Kivandra mendapat beberapa tangkai bunga Bougenville seperti yang diharapkan.
"Cantik." pujinya tersenyum.
Gadis itu menoleh ke arah lain, ia melihat bunga chamomile liar di sana. "Paman, tanaman ini ... boleh aku buat sebagai mahkota bunga?"
"Huh?"
"Sepertinya bunga chamomile liar akan cocok untuk dibuat sebagai mahkota."
Paman Gonju tertawa, "Hahaha! Ide nona luas, ya. Kalau begitu silakan, nona Kivandra."
Bunga-bunga itu mulai diurus rapi oleh Kivandra. Tatapannya fokus seolah sedang menghadapi perang dunia. Paman Gonju hanya tersenyum sembari mengamati perkembangan mahkota yang dibuat.
Yang awalnya tidak berbentuk, kini tampak begitu indah.
"Selesai!" ujar Kivandra senang.
Paman Gonju begitu takjub, "Itu sangat indah, nona. Saya berani menjualnya ke lelang pasar dengan harga awal 10 koin emas."
Kivandra tertawa pelan mendengar pujian berlebihan dari si paman kebun. Gadis itu merasa begitu bersemangat setelah berinteraksi dengan bunga-bunga di Istana.
Hatinya mengeruh, ia mulai merindukan rumah.
"Kalian sedang apa?"
Tiba-tiba suara yang begitu familiar mengetuk pendengaran Kivandra. Gadis itu mendongak, "Eh-pangeran Ethan."
Ethan menatap Kivandra dengan aneh, rambut coklat sedikit bergelombangnya menari diterpa angin.
Paman Gonju menunduk, "Hormat pada pangeran."
Kivandra turut menunduk hormat.
Mengangguk, Ethan fokus pada sebuah karangan di tangan Kivandra. Bunga-bunga liar yang dililit hingga berbentuk mahkota sederhana.
"Itu indah."
"Maaf?"
"Yang di tanganmu itu indah."
Kivandra menatap mahkota bunga di tangannya. "Terima kasih, pangeran. Ini mahkota chamomile liar, apakah pangeran ingin mencobanya?"
Entah dari mana keberanian untuk mengatakan itu, Kivandra dengan lancang menawarkan mahkota lusuhnya.
"Boleh, berikan."
"Eh?" Gadis itu memiringkan kepalanya tak percaya, ia kira Ethan akan menolaknya mentah-mentah.
"Cepat berikan."
"B-baik, pangeran."
Ethan mengambil mahkota bunga itu dan meletakkannya di atas kepala tanpa pikir panjang. Warna chamomile yang putih tampak menyatu dengan kulit Ethan yang sama putihnya.
Kivandra menatap Ethan dengan kagum. Angin sepoi begitu kencang. Rambut coklat bergelombang Ethan tampak semakin bersemangat menari, apalagi mahkota yang berada di atas kepalanya ....
Itu indah.
Seperti maha karya yang tidak cacat sama sekali.
"Pangeran, anda seperti bunga kapas." Kivandra tersentak dan menutup mulutnya, "Ini-maaf atas kelancangan saya, pangeran."
Ethan tampak terkejut. Ia tidak memasang wajah tersinggung, tetapi eskpresinya tidak bagus.
Kivandra lagi-lagi terdiam dan menatap wajahnya. Entah kenapa, saat dirinya melihat ekspresi menyakitkan itu, hatinya ikut sakit.
"... Pangeran, apakah anda tidak apa-apa?"
"Oh? Ya, aku tidak apa-apa." Ethan mengangguk dan berbalik pergi tanpa mengucap sepatah kata lagi.
Kivandra kini hanya berdua bersama paman Gonju. Perasaan gadis itu sangat aneh, berantakan dan berat, sangat mengesalkan.
***
Tok tok tok
Pintu kamar diketuk. Kivandra yang asik merawat Bougenville itu beranjak dan membuka pintu.
"Helen, ada apa?"
"Nona Kivandra, makan malam nanti akan dilaksanakan di ruang makan bersama anggota keluarga lain."
Kivandra mengedipkan matanya beberapa kali, "Maaf?"
"Saya juga kaget ... Pangeran Ethan tiba-tiba memberi perintah untuk kembali menghidupkan ruang makan." jelas Helen dengan wajah heran.
"Kenapa begitu tiba-tiba .... "
Helen menggeleng, "Lebih baik kita bersiap sekarang, Nona. Jam makan malam akan segera datang."
"Tunggu," Kivandra memasang wajah cemas, "Apakah aku harus memakai gaun dengan korset super sesak itu?"
"Bukankah itu pasti?"
"Astaga, aku akan mati."
Helen tertawa, "Anda tidak akan mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Surrogate
FantasyPutus asa sporadis merapah, saat itu kereta berkilau datang menghampiri toko bunga Kivandra. Sang Pangeran mengajak Kivandra, yang tampak lelah, untuk menjadi keluarga kekaisaran. Kivandra seorang gadis miskin yang menjual bunga di pinggir jalanan...