Bukit Setan. Sebuah bukit yang masuk wilayah Kerajaan Lima Laras, dan kini jadi tujuan utama kaum rimba persilatan untuk mendapatkan Bunga Arum Dalu. Tak mudah untuk menuju bukit itu. Selain tebingnya terjal, juga adanya sekawanan serigala yang memangsa setiap orang yang mengunjunginya. Kalau hanya berkepandaian rendah, rasanya mustahil untuk dapat menjejakkan kakinya di sana.
Matahari saat ini tepat berada di atas ubun-ubun. Sinarnya seolah hendak memanggang Bukit Setan yang terlihat indah dari kejauhan. Namun kenyataannya justru di bukit itu sendiri malah terasa sejuk, dengan pepohonan cukup besar memayungi. Di salah satu tebing bukit, seorang perempuan tua berpakaian compang-camping tampak tengah menatap ke satu arah. Pandangan matanya tajam, dingin dan menggetarkan.
Dibelakangnya sejauh satu tombak, terdapat mulut sebuah gua yang tersamar oleh semak belukar dan pohon-pohon merambat. Di sebelah gua itu pula, terdapat gua lain yang sama sekali tak tertutup apa-apa. Hanya sesekali, terdengar gerengan dan salakan serigala. Perempuan itu memang sudah cukup tua. Paling tidak usianya sekitar delapan puluh tahun.
Namun sedikit pun tak terlihat ada keriput di kulit tubuhnya. Malah tubuhnya terlihat padat dan sehat, dengan kulit putih berkilat. Kendati demikian rambut putihnya yang digelung ke atas dan alisnya yang juga berwarna putih, tak dapat menutupi ketuaannya.
Di dalam gua tidak jauh dari tempat perempuan tua ini berdiri, tampak seorang gadis berambut panjang sepinggang. Rambutnya yang riap-riapan, tampak tak terurus. Sekujur tubuhnya kotor berselimut daki. Dia hanya memakai kulit kayu untuk menutupi bagian terlarang di tubuhnya, dan beberapa lembar daun sebagai penutup buah dadanya.
Di pangkuan gadis itu terbaring seekor serigala yang terluka. Sementara tak jauh dari situ, berbaring beberapa ekor serigala yang terluka. Agaknya gadis ini tengah merawat binatang-binatang buas itu yang tampak jinak di tangannya.
"Seharusnya dia sudah pulang, Kuntalini! Main-main ke mana lagi si jelek sumbing itu...?!" gerutu perempuan tua berpakaian compang-camping tanpa menoleh.
"Jangan pikirkan. Guru! Orang tua pikun itu memang suka melantur ke mana-mana bila sedang diberi tugas!" sahut gadis yang sedang mengurus serigala dengan tenangnya.
Rupanya gadis yang bernama Kuntalini adalah murid dari perempuan berpakaian compang-camping. Sehingga kata-katanya tidak membawa pengaruh apa-apa bagi gurunya.
"Keadaan sudah sangat mendesak! Tamu-tamu yang tidak diundang harus segera dibereskan! Setelah itu, rencana kita tetap pada tujuan semula," desis perempuan tua ini.
"Aku tidak akan pernah lupa, Guru! Mengenai tamu-tamu yang tidak diundang itu sudah menjadi tugasku untuk membereskannya. Tentu saja berkat bantuan pasukan serigala kita!" sahut Kuntalini. Sesekali gadis yang bau dan keadaan tubuhnya bagai serigala ini kemudian menyeringai. Dari mulutnya keluar suara menggereng seperti suara serigala.
"Aku yakin dengan kemampuanmu, Kuntalini! Racun Bunga Bisa telah bekerja sebagaimana yang kita harapkan. Hidup matinya Sida Brata keparat itu hanya tergantung Bunga Arum Dalu. Padahal bunga itu milik kita!" desis perempuan tua itu lagi, setelah berbalik menatap murid tunggalnya.
"Semua sifat Guru telah menurun padaku. Demikian juga ilmu yang diberikan Guru telah kukuasai. Nasibku yang buruk tentu segera terbalaskan. Kelak di kemudian hari kita dapat mendirikan sebuah kerajaan. Yaitu, Kerajaan Serigala!"
"Benar! Kau telah mewarisi segala-galanya, Kuntalini! Tetapi sejak dulu kau punya dasar yang kuat untuk menjadi Ratu Serigala. Percayalah! Selain Bunga Arum Dalu, tabib-tabib tolol kerajaan tidak mungkin sanggup menyembuhkan penyakitnya! Hihihi...!"
