"Kau datang seperti setan! Mengapa kau membunuhi prajurit-prajurit itu?" bentak sosok bayangan kuning gading, begitu mendarat di atap. Kini jelas, sosok bayangan kuning itu tak lain dari Eyang Kinta Manik, Penasihat Kerajaan Lima Laras.
"Hihihi...! Aku memang setan! Akulah Nini Baji Setan yang berjuluk Ratu Serigala! Huh! Bukan prajurit yang tidak berguna ini saja yang akan kubunuh. Tetapi seluruh penghuni istana ini harus mati demi kejayaan bangsa serigala!" dengus Nini Baji Setan yang ternyata berjuluk Ratu Serigala.
Mengertilah Penasihat Kerajaan itu, siapa yang sedang dihadapinya saat ini. Tanpa bicara lagi langsung dicabutnya keris lekuk tujuh yang selalu terselip di pinggang. Walaupun Eyang Kinta Manik mempunyai kepandaian tidak seberapa, namun dengan nekat menyerang Ratu Serigala.
"Hiyaaa...!"
Eyang kinta Manik melumk ke depan. Keris ditangannya disodokkan ke dada lawannya. Sambil mendengus, Ratu Serigala menghindar ke samping. Lalu dilepaskannya tendangan beruntun.
"Uts...!"
Eyang Kinta Manik dengan segala daya berusaha menghindar dengan melompat kesamping. Sesekali keris di tangannya dikibaskan untuk menghalau serangan. Tetapi lagi-lagi dengan gerakan ringan dan gesit, Nini Baji Setan berhasil menghindarinya.
"Aku hanya memberimu kesempatan dua jurus saja! Setelah itu, kau segera berangkat ke neraka menyusul prajurit-prajurit yang sial itu!" desis Ratu Serigala.
"Bangsat sial! Hiyaaa...!"
Dengan teriakan keras, Eyang Kinta Manik menerjang ke arah Ratu Serigala. Dua tusukan dilakukan sangat mematikan. Namun, tampaknya Nini Baji Setan tidak berusaha menghindarinya. Dan begitu ujung keris hampir merobek lambungnya, badannya digerakkan sedikit saja. Sehingga serangan itu meluncur lewat dibawah keteknya yang bau apek. Dan tiba-tiba saja tangannya menyambar tangan Eyang Kinta Manik.
Tangan penasihat kerajaan itu tercekal kuat. Keris di tangannya mendadak dirampas perempuan tua itu. Dan dengan mempergunakan keris itu, Nini Baji Setan menusuk dada Eyang Kinta Manik Laki-laki tua itu sebenarnya menyadari bahaya yang mengancam jiwanya. Namun walaupun berusaha meronta, apa yang dilakukannya hanya sia-sia saja. Karena tusukan keris datangnya sangat cepat. Sehingga tanpa dapat dicegah lagi....
Cresss...!
"Aaa...!"
Penasihat Kerajaan Lima Laras menjerit menyayat merobek angkasa. Darah mengucur deras dari luka di tangannya. Saat itu juga dia roboh di atas genteng, dengan nyawa melayang.
Sementara itu tampak semakin banyak saja prajurit kerajaan yang naik ke atas genteng. Nini Baji Setan tersenyum dingin, melihat kedatangan mereka.
"Kalian semua harus mati di tanganku!" dengus perempuan tua itu. Tiba-tiba saja Ratu Serigala mengibaskan tangannya ke arah prajurit yang berusaha menyerangnya. Seketika seleret sinar merah melesat dari telapak tangannya langsung menghantam para prajurit yang berada didepannya.
Glarrr...!
"Aaakh...!"
Tiga orang prajurit kembali menemui ajal terpanggang hawa panas yang keluar dari telapak tangan perempuan tua itu.
Melihat kawan-kawannya bergelimpangan, maka yang lain menjadi bertambah marah. Mereka baru saja hendak melakukan serangan secara serentak, namun pada saat itu berkelebat sosok bayangan yang langsung menjejakkan kakinya di depan Nini Baji Setan.
"Mundur kalian semua! Iblis ini bukan tandingan kalian!" perintah sosok yang tidak lain Pendekar Lima Lautan tanpa menoleh sedikit pun.
Begitu mengenali siapa yang datang, para prajurit segera menuruti. Mereka segera berlompatan mundur.
"Huh! Kau berlagak menjadi pahlawan di sini?! Kesalahanmu sudah bertumpuk. Kau mencuri Bunga Arum Dalu. Dan kini, berkomplot pada si keparat Sida Brata pula!" dengus Nini Baji Setan dengan geram.
"Aku bukan berpihak pada siapa-siapa. Aku hanya ingin membela orang yang kuanggap memegang kebenaran. Kulihat, kekejamanmu telah melewati takaran. Aku jadi ingin tahu, apakah tubuhmu kebal terhadap Busur Panahku!" dengus Kala Sakti sengit.
Selanjutnya tanpa basa-basi lagi, Pendekar Lima Lautan yang dikenal karena kehebatan panahnya langsung mengambil anak panah yang tergantung di bahunya. Kemudian anak panah itu dipasang di busurnya. Lalu...
Twang...!
Saat itu juga sebatang anak panah berwarna kuning keemasan melesat ke arah Nini Baji Setan. Ketika sedang melesat membelah udara itulah sebuah perubahan yang tak disangka-sangka terjadi! Anak panah yang tadinya hanya satu, sekarang berubah menjadi banyak. Anak panah yang telah berlipat ganda jumlahnya ini langsung memecah ke segala arah, namun dengan satu tujuan. Tubuh Ratu Serigala!
Nini Baji Setan terkejut bukan main. Dia berusaha merontokkan anak-anak panah dengan mengibaskan jubah sambil memutar tubuhnya.
Wuutt! Tak! Tak!
Usaha perempuan tua itu memang mendatangkan hasil. Terbukti anak-anak panah itu sempat terpental. Namun beberapa saat setelah itu, seperti ada kekuatan tidak tampak yang mengendalikannya, anak panah yang telah terombang-ambing di udara kemudian membalik. Bahkan kembali meluncur ke arah perempuan tua ini.
"Heh?!"
Nini Baji Setan terkejut bukan main. Kemudian tubuhnya melenting ke udara. Saat meluncur lag ke bawah, sekuat tenaga kedua tangannya mendorong ke arah anak panah yang berjumlah mencapai sepuluh batang dan dikendalikan dengan tenaga dalam tinggi. Lalu....
Blarrr...!
Terjadi ledakan keras ketika pukulan yang dilepaskan Nini Baji Setan menghantam anak panah yang dapat berubah banyak secara gaib. Anak-anak panah langsung jatuh diatas genteng, mengeluarkan suara berdenting. Namun baru saja Ratu Serigala menjejakkan kakinya di atas genteng, tahu-tahu Pendekar Lima Lautan menarik busurnya lagi. Kali ini sebuah anak panah berwarna merah darah melesat seperti kilat. Setelah berada diudara, maka anak panah itu kembali mengembang menjadi banyak.
Nini Baji Setan kembali terperangah. Apalagi kelihatannya anak-anak panah berwarna merah darah ini mempunyai kekuatan tenaga dalam lebih besar daripada anak panah yang berwarna kuning tadi. Maka kembali dilepaskannya pukulan ke arah anak-anak panah itu. Ketika kedua tangannya didorongkan ke arah depan, segulung angin kencang menebarkan hawa panas meluncur cepat ke arah sasaran.
Di luar dugaan, anak-anak panah itu membelok seperti menghindari serangan. Sedangkan pukulan Nini Baji Setan terus meluncur, langsung menghantam beberapa prajurit yang berada di belakangnya.
Blarrr...!
"Aaa...!"
Dua orang prajurit kontan tersungkur roboh. Sementara, anak panah berwarna merah tadi kembali berbalik menyerang Nini Baji Setan.
"Hmhhh!"
Nenek renta ini menjadi geram bukan main. Pada saat itu kedua matanya telah berubah merah seperti darah. Kemudian....
"Runtuh...!" teriak Ratu Serigala, mirip dengan suara lolongan. Dan seperti ada sebuah kekuatan yang tidak terlihat, sesuai kata bernada perintah dari Nini Baji Setan alias Ratu Serigala, maka anak-anak panah tadi runtuh. Setelah jatuh diatas genteng, anak-anak panah yang berserakan tadi kembali menjadi satu.
"Edan!"
Pendekar Lima Lautan tentu saja menjadi sangat kaget. Sungguh tidak disangka Ratu Serigala mampu menjatuhkan anak-anak panahnya hanya dengan mengucapkan sepatah kata. Sekali ini Kala Sakti kembali merentangkan busurnya.
Namun pada saat pemuda ini berniat melepaskan anak panahnya, mendadak melesat dua bayangan yang langsung mendarat di sebelahnya. Yang satu pemuda berbaju rompi putih. Sedangkan yang satunya lagi berpakaian kebesaran kerajaan.
"Tahan...!"
Seru pemuda berbaju rompi putih yang tak lain Rangga. Sedang di sebelahnya berdiri Panglima Layung Seta.
