelan.
"Nyala api hanya akan mengundang perhatian tamu-tamu tidak diundang, Prajurit. Lagi pula, malam ini mustahil kita bisa mencari bunga itu. Mungkin besok pagi jika tidak ada halangan kita bisa mendapatkannya!" sahut Perwira Kerajaan Lima Laras yang dipanggil Perwira Jaranta.
Perwira berwajah kokoh dengan kumis lebat itu kemudian mengawasi keadaan di sekelilingnya dengan teliti. Bukit Setan memang terasa sangat sepi. Terlebih-lebih pada malam hari seperti sekarang ini.
"Kita dirikan saja tenda darurat dulu!" perintah Perwira Jaranta dengan suara penuh wibawa.
"Tetapi, bagaimana dengan Gusti Prabu yang tengah menderita sakit, Tuan Perwira?" tanya prajurit yang bertubuh kurus.
"Prajurit! Kau jangan banyak membantah! Siapa pun merasa prihatin melihat Gusti Prabu Sida Brata, Tapi, tidak mungkin kita mencari Bunga Arum Dalu malam ini!" sergah Perwira Jaranta, tandas.
Kelima prajurit Kerajaan Lima Laras itu sadar, Perwira Jaranta tidak suka dibantah. Apalagi, mengingat akhir-akhir ini tugasnya begitu banyak dan menyita perhatian. Sehingga tak heran kalau laki-laki berusia sekitar tiga puluh lima tahun itu kurang istirahat. Tanpa berani bicara apa-apa lagi, kelima prajurit itu segera mendirikan tenda.
"Auuung...!"
Belum selesai mereka memasang tenda, di kejauhan tiba-tiba saja terdengar lolongan serigala. Mula-mula hanya satu dua yang terdengar. Namun semakin lama bertambah ramai dan saling bersahut-sahutan. Bahkan makin lama makin terasa dekat saja, ke arah para prajurit itu. Para prajurit tampak saling berpandang-pandangan. Kemudian....
"Lihat! Serigala-serigala itu menuju kemari!" teriak salah seorang prajurit dengan suara bergetar bernada ketakutan.
"Diam! Seorang prajurit sejati tidak pengecut sepertimu!" dengus Perwira Jaranta marah. "Kau hanya menakut-nakuti kawan sendiri. Jika takut dengan kawanan serigala, sebaiknya berhenti menjadi prajurit!"
Walaupun prajurit itu sadar kalau atasannya sedang marah, tetapi tidak bisa menutupi rasa takut yang dirasakannya.
"Perwira! Tapi..!"
Plak! Plakkk!
"Auukh...!"
Kata-kata prajurit itu terpenggal oleh keluh kesakitan saat Perwira Jaranta menampar wajahnya. Kepalanya langsung tersentak ke samping. Dari sudut bibirnya tampak darah menetes.
"Pengecut sialan! Chuhhh...!" maki Perwira Jaranta sambil meludah.
Baru saja perwira itu berbalik, serigala-serigala yang ditakutkan telah mengelilingi tenda dalam jumlah yang sangat banyak. Berpasang-pasang mata mereka yang kemerah-merahan, terus memandangi para prajurit dan perwira itu.
"Bentuk pertahanan!" perintah Perwira Jaranta tegas.
Kelima prajurit Kerajaan Lima Laras segera membentuk pertahanan saling memunggungi.
"Auuung..!"
Terdengar lolongan panjang mendirikan bulu roma. Sekejap kemudian, tampak sebuah bayangan hitam berkelebat, lalu berhenti diantara serigala-serigala buas itu. Perwira Jaranta segera memperhatikan kehadiran sosok yang hanya memakai cawat dan penutup dada di tengah-tengah serigala-serigala itu. Ternyata dia adalah seorang gadis berwajah tidak begitu cantik. Rambut panjang tidak terurus. Sekujur tubuhnya kotor dengan kuku-kuku panjang berwarna hitam. Tatapan matanya liar, dengan bibir meneteskan darah.
"Bagaimana gadis ini bisa hidup di tengah-tengah kawanan binatang?" pikir Perwira Jaranta heran.
"Perwira, lihatlah!" seru salah seorang prajurit. Suaranya bergetar.
"Aku sudah melihatnya!" sahut Perwira Jaranta.
"Auuung...!"
Tiba-tiba saja, gadis itu melolong panjang. Suara lolongannya mirip dengan lolongan serigala. Bahkan makhluk-makhluk buas sekelilingnya kemudian menyahuti dengan lolongan saiing susul. Belum habis gema lolongan mereka, tanpa diduga makhluk-makhluk buas itu menyerbu para prajurit dengan buas.
Lima prajurit yang telah siap siaga dengan senjata lengkap tidak tinggal diam. Mereka segera menyambut serangan kawanan serigala dengan kibasan pedang maupun tusukan tombak di tangan. Maka hanya dalam waktu singkat terjadi perkelahian sengit antara para prajurit melawan kawanan serigala.
Beberapa ekor serigala berhasil dibunuh. Namun begitu melihat kawan-kawannya mati, serigala-serigala yang lain langsung menggantikannya. Tampaknya kawanan makhluk buas yang sangat besar jumlahnya ini semakin bertambah marah.
Sementara itu gadis yang menyertai kawanan serigala berteriak keras dengan suara khas seperti serigala. Bahkan kemudian ikut menyerang bersama serigala-serigala itu.
Menghadapi kawanan serigala yang sangat besar jumlahnya, Perwira Jaranta dan kelima bawahannya sudah kewalahan. Apalagi gadis liar itu kini ikut ambil bagian!
"Hiyaaa...!"
Perwira Kerajaan Lima Laras berteriak keras. Tiba-tiba saja tubuhnya melesat ke udara. Dan ketika meluncur deras ke bawah, pedang di tangannya langsung dikibaskan.
"Haiiit...!"
Lincah sekali gadis serigala itu melompat ke samping menghindar. Lalu tubuhnya meluruk dengan jemari tangan yang berkuku panjang bergerak cepat.
Seet! Creeess!
"Auukh...!"
Perwira Jaranta kontan menjerit keras ketika tubuhnya terkena sambaran kuku-kuku gadis serigala itu. Darah segera mengucur dari lukanya. Sementara gadis liar itu tampak berbinar matanya, melihat tetesan darah lawan. Bahkan tenggorokannya turun naik pertanda begitu berhasrat dengan darah perwira ini.
Sementara itu, kelima prajurit sedikitnya telah berhasil membunuh sepuluh ekor serigala. Namun kawanan serigala yang jumlahnya mencapai ratusan ekor tampaknya menjadi semakin ganas melihat kematian kawan-kawannya. Mereka mengamuk secara membabi-buta. Akibatnya walaupun rata-rata memiliki tingkat kepandaian lumayan, lima prajurit itu tampak mulai terdesak. Bahkan....
Crabbb!
"Akh..., kakiku...! Aaakh...!"
Salah seorang prajurit bersenjata tombak kakinya tergigit oleh salah satu serigala. Prajurit malang itu menjerit kesakitan. Tubuhnya terbanting ke tanah. Dan hanya dalam waktu singkat, dia telah tewas dicabik-cabik kawanan serigala.
"Aaakh...!"
Keempat orang prajurit sisanya juga tidak dapat bertahan lama. Satu demi satu mereka tergelimpang roboh disertai jeritan menyayat. Begitu menyentuh tanah, tubuh mereka langsung disambut terkaman serigala-serigala yang langsung mencabik-cabik!
Nasib buruk yang menimpa para prajurit, tentu tidak lepas dari perhatian Perwira Jaranta. Namun, dia sendiri tidak dapat berbuat banyak untuk menolong anak buahnya. Apalagi saat ini sedang menghadapi serangan gadis liar yang ternyata sangat tangguh.
"Gadis liar! Kau harus bayar nyawa anak buahku!" dengus Perwira Jaranta geram.
Kemudian laki-laki bertubuh kekar itu melompat mundur. Sementara kawanan serigala telah mengepung dengan jarak cukup dekat.
"Hiyaaa...!"
Sambil berteriak keras menggelegar, tiba-tiba Perwira Jaranta memutar pedang di tangannya. Senjata itu tampak meliuk-liuk, seakan telah berubah menjadi banyak disertai suara menderu-deru tajam. Dan hanya dalam waktu sekejap, tubuhnya telah melesat ke depan. Pedang di tangannya meluncur mengancam dada gadis serigala.
Sambil mendengus-dengus tidak jelas, gadis yang hanya memakai cawat dari kulit kayu dan penutup dada seadanya ini menundukkan kepalanya. Sehingga serangan Perwira Jaranta hanya mengenai tempat kosong. Dan secara menakjubkan, tubuhnya berputar sambil mengibaskan kedua tangannya yang berkuku hitam panjang dan runcing.
Perwira itu jadi terkesiap. Sama sekali tidak disangka kalau gadis itu mampu melakukan gerakan yang sangat sulit. Tanpa dapat dihindari lagi....
Cras! Cras!
"Aaakh...!"
Terdengar jeritan tertahan saat perut Perwira Jaranta tersambar kuku-kuku gadis itu hingga robek mengeluarkan darah. Tubuhnya kontan terpelanting. Celakanya begitu tubuhnya menyentuh tanah, kawanan serigala yang telah mengepung langsung menerkamnya. Perwira Jaranta berusaha membebaskan diri dari amukan binatang-binatang buas dengan meronta-ronta. Tapi, tetap saja dia tidak berdaya.
"Aaagkh...!"
Jeritan Perwira Jaranta akhirnya lenyap ketika tenggorokannya tercabik-cabik taring serigala buas.
"Huuung...!"
Gadis itu berteriak aneh seperti memberi perintah. Maka kawanan serigala itu seakan mengerti. Mereka langsung bergerak mundur, dan menguik lemah. Di depan gadis ini, mereka tidak seliar dan seberingas ketika menghadapi lawan-lawannya tadi. Malah diantara mereka ada yang merebahkan diri, seakan menunggu perintah selanjutnya.
"Jantung laki-laki adalah makanan kesukaanku sejak dulu! Kalian boleh memakan mayat-mayat ini, bila aku telah mengambil jantung mereka! Hihihi...!" desis gadis itu dengan suara sember, mendirikan bulu kuduk.
Gadis berambut riap-riapan yang ternyata dapat berbicara ini kemudian menghampiri mayat Perwira Jaranta. Baju perwira itu dicabik-cabiknya, dan kuku-kukunya langsung menghujam dada.
Jrosss! Breeet!
Mengerikan sekali nasib Perwira Jaranta. Jantungnya tiba-tiba ditarik keluar oleh gadis pemimpin kawanan serigala ini. Dengan rakus gadis itu memakan jantung yang masih dilumuri darah. Enak sekali dia mengunyah tanpa rasa risih sedikit pun. Perbuatan yang sama pun dilakukan terhadap lima prajurit yang telah menjadi mayat.
Setelah puas, gadis ini memerintahkan kawanan serigala untuk menyantap jenazah perwira dan prajurit yang telah diambil jantungnya. Maka hanya dalam waktu singkat, mayat-mayat itu hanya tinggal tulang-belulang saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
213. Pendekar Rajawali Sakti : Gadis Serigala
Hành độngSerial ke 213. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.