"Hihihi...! Guru benar! Segala-galanya sudah berada di ambang mata. Hanya sekali bergerak, maka tercapailah cita-cita kita!" sahut Kuntalini, tersenyum gembira.
"Ketua, aku datang!" Mendadak terdengar suara dari kejauhan.
Perempuan tua guru Kuntalini segera berbalik. Matanya langsung memandang ke arah datangnya suara. Sedangkan muridnya bersikap acuh tak acuh saja. Tidak lama tampak muncul seorang perempuan tua berbibir sumbing bergerak mendekati gua.
"Cuh...!" perempuan tua guru Kuntalini yang dipanggil 'Ketua' meludah. Air ludahnya membuat dinding pintu gua yang jadi sasaran berlubang dan mengepulkan asap tipis berbau sangit.
"Lama kau pergi! Mengapa sekarang baru muncul? Jalanmu miring seperti orang sinting. Apa yang telah terjadi denganmu, Nini Sumbing?!"
Perempuan sumbing yang ternyata Nini Sumbing menjura dalam-dalam. Matanya dipejamkan, lalu menarik napas dalam-dalam. Setelah napasnya teratur kembali, wajahnya langsung menghadap pada perempuan tua yang dikenal sebagai Nini Baji Setan.
"Ceritakan! Apa yang terjadi padamu?!" bentak perempuan tua berpakaian compang-camping ini gusar.
"Ketika mengadakan penyelidikan, aku bertemu seorang pemuda yang mengaku sebagai Pendekar Rajawali Sakti! Aku tidak bisa percaya begitu saja. Sehingga, kami bentrok. Tetapi seperti yang pernah Ketua katakan, ternyata Pendekar Rajawali Sakti cukup tangguh. Sebenarnya aku hampir menang. Tetapi...!"
"Akhirnya kau kalah!" sambar Nini Baji Setan sengit.
"Bagaimana mungkin pemuda itu sampai berkeliaran di Bukit Setan ini? Apakah kau tidak mencari tahu?"
Diam-diam sebenarnya Nini Baji Setan terkejut juga. Berhadapan secara langsung dengan Pendekar Rajawali Sakti, dia memang tidak pernah. Namun menurut kabar, Pendekar Rajawali Sakti sangat tangguh.
"Menurutnya, dia akan pergi ke suatu tempat. Aku tidak tahu tempat mana yang dituju!" jelas Nini Sumbing lagi.
Cukup lama juga Nini Baji Setan terdiam. Sedangkan Kuntalini murid kesayangannya lebih banyak bermain-main dengan serigala yang selama ini selalu membantu sepak terjangnya.
"Bagaimana laporanmu yang lain?" tanya perempuan beralis putih itu ingin tahu.
"Sekarang ini orang-orang rimba persilatan yang disewa Kerajaan Lima Laras berada disebelah selatan Bukit Setan. Tampaknya mereka juga ingin mendapatkan Bunga Arum Dalu. Untuk mencegah mereka sampai di bukit sebelah timur, aku menunggu perintah Ketua," jawab Nini Sumbing.
"Tugas ini tidak akan kuberikan padamu!" kata Nini Baji Setan tegas. Kemudian kepalanya berpaling pada Kuntalini. "Muridku! Sekarang, kau sudah boleh berangkat menghadang orang-orang itu di selatan. Bawa seluruh anak buahmu! Jika merasa perlu bantuan, kau cukup memberikan isyarat padaku!"
"Hihihi...! Aku mendapat tugas lagi! Berarti, aku akan mendapatkan jantung-jantung segar yang lezat!" sahut Kuntalini. Gadis yang hanya memakai cawat dan penutup dada itu kemudian melangkah kepintu gua. Lalu....
"Auuung! Hung! Huuung...!" Kuntalini melolong panjang sebanyak tiga kali. Maka dari pintu gua yang berada di sebelah gua induk muncul barisan serigala menuju ke arah gadis itu, hingga berjumlah ratusan.
"Guru, aku berangkat!" pamit Kuntalini.
"Ya,.., jangan lupa bunuh mereka semuanya!" pesan Nini Baji Setan.
Gadis serigala menganggukkan kepala. Sebentar saja tubuhnya sudah bergerak cepat meninggalkan gua. Ratusan ekor serigala segera mengikuti ke mana pun dia pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
213. Pendekar Rajawali Sakti : Gadis Serigala
AçãoSerial ke 213. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.