"Diakah pengacau itu, Kala Sakti?" tanya Pendekar Rajawali Sakti.
"Benar! Dialah Iblis Penghuni Bukit Setan yang sengaja ingin mengacaukan kerajaan ini!" sahut Pendekar Uma Lautan, mantap.
"Mengapa kau mengacau di tempat ini, Nini?" tanya Rangga, penuh tekanan suaranya.
"Kalian bukan apa-apa, bagiku!" sahut Ratu Serigala.
Rupanya melihat gelagat yang tidak baik, Nini Baji Setan tidak ingin muridnya kecewa. Kalaupun menempur ketiga laki-laki didepannya belum tentu kalah, namun bukankah kedatangannya malam ini bukan untuk melakukan penyerangan secara besar-besaran? Ratu Serigala memang cerdik sebelum menyerang secara besar-besaran, dia menyusup ke kerajaan ini.
Tujuannya jelas, yakni ingin membuat kekacauan, mengurangi jumlah prajurit yang ada, sekaligus menjajaki kekuatan pihak kerajaan. Dan tampaknya setelah mencoba, kekuatan pihak kerajaan menurutnya tidak seberapa hebat. Sekarang baginya, alangkah lebih baik mengundurkan diri dulu. Untuk itu dengan gerakan cepat diambil sesuatu dari balik bajunya. Kemudian tangannya dikibaskan...
Buummm...!
Suasana di atas atap genteng pun berubah menjadi gelap gulita. Asap tebal menutupi pemandangan.
"Celaka! Asap penghilang jejak!" desis Kala Sakti. Hampir bersamaan, ketiga laki-laki itu melompat mundur. Setelah asap berkurang, mereka mencari-cari. Akan tetapi sampai asap benar-benar menghilang tertiup angin malam ini, Nini Baji Setan sudah tak terlihat lagi batang hidungnya.
"Sebaiknya kita kejar! Kurasa dia belum jauh dari sini!" usul Pendekar Lima Lautan.
"Jangan!" cegah Rangga. "Percuma kita mengejarnya. Dia pasti kembali ke Bukit Setan!"
"Lalu....?"
"Korban di pihak kita sudah cukup banyak! Sekarang kita urus dulu mayat-mayat ini. Besok baru kita susun rencana selanjutnya!"
Panglima Layung Seta kemudian memerintahkan para prajurit yang selamat untuk menurunkan prajurit-prajurit yang tewas dari atas genteng. Dan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang lebih buruk lagi, dia juga memerintahkan untuk melipatgandakan penjagaan.
Keesokan harinya setelah selesai menguburkan jenazah para prajurit kerajaan, Gusti Prabu Sida Brata mengumpulkan para pembantunya. Tidak kurang Pendekar Rajawali Sakti dan Pendekar Lima Lautan juga hadir di ruang balairung.
"Sangat kusesalkan banyak prajurit yang menjadi korban keganasan Ratu Serigala! Kurasa perempuan itu ingin membantai kita sedikit demi sedikit. Terbukti sampai hari ini mereka tidak melakukan penyerangan secara langsung!" kata Gusti Prabu Sida Brata, memulai pembicaraan.
"Eyang Kinta Manik telah terbunuh dalam peristiwa tadi malam. Lalu, tindakan apa yang akan kita lakukan?" tanya Patih Luntaka.
"Menurutmu bagaimana, Panglima?" tanya Gusti Prabu Sida Brata.
"Ampun, Gusti. Menurut hemat hamba, sebaiknya kita tetap bertahan di sini sambil menunggu perkembangan selanjutnya!" sahut Panglima Layung Seta dengan wajah tertunduk.
"Maaf... Bukan aku mencela pendapat Paman Panglima. Tetapi menurut pikiran hamba, jika kita tetap bertahan menunggu serangan, hal ini akan berakibat lebih buruk bagi kerajaan. Jika mereka benar melakukan serangan secara besar-besaran dengan menggunakan kawanan serigala, korban yang akan berjatuhan di sini semakin bertambah besar. Terutama rakyat yang berdiam di sekitar istana. Lagi pula keselamatan keluarga kerajaan terancam?!" cetus Rangga.
"Lalu bagaimana?" tanya Putri Sentika Sari.
"Apakah kita harus menyerang Bukit Setan?"
"Keputusan itu Gusti Prabulah yang berhak menentukannya..." timpal Kala Sakti.
"Aku sendiri tidak mempedulikan nasib diriku. Yang membuatku cemas, bagaimana jika seandainya kerajaan ini diperintah Ratu Serigala? Jika benar Kuntalini dalam asuhan Ratu Serigala, berarti sekarang telah menjadi gadis serigala yang buas!" desah Gusti Prabu lirih.
"Kemudian apa yang harus kita lakukan?" tanya Patih Luntaka.
"Berapa jumlah prajurit yang ada sekarang ini?" tanya Gusti Prabu Sida Brata, ingin tahu.
"Mungkin hanya sekitar seratus lima puluh orang lagi!" sahut Panglima Layung Seta.
Jumlah tersebut tentu terbilang sedikit dari jumlah yang seharusnya. Sebab Kerajaan Lima Laras adalah sebuah kerajaan cukup besar.
"Panglima! Siapkan seluruh pasukan yang ada. Pagi ini juga kita segera berangkat ke Bukit Setan!" perintah Gusti Prabu tegas.
"Ayahanda Prabu? Ayah belum sembuh benar...!' sentak Putri Sentika Sari khawatir.
Gusti Prabu Sida Brata tersenyum.
"Kita harus melakukan sesuatu, Anakku. Kini sudah saatnya menghentikan saudara kembarmu, dan juga gurunya! Kau tidak perlu cemas. Ayahandamu ini tak akan apa-apa," tandas lelaki setengah baya itu penuh rasa belas kasih pada anaknya.
Dan sebelum ada yang bersuara kembali, mendadak terdengar suara ribut-ribut di luar. Sebelum mereka beranjak untuk melihat apa yang terjadi, telah muncul seorang prajurit dengan tangan berlumuran darah.
"Ada apa Prajurit...!" sentak Gusti Prabu.
"Ampun, Gusti! Serombongan serigala telah mengepung kerajaan. Kami diluar sana rasanya tidak sanggup membendung mereka. Jumlahnya sangat banyak sekali!" lapor prajurit itu dengan suara terbata-bata.
"Apakah ada perempuan yang menyertai serigala-serigala itu...?" tanya Panglima Layung Seta.
"Tidak, Panglima. Kami tidak melihat ada orang lain selain serigala-serigala itu!" jawab prajurit ini.
Tanpa bicara lagi panglima Layung Seta dan Patih Luntaka berlari keluar halaman istana.
"Kala Sakti! Tetaplah berada di sini! Lindungi Gusti Prabu dan Putri Sentika Sari! Bunuh siapa saja yang berani datang ke sini!" pesan Rangga.
"Baik, Rangga!" jawab Pendekar Lima Lautan. Tanpa menunggu lagi, Pendekar Rajawali Sakti segera berkelebat cepat. Sebentar saja dia telah sampai di halaman depan. Dan kini dia melihat belasan prajurit kerajaan bergelimpangan tanya nyawa. Sedangkan prajurit lainnya yang masih bertahan hidup tampak berjuang habis-habisan, melakukan perlawanan.
Panglima Layung Seta dan Patih Luntaka sendiri sudah mencabut senjatanya. Bahkan mulai membantai kawanan serigala ganas yang tampaknya sudah sangat terlatih. Melihat keganasan kawanan serigala itu, Rangga segera bergerak ke arah binatang-binatang buas itu. Seketika kedua tangannya menghentak ke depan disertai tenaga dalam tinggi.
"Aji Guntur Geni..! Heaaa...!"
Dua buah sinar merah yang keluar dari telapak tangan Pendekar Rajawali Sakti langsung menghantam kawanan serigala. Dua ekor serigala terpelanting dengan tubuh hangus. Tetapi kawan-kawannya tampaknya tidak mengenai rasa takut. Mereka segera menyerang dengan lebih ganas lagi.
Pemuda itu melenting sambil berputaran di udara. Kedua tangannya mengibas-ngibas cepat disertai tenaga dalam tinggi. Dengan lincah serigala-serigala itu berkelit menghindar, membuat serangan Rangga tidak mengenai sasaran. Dua ekor serigala yang berada di belakang menggigit celana. Namun pemuda berbaju rompi putih itu segera menggerakkan kakinya, membuat kedua serigala itu terpelanting sambil menguik keras.
"Binatang-binatang ini seperti mengerti gerakan silat! Hm... benar-benar hebat orang yang mengendalikannya!" gumam Pendekar Rajawali Sakti. Begitu repotnya Rangga menghindari serangan, sehingga terpaksa mengerahkan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib' untuk menghindari gigitan maupun cakaran serigala-serigala itu.***
![](https://img.wattpad.com/cover/324777729-288-k287132.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
213. Pendekar Rajawali Sakti : Gadis Serigala
AksiyonSerial ke 213. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.