Rumor

1.2K 219 7
                                    

Be awares of typos!

.
.
.

"Orang percaya apa yang ingin mereka percaya."
.

....
...
..

Dengan senyum lebar nan cerahnya Lisa mengangkat tinggi beberapa ikan tangkapannya. Nyonya Lim yang berjalan disamping putrinya tersenyum bangga.

"Kau pandai memancing." puji sang ibu membuat Lisa menggoyang-goyangkan kepalanya kegirangan.

"Siapa dulu... " serunya bangga seolah telah melakukan sesuatu yang luar biasa.

"Iya iya Lalisa Lim si ratu ikan"

"Bau amis dong?" protesnya dengan bibir manyun yang lucu.

Gelak tawa menggema mengisi jalanan sepi desa. Anak dan ibu yang baru saja memancing di danau itu tampak begitu gembira.

"Sepertinya kau mengambil bakat ayahmu, tapi tidak dengan ibu" gumam nyonya Lim saat tiba-tiba sadar bahwa Lisa mirip sekali dengan ayahnya.

"Oh!  aku juga baru sadar". mata Lisa berbinar.

"Kau payah dalam merajut dan memasak, tapi pandai membetulkan perkakas dan memancing" cibir ibunya membuat senyum Lisa mengembang.

"Tapi ibu jangan khawatir, aku tetap mengambil yang terbaik dari ibu."

"Apa?"

"Wajah cantikku" Lisa menggoyangkan jari jemarinya dibawah dagu dengan genit.

Rasa percaya diri itu sukses membuat ibunya tertawa. Meski terkesan narsis tapi nyonya Lim senang mendengarnya. Karena artinya Lisa bisa secantik sekarang karena meniru dirinya bukan.

"Omong-omong bagaimana kabarnya si Bam?"

"Mungkin masih liburan" jawab Lisa singkat.

"Kalian sudah tidak berkomunikasi?" tanya nyonya Lim heran.

"Tidak. Masa dia tiba-tiba dia menelepon ku dan bilang, jangan menghubungiku setelah ini, aku mau liburan, kalau ada hal penting lewat email saja, aku mau menikmati liburan, Bye. lalu menutup telepon." ucap Lisa menggebu sambil menirukan gaya bicara Bam yang sedikit kemayu.

"Benarkah?" sorot mata nyonya Lim bersinar saat bisa membayangkan bagaimana gaya seorang Bam yang menurutnya lucu dan cukup menggemaskan untuk ukuran pria dewasa.

"Eoh, memang dasar si aneh yang narsis" gerutu Lisa lagi-lagi dengan ekspresi sebal yang menggemaskan.

"Pantas saja tidak minta dikirimi kimchi lobak lagi"

"Eh? Dia minta dikirimi kimchi lobak?"

Nyonya Lim manggut-manggut, "Hampir setiap bulan ibu mengirimnya"

"Apa? oh dasar berani-beraninya dia memalak ibuku. Awas saja kalau sudah kembali" Lisa menggulung lengan kaos panjangnya seperti siap memulai perkelahian.

Bukannya khawatir atau resah nyonya Lim malah tertawa lepas. Lisa dan Bam memang baru kenal sekitar 4 tahun lalu. Tapi dua orang itu tampak begitu cocok. Saling menjahili, berkelahi tapi juga saling membantu tanpa pamrih. Mereka juga saling mengatai tapi tidak pernah ada yang sakit hati.

"Mau kau apakan?"

"Bakal ku cat rambutnya jadi hitam saat tidur" senyum jahil menghiasi bibir Lisa.

"Dia pasti ngamuk sekali. Ibu bisa membayangkan dia terbangun lalu melihat rambutnya menjadi hitam dan langsung berteriak 10 oktaf sambil berlari mengelilingi rumah." nyonya Lim menutup perkataannya dengan tawa. Begitu juga Lisa yang tak kalah geli membayangkannya. Entah kenapa Bam benci sekali saat rambutnya diwarna hitam. Padahal rambut aslinya adalah hitam, dasar aneh.

The Precious OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang