CHAPTER VII

31 5 4
                                    

Flashback

Shion terlalu kecil untuk mengingat kapan tepatnya pelarian ini dimulai. Ayahnya adalah seorang pengusaha- awalnya sebelum kemudian semua berubah. Saat itu terjadi Shion masih berusia tiga tahun, usaha yang keluarganya miliki benar-benar runtuh. Tak ada pilihan selain meminjam uang untuk mengulang kembali usaha dari nol.

Shion tau ia dulu hidup berkecukupan dikelilingin hal yang diinginkan. Tapi nampaknya Tuhan tak sejalan dengan pikiran manusia. Usaha makin bangkrut dan terus meninggalkan hutang menumpuk.

Ia masih ingat saat itu harus bangun tengah malam tanpa tau kenapa, ibu hanya menyuruhnya membawa beberapa barang berharga dan berjalan secepat yang mereka bisa.

Saat itu ia bingung, kenapa ayah dan ibunya selalu melihat kebelakang dalam kurun waktu 5 menit sekali, namun ia tak ambil pusing karena dengan cepat kembali tertidur dalam pelukan sang ayah.

Shion adalah anak periang dan mudah bergaul dengan orang lain pada awalnya hingga sejak pelarian terjadi anak itu tak pernah mendapatkan teman lagi. Selalu sendiri ditemani mainan berbentuk pedang yang dulu dibelikan ibunya.

Berbentuk pedang. Memikirkannya membuat Shion tersenyum saat teringat bahwa cita-cita menjadi seorang kesatria gagah dan setia pada tuannya. Membayangkan ia kelak akan menjadi pahlawan pembela kebenaran sangat menyenangkan. Setidaknya itu hal positif yang masih bisa Shion kecil pikirkan

Semakin bertambah tahun maka semakin menyakitkan kehidupannya. Suatu ketika ia bertanya pada ibunya dikala sebelum tidur.

"Kenapa kita selalu pindah?" ibunya hanya akan tersenyum sambil membelai rambutnya penuh kasih.

"Kita mencari tempat yang cocok" adalah yang wanita itu katakan.

"Jadi tempat ini tak cocok? Kapan kita akan menemukan tempat itu?"

"Secepatnya sayangku"

Dan ia tak ingat sudah berapa tahun berlalu ketika ucapan itu terucap.

Saat itu Shion kecil berusia delapan tahun berdiri di depan sebuah toko yang baru saja dibuka untuk umum. Ia melihtnya dengan takjub. Sudah lama ia tak melihat buku cerita berjejer rapi sejak pelarian keluarganya. Jelas ia sangat senang.

"Kau tau ini hari apa?" Seorang bocah laki-laki asing bertanya padanya, jika dilihat dari penampilannya maka Shion tau orang tuanya sangat kaya. Ia dengan acuh tak acuh menjawab seadanya.

"Aku tak tau" ucapnya. Sejak pelarian Shion tak tau lagi hari, bulan bahkan tahun saat ini. Memorinya benar-benar tertinggal di usia tiga tahun.

"Tanggal berapa sekarang?" Tanyanya lagi dengan sedikit memaksa. Shion tak tau kenapa anak itu sangat penasaran dengan hal ini jika ia sendiri harusnya lebih terpelajar darinya.

"Aku tak tau"

"Tahun berapa sekarang?"

"Aku tak tau"

Tawa terdengar begitu mengejek di telinga Shion, jelas anak ini ingin menghinanya.

"Kenapa kau tertawa?" Shion bertanya dengan kesal.

"Karena kau bodoh" ia kembali tertawa. "Kau tak pantas berdiri di depan toko buku seperti ini, kau menghalangi pemandangan"

"Aku tak bodoh!" Shion kesal bukan main, ia tak ingin dipanggil bodoh oleh orang asing.

"Lalu kenapa kau tak menjawab tanggal berapa sekarang?" Ia tersenyum mengejek.

"Karena aku tak tau!"

Dark Side Of PